Top PDF PERBEDAAN FREKUENSI REGURGITASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN ATERM YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALONGSARI KOTAMADYA MOJOKERTO
Regurgitasi adalah keluarnya kembali (tumpah, gumoh) susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah minum susu botol atau menyusu dan jumlahnya hanya sedikit (Rusepno H
& Husein A, 1985).
Jangan sepelekan gumoh pada bayi anda, meski sebenarnya gumoh adalah kondisi normal yang biasa terjadi pada bayi tetapi jika berlebihan dan tidak ditangani bisa mengakibatkan komplikasi dan terganggunya pertumbuhan bayi. Di Indonesia 70% bayi berumur kurang dari empat bulan dipastikan mengalami gumoh minimal sekali sehari. Kejadian itu mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usiabayi. Walau begitu, ternyata hanya sekitar 25%
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
menggunakan pendekatan studi cross sectional menggunakan uji hipotesa Rank Spearmans dan uji Ttest.
Hasil : Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa dari 98 bayi dalam populasi hanya 22 bayi yang mengkonsumsi ASIeksklusif dan 45 bayi mengkonsumsi susuformula, setelah melalui random diambil 22 bayi tiap kelompok (n=44). Setelah dilakukan penilaian dengan kuisioner dari 22 bayi yang mengkonsumsi ASIeksklusif terdapat 15 bayi (68,2%) mengalami regurgitasi sekali dalam sehari, 7 bayi (31,8%) mengalami regurgitasi lebih dari sekali dalam sehari, sedangkan bayi yang mengkonsumsi susuformula terdapat 5 bayi (22,7%) mengalami
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya serta sholawat dan salam yang senantiasa tercurah pada Rasulullah SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PerbedaanFrekuensi Diare Antara Bayi yang DiberiASIEksklusif dengan Bayi yang DiberiSusuFormula pada Rentang Usia 2-4 Bulan di WilayahKerjaPuskesmas Klaten Tengah.”
The main indicator of public health s degree is infant mortility rate (IMR). One of the main things that cause infant mortility is diarrhea. The existence of diarrhea s incidence in infants can be caused due to errors in the form of food other than breast milk feeding at the age of 4 months or the practise of infant feeding with formula milk (replacement feeding). This research was an observational analytic research with cross sectional approach. Samples obtained amounted to 80 respondents who are infants aged 2-4 months in various posyandu in the area of Central Klaten. This sample had ful � illed the predetermined criteria. The research instrument used a questionnaire. for the result, there were 21 respondents of 80 respondents obtained who had diarrhea. Respondents of exclusive breastfeeding who had frequency of diarrhea is rarely as many as 5 babies, whereas 1 baby for often category. Respondents of infant formula who had frequency of diarrhea is rarely as many as 12 babies, whereas 3 babies for often category. There were signi� cant differences between infants who were breastfed exclusively with formula-fed infants againts diarrhea frequency indicated by the value of p = 0,032.
Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortility Rate (IMR) (Notoatmodjo, 2007). Pada tahun 1960, angka kematian bayi (AKB) masih sangat tinggi yaitu 216 per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 1992 AKB tercatat 68 per 1000 kelahiran hidup, kemudian menurun menjadi 57 per 1000 kelahiran hidup di tahun 1994, turun lagi menjadi 46 per 1000 kelahiran hidup di tahun 1997, dan pada tahun 2002-2003 penurunannya sudah mencapai 35 per 1000 kelahiran hidup. Angka ini terus menurun, tetapi AKB di Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya, yaitu 4,6 lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 lebih tinggi dari Filipina dan 1,8 lebih tinggi dari Thailand. Dari semua penyebab kematian bayi di atas, terdapat tiga penyebab utama yang masih menjadi tantangan besar untuk diatasi. Ketiga hal tersebut adalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan tiga penyebab ini memberikan peran sebesar 75% terhadap kematian bayi (United Nation Development Program [UNDP], 2007).
Koletzko et al., 2005. Global Standard for The Composition of Infant Formula : Recommendations of an ESPGHAN Coordinated International Expert Group. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition. 41:584-599 Kumar V., Cotran R & Robbins S., 2007. Buku Ajar Patologi volume 2 edisi 7.
