Top PDF REPRESENTASI DISKRIMINASI PEREMPUAN DALAM NOVEL “RONGGENG DUKUH PARUK” (Studi Semiologi Tentang Representasi Diskriminasi Perempuan Dalam Novel “Ronggeng Dukuh Paruk” Karya Ahmad Tohari).
Leksia di atas digolongkan dalam kode pembacaan hermeneutik. Karena terdapat narasi dan suatu kesinambungan antara pemunculan suatu teka –teki. Pada kalimat Srintil mengisak seorang diri. Ronggeng itu tak akan menghentikan tangis karena binatang jantan lainnya akan segera datang menyingkap kelambu dan mendengus”. Yang berarti bahwa Srintil yang menahan rasa sakit dan tangisnya karena dia harus melayani laki-laki lain yang akan menikmati tubuhnya. Dari leksia di atas dapat dilihat bahwa Perjuangan srintil melawan rasa sakit pada perutnya, sebab masih ada laki-laki lainnya yang akan menikmati tubuhnya. Dalam novel tersebut menunjukkan bahwa perempuan seakan dilecehkan direndakan harga dirinya dengan dijadikannya pelayan bagi para laki-laki yang ingin memilikinya
Lazimnya, tarian ronggeng disuguhkan oleh laki-laki dan perempuan yang menari bersamaan (ngibing). Laki-laki disimbolkan sebagai benih tanaman yang siap tumbuh dan berkembang, sedangkan perempuan sebagai lahan yang siap ditanami. Seiring dengan keyakinan masyarakat akan daya magic-simpatetis tarian ronggeng, penyajiannya kemudian beralih tidak lagi di sawah-sawah, tetapi merambah dunia resepsi khitanan atau pernikahan. Kekuatan gaib yang ada pada ronggeng itu dianggap turut berpengaruh terhadap kesuburan pasangan sehingga berkah itu diharapkan segera mewujud dalam bentuk kelahiran anak. Selain itu, laki-laki dan perempuan yang melakukan praktik tari kesuburan itu tidak menganggapnya sebagai ajang jual-beli seks, tetapi sebagai unsur sah sebuah mitos. Meskipun akhirnya, ronggeng tidak lagi disajikan dalam upacara-upacara
Dalam novel karyanya yang berjudul RonggengDukuhParuk, kesenian ronggeng yang ditampilkan AhmadTohari mengisahkan dunia ronggeng dengan beragam persoalan yang ada. Dalam tradisi masyarakat DukuhParuk, ronggeng tidak hanya berpentas sebagai penari, tetapi bertugas pula melayani laki-laki yang berkeinginan kepadanya. Dalam masyarakatnya, ronggeng dikonstruksi oleh sistem religi yang ada untuk menampilkan perilaku atau peran yang menyokong kepentingan sepihak. Hal itu ditunjukkan dengan suatu realita bahwa ronggeng dicipta untuk memikat laki-laki sehingga perempuanronggeng tidak dibenarkan terpikat kepada laki-laki tertentu atau berumah tangga dengan laki-laki tertentu. Hal itu merupakan suatu konvensi yang tidak bisa ditawar-tawar yang berlaku di DukuhParuk.
Leksia di atas digolongkan dalam kode pembacaan hermeneutik. Karena terdapat narasi dan suatu kesinambungan antara pemunculan suatu teka –teki. Pada kalimat Srintil mengisak seorang diri. Ronggeng itu tak akan menghentikan tangis karena binatang jantan lainnya akan segera datang menyingkap kelambu dan mendengus”. Yang berarti bahwa Srintil yang menahan rasa sakit dan tangisnya karena dia harus melayani laki-laki lain yang akan menikmati tubuhnya. Dari leksia di atas dapat dilihat bahwa Perjuangan srintil melawan rasa sakit pada perutnya, sebab masih ada laki-laki lainnya yang akan menikmati tubuhnya. Dalam novel tersebut menunjukkan bahwa perempuan seakan dilecehkan direndakan harga dirinya dengan dijadikannya pelayan bagi para laki-laki yang ingin memilikinya
perempuan tidak akan memiliki pilihan. Jika, lelaki sudah berkehendak, perempuan harus menerimanya, baik terpaksa maupun tidak terp aksa. D eng an d em ikian, To hari m enunjukkan d an m eng ekalkan nilai patriakal bahwa lelakilah yang memegang kendali. Tokoh Rasus pun memilih untuk ‘ tid ak’ m elakukanny a. Rasus justru mengiyakan ajakan Srintil pada kali kedua. Berikut kutip an Srintil yang mereng ek meminta untuk melakukannya untuk kali ked ua: “ A ku benci, benci. Lebih baik kuberikan padamu. Rasus, sekarang kau tak boleh menolak seperti kau lakukan tadi siang. Di sini bukan pekuburan. Kita takkan kena kutuk. Kau mau, bukan?” (Tohari, 2011:76). M em ang p ad a p eristiw a itu, Srintil m em utuskan untuk m eny erahkan kep eraw ananny a karena ia ing in m enentukan lelaki p ertam a y ang berhubungan seks dengannya bukan dari tradisi bukak-kelambu. Pembaca diajak untuk puas p ad a tind akan Srintil, tetapi tanpa sadar sebenarnya Srintil telah lari dan masuk pada ranah patriakal lainnya tempat lelaki yang memegang kuasa.