Pada analisis data penelitian ini menggunakan uji Mann Whitney didapatkan hasil nilai p=0,000 (p<0,05) sehingga disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok bayi yang diberiASIeksklusif dengan kelompok bayi yang diberisusuformula. Kelompok bayi yang diberisusuformula memiliki angka kenaikan berat badan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok bayi yang diberiASIeksklusif yaitu sebesar 775 gram per bulan. Sedangkan kelompok bayi yang diberiASIeksklusif mengalami kenaikan berat badan sebesar 633 gram per bulannya. Penelitian yang dilakukan Hanicar et al (2009) juga menunjukkan hasil yang sama. Pada usia0-6bulan, rerata penambahan berat badan bayi yang diberiASIeksklusif lebih rendah 8,8% daripada bayi yang diberisusuformula dan hasil uji statistik menunjukkan hasil yang signifikan.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah sampel 30 bayi berusia 4 - 6bulan dari beberapa Posyandu di WilayahKerjaPuskesmas Kartasura dan Puskesmas Gatak Kabupaten Sukoharjo pada bulan Mei - Juli 2011. Data pertambahan panjang badan diperoleh dari pengukuran selisih panjang badan sekarang dengan panjang badan saat lahir kemudian dibagi dengan umur bayi, sedangkan jenis asupan diperoleh dari wawancara yang mengacu pada lembar kuesioner. Data yang diperoleh dianalisis dengan program Statistic Products and Service Solution (SPSS) for Windows Release 17.0 menggunakan uji statistik Independent t-test.
Abstrak:Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lender darah, salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian diare yaitu susuformula. Pemberian air susu ibu (ASI) merupakan salah satu strategi utama untuk memenuhi kecukupan gizi, mencegah penyakit termasuk penyakit infeksi (diare) pada tahun-tahun awal kehidupan. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan pemberian ASIEksklusif dan susuformula terhadap kejadian diare pada bayiusia6-12 bulan di wilayahkerjaPuskesmas Ranotana Weru. Desain peneltian menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan retrospektif. Teknik pengambilan sampel menggunakan jumlah minimal sampel, dalam penelitian ini dengan jumlah sampel 60 responden Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji Mann Whitney pada tingkat kemaknaan 95% (α < 0,05). Hasil penelitian diperoleh nilai P=0.010. Kesimpulan terdapat perbedaan pemberian ASIeksklusif dan susuformula terhadap kejadian diare pada bayiusia6-12 bulan di wilayahkerjapuskesmas Ranotana Weru.
Dewasa ini berbagai cara telah dilakukan untuk mengungkit naiknya pemberian ASI terutama ASIEksklusif, namun meski pun mulai banyak ibu-ibu yang kesadaran akan pemberian ASI-nya meningkat, tapi para ibu sering kali masih ragu dan tergoda menggunakan susuformula. Penurunan pemberian ASIEksklusif merupakan salah satu hal yang diduga menjadi penyebab masih tingginya kejadian infeksi terutama diare yang akhirnya menurunkan status gizi anak menjadi lebih buruk. Bayi yang menetek pada ibunya sampai umur 6bulan jarang sekali terkena diare, namun apabila bayi pada umur tersebut diberikan susu botol/susuformula, kadang-kadang dapat terkena diare (husaini, 2001).
Keywords : Exclusive breastfeeding; Baby Weight; Diarrhea; ARI; Formula milk.
ABSTRAK
Kecukupan ASI tidak hanya mendukung pertumbuhan yang sehat, tetapi juga perkembangan kognitif dan kesehatan jangka panjang bayi. Direkomendasikan bahwa bayi sebaiknya diberiASIEksklusif selama 6bulan pertama untuk mendapatkan pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang Optimal. Bayi yang diberiASIEksklusif secara keseluruhan memiliki berat badan normal, dan tidak ada yang mengalami kegemukan (obesitas) bahkan kurang gizi. ASI merupakan makanan utama dan terbaik untuk bayi. ASI terbukti melindungi anak terhadap berbagai penyakit infeksi seperti diare, ISPA dan lain-lain. Tujuan penelitian untuk menganalisis Perbedaan berat badan dan kejadian infeksi Pada Bayi0-6bulan yang diberikan susuformula dan ASIEksklusif di WilayahKerjaPuskesmas Nibong Kabupaten Aceh Utara Tahun 2021. Jenis penelitian analitik observasional dengan desain study crossectional. Waktu penelitian dari bulan April sampai dengan September 2021. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang memiliki bayiusia0-6bulan sebanyak 126 orang, 63 bayi0-6bulan yang diberikan ASIEksklusif dan 63 orang bayi0-6bulan yang diberikan susuformula.