gowokmenurut AhmadTohari adalah seorang perempuan yang disewa oleh seorang ayah bagi anak lelakinya yang sudah menginjak dewasa, menjelang kawin (RDP, 2011:201). Seorang gowok akan memberi pelajaran kepada anak laki-laki itu banyak hal perikehidupan berumah tangga. Dari keperluan dapur sampai bagaimana memperlakukan seorang istri secara baik misalnya, bagaimana mengajak istri pergi kondangan dan sebagainya. Selama menjadi gowok dia tinggal hanya berdua dengan anak laki-laki tersebut dengan dapur yang terpisah. Masa pergowokan biasanya berlangsung hanya beberapa hari, paling lama satu minggu. Satu hal yang tidak perlu diterangkan tetapi harus diketahui oleh semua orang adalah hal yang menyangkut tugas inti seorang gowok, yaitu mempersiapkan seorang perjaka agar tidak mendapat malu pada malam pengantin baru (RDP, 2011:201). "Bukan itu masalahnya. Kami memang pernah mendengar tentang pergowokan. Tetapi belum jelas karena di sini tidak berlaku adat seperti itu."(RDP, 2011:201)
Hasil pembahasan ini menunjukkan bahwa laki- laki ada yang menghargai perempuan dan juga ada yang tidak menghormati perempuan. Peran male feminis dan kontra male feminis ini pada intinya menggambarkan perilaku yang menghargai sosok perempuan dan perilaku yang tidak menghargai perempuan. Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya male feminis adalah faktor kultur kesenian tradisional dan kontra male feminis itu meliputi faktor ekonomi, faktor seksualitas dalam kultur masyarakat Jawa. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan dapat menjadi jembatan bagi munculnya penelitian baru. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan dalam dunia apresiasi sastra Indonesia.
Data KK 2 dan 3 menggambarkan konflik batin Rasus akan sosok Emak ternyata kemudian ditemukannya pada diri Srintil, anak perawan DukuhParuk berusia sebelas tahun, yang merupakan teman sepermainan Rasus. Selama bertahun-tahun hingga usianya empat belas tahun ia hanya bisa berandai- andai tentang Emak. Ia biarkan Emak hidup abadi dalam angan-angannya. Bahkan sengaja ia gambarkan sosok Emak ke dalam diri Srintil. Gambaran tersebut ia reka sendiri dan dijadikan kepastian dalam hidupnya. Dalam hal ini ada kecenderungan supresi yang dilakukan oleh Rasus. Rasus secara sadar telah mendeskripsikan Srintil sebagai perempuan yang ia rindukan, dalam hal ini ibunya. Dalam imajinasi Rasus, ia bebas memiliki Srintil, karena Srintil adalah ibunya. Rasus menciptakan imajinasinya demikian karena ia merasa ia memerlukan sebuah kenyamanan yang seharusnya ia peroleh dari seorang perempuan, akan tetapi ia tidak dapat memperolehnya karena ibunya telah meninggal sedangkan ia tidak mungkin memiliki Srintil. Khayalan-khayalan seperti ini wajib dimiliki oleh manusia, terutama jika ia tidak dapat meraih apa yang sangat diinginkannya. Maka ia kemudian menghayalkannya dalam imajinasinya. Menghayalkan bahwa ia dapat memiliki apa yang dalam dunia nyata tidak dapat dimilikinya.
Secara interteks novel RDP menjadi hipogram dari novel Sintren. Novel RDP dan Sintren sarat dengan muatan masalah-masalah gender. Aspek gender dalam novel RDP karyaAhmadTohari yaitu, Diskriminasi yang terdapat dalam masyarakat, pelecehan seksual, pemaksaan, cara berpikir dan penyifatan. Selain itu juga ditemukan aspek gender dari segi kecantikan dan kekuasaan. Aspek gender dalam Sintren karya Dianing Widya Yudhistira yaitu, dari masyarakat berupa pengucilan, pelecehan seksual, pemaksaan, penyifatan, cara berpikir, selain itu juga terjadi dalam dunia pendidikan, kecantikan dan kekuasaan.