Terjadinya rawan gizi pada bayi disebabkan antara lain oleh karena ASI banyak diganti oleh susuformula atau makanan pendamping ASI dengan jumlah dan cara yang tidak sesuai kebutuhan. Program pemberian ASIEksklusif di Puskesmas Mandala pada tahun 2015 adalah sebesar 29,3%, masih sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi bayiusia6-12 bulan yang diberiASIEksklusif dan tidak diberiASIEksklusif di WilayahKerjaPuskesmas Mandala.
Terjadinya rawan gizi pada bayi disebabkan antara lain oleh karena ASI banyak diganti oleh susuformula atau makanan pendamping ASI dengan jumlah dan cara yang tidak sesuai kebutuhan. Program pemberian ASIEksklusif di Puskesmas Mandala pada tahun 2015 adalah sebesar 29,3%, masih sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi bayiusia6-12 bulan yang diberiASIEksklusif dan tidak diberiASIEksklusif di WilayahKerjaPuskesmas Mandala.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, sebanyak 30.801 bayiusia0-23 bulan di Indonesia diberiASI dan MP-ASI (Kemenkes, 2013), dan menurut data SDKI (Kemenkes tahun 2012) menunjukkan 60 persen anak mendapat makanan pralaktasi selain ASI pada tiga hari pertama kehidupan. Makanan tambahan dan cairan diperkenalkan saat dini. Walaupun sekitar setengah anak berumur di bawah dua bulan menerima ASI saja namun persentase pemberian ASI saja menurun terus setelah dua bulan pertama. Lebih dari 7 diantara 10 anak umur 4-5 bulan sudah menerima makanan tambahan 44 persen, air putih 8 persen, susu atau cairan tambahan lainnya 8 persen sebagai tambahan dari ASI atau sepenuhnya sudah disapih 13 persen. Dari data Riskesdas 2013 menunjukkan provinsi Sumatera Utara merupakan Provinsi dengan cakupan pemberian makanan pralakteal tertinggi pada bayi yaitu 62,7 persen dan yang paling rendah adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 22,2 persen. Jenis makanan prelakteal yang diberikan ke bayi adalah susuformula sebesar 79, 8 persen. Cakupan makanan jenis susuformula di Indonesia yang tertinggi di Kepulauan Riau (95,5 persen) dan Bali (93,7 persen) sedangkan cakupan terendah di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 40,2 persen.
ASI merupakan makanan yang ideal untuk tumbuh kembang bayi. Bayi yang tidak memperoleh ASI, hanya diberisusuformula pada bulan pertama kehidupannya, memiliki resiko tinggi untuk menderita gizi buruk, diare, alergi dan penyakit infeksi lainnya. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyo, 2009; Yuliarti, 2010). Manfaat ASIeksklusif selain pada bayi juga pada ibu bahkan bermanfaat bagi negara (Utami, 2000 dalam Pamotan, 2013).
Latar Belakang: Berdasarkan Kemenkes RI, diperoleh data pemberian ASIeksklusif pada bayiusia0-6bulan di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 37,55%
lebih rendah jika dibandingkan pada tahun 2010 dan 2011 sebesar 61,3% dan 61,5%. Sedangkan di Jawa Timur menunjukkan hanya 47% bayi yang mendapat ASIeksklusif. Pada tahun 2014, data dari Dinkes Kabupaten Ngawi menunjukkan hanya 414 atau 37,5% bayi yang diberiASIeksklusif dari jumlah bayi yang disurvey sebanyak1104 bayi. Pemberian ASIEksklusif berperan penting bagi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal, sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan bayiusia0 – 6bulan yang diberiASI ekslusif dengan yang diberisusuformula di Kecamatan Ngawi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan bayiusia0-6bulan yang diberiASIeksklusif dengan yang diberisusuformula di Kabupaten Ngawi pada bulan Januari 2015.
Jumlah responden disesuaikan dengan perhitungan estimasi besar sampel yaitu 42 responden dengan metode pengambilan sampel cluster random sampling. Caranya dengan mendata seluruh Kelurahan di Kecamatan Ngawi kemudian dipilih salah satu secara random lalu dari Kelurahan yang sudah dipilih didata kembali seluruh posyandu yang ada selanjutnya dilakukan pemilihan posyandu secara random. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh bayiusia
Dari keseluruhan responden diketahui skoring KPSP menunjukan nilai 9-10, yang berarti perkem- bangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya. Hanya ada 1 orang bayi dari bayi yang diberisusu for- mula yang memiliki perkembangan yang meragukan dengan Skoring KPSP bernilai 8. Menurut Depkes (2007), Penyimpangan atau masalah perkembangan disebabkan banyak faktor diantaranya tingkat kes- ehatan, status gizi serta pengaruh lingkungan; juga yang merupakan faktor yang tak kalah pentingnya yaitu stimulasi atau rangsangan perkembangan anak. Hal ini telah dibuktikan pada penelitian yang dilaku- kan oleh Eva Latifah et al (2010) yang menyatakan bahwa lama pemberian ASI tidak mempengaruhi perkembangan Sosial-Emosi anak, namun banyak faktor yang dapat mempengaruhi Tumbuh Kembang anak diantaranya Stimulasi Psiko-sosial anak. Oleh karena itu, kepada Ibu bayi yang memiliki perkem- bangan yang meragukan agar selalu memantau per- tumbuhan dan perkembangan anaknya, dengan mel- akukan rangsangan perkembangan atau stimulasi agar kepandaian atau tahapan perkembangan bayinya dapat berlangsung sesuai dengan umur bayi. Hasil Uji Statistik t test diperoleh nilai P=0,027 (P>0,05) artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disi- mpulkan bahwa ada perbedaan antara Perkembangan Psiko-sosial bayiusia6bulan yang diberiASI Eksk- lusif dengan Perkembangan Psiko-sosial BayiUsia6bulan yang diberiSusuFormula.
dunia harus sesuai standar RDA (Recommendation Dietary Allowence). Standar RDA untuk susu for- mula bayi adalah jumlah kalori, vitamin dan mineral harus sesuai dengan kebutuhan bayi dalam mencapai tumbuh kembang yang optimal. Komposisi susu for- mula tersebut, mengandung acuan ASI sebagai Gold standard. Hasil penelitian yang berbeda dibuktikan pula sebelumnya oleh Salsabila (2010), bahwa status gizi bayiusia6-12 bulan yang diberiSusuFormula lebih baik dibanding bayi yang diberikan ASI. Hal ini diduga semua responden Ibu bayi sudah mengerti akan kebutuhan konsumsi atau asupan susuformula yang diperlukan oleh bayi dan status ekonomi kel- uarga yang memadai sehingga walaupun bayi tidak diberikan ASIEksklusif, kebutuhan asupan nutrisi yang diperlukan bayi bisa terpenuhi sehingga bayi memiliki berat badan normal atau sesuai dengan kur- va pertumbuhannya. Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara berat badan bayi yang diberiASIEksklusif dan SusuFormula, pemberian SusuFormula tetap harus diminimalkan dan pemberian ASIEksklusif harus ditingkatkan karena didalam ASIEksklusif terdapat zat anti bodi yang baik untuk mekanisme pertahanan tubuh bayi terhadap penyakit serta mengandung nu- trien penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak bayi.
Conita. 2014. Perbedaan Pertumbuhan BayiUsia 3-6Bulan yang DiberiASIEksklusif dan yang tidak diberiASIeksklusif di Puskesmas Gang Sehat Kecamatan Pontianak Selatan. Skripsi.
Depkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta: Depkes RI pp. 86, 108,110, 162.