Puji syukur alhamdulilah kehadirat Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul ‘Kajian Perubahan Unsur Intrinsik NovelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari ke dalam Skenario Film Sang Penari karya Salman Aristo’ dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad Saw. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan latar belakang sosial budaya AhmadTohari sebagai pengarang novelRonggengDukuhParuk, (2) mendeskripsikan analisis struktural novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari, (3) mendeskripsikan analisis konflik batin tokoh utama dalam novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari, dan (4) mendeskripsikan implementasi konflik batin tokoh utama dalam novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari sebagai bahan ajar sastra di SMA. Jenis penelitian ini ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan strategi penelitian studi kasus terpancang. Objek penelitian ini adalah konflik batin tokoh utama dalam novelRonggengDukuhParuk dengan tinjauan psikologi sastra. Data dalam penelitian ini berupa data deskriptif dalam bentuk kalimat dan wacana yang menyangkut konflik batin tokoh utama dalam novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah biografi AhmadTohari sebagai pengarang novelRonggengDukuhParuk dan Hand Out perkuliahan metodologi penelitian sastra. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode pembacaan model semiotik yaitu pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hasil analisis latar sosial budaya pengarang RonggengDukuhParuk diperoleh AhmadTohari sebagai pengarang novelRonggengDukuhParuk adalah seorang penulis dan mantan jurnalis berasal dari Banyumas. AhmadTohari telah menghasilkan trilogi novelRonggengDukuhParuk, yang terdiri dari Catatan Buat Emak, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Analisis struktural novelRonggengDukuhParuk diperoleh tema novel adalah kehidupan ronggengDukuhParuk yang terkoyak. Tokoh-tokoh dalam novel yaitu, Srintil, Rasus, Nenek Rasus, Sakarya, Nyai Sakarya, Sakum, Ki Kertareja, Nyai Kertareja, Tampi, Bajus. Tokoh utama dalam novel adalah Srintil. Alur yang digunakan dalam RonggengDukuhParuk adalah alur maju. Latar waktu dalam novel berlangsung pada tahun 1960-1966, sedangkan latar tempatnya berada di DukuhParuk, Dawuhan, Alas Wangkal. Latar sosialnya bahwa masyarakat DukuhParuk melarat secara turun-temurun dan kebanyakan masyarakatnya mengidap penyakit kulit. Berdasarkan tinjauan psikologi sastra, konflik batin dalam novelRonggengDukuhParuk mencakup (1) konflik mendekat-mendekat (approach- approach conflict), (2) konflik menghindar-menghindar (advoidance-advoidance conflict), (3) konflik mendekat-menghindar (approarch-advoidance conflict). Konflik batin tokoh utama dalam novelRonggengDukuhParuk dapat diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA.
AhmadTohari dan Umar Kayam adalah sastrawan Indonesia yang mengangkat perempuan ke dalam karya sastranya. Keduanya merupakan sastrawan angkatan 66 dan berasal dari Jawa. Keduanya juga merupakan sastrawan yang karyanya tidak hanya diakui di Indonesia, tapi telah diapresiasi oleh masyarakat dunia. Keduanya pernah mendapatkan SEA Write Award , yaitu penghargaan penulis se-Asia Tenggara. Umar Kayam mendapatkannya pada tahun 1987 sedang AhmadTohari pada tahun 1995 (http://id.wikipedia.org diakses pada tanggal 15 April 2013). Dalam novelRonggengDukuhParuk dan Sri Sumarah , keduanya bercerita mengenai tema yang sama, yakni perempuan pada masa pergolakan komunis. RonggengDukuhParuk bercerita tentang seorang perempuan di Banyumas Jawa Tengah, Srintil, yang karena bakatnya, ia menjadi terikat oleh budaya di lingkungannya. Budaya tersebut secara tidak langsung memaksa ia untuk menyerahkan keperawanan beserta harga dirinya. Dalam novel ini Srintil mencoba untuk keluar dari budaya, menyelamatkan harga dirinya. Sri Sumarah bercerita mengenai seorang perempuan yang hidup pada masa kemerdekaan dan G30S PKI. Dia hidup bersama neneknya yang sangat memegang teguh budaya Jawa. Segala yang ia lakukan haruslah sesuai dengan yang adat Jawa anggap baik. Dari caranya merawat tubuh, melayani suami hingga cara dia bersikapun juga tak lepas dari tata santun Jawa.
Penutur (A) dalam contoh (1) mengulang pernyataannya ”Mana mungkin kau bisa meneteki bocah bila tetekmu kosong. Lagipula seorang perempuan yang sedang menyusui harus banyak makan, terutama sayuran. Sedangkan kau sudah empat-lima hari ini tidak makan apa pun. Pokoknya tidak mungkin!” kepada lawan tutur bahwa tidak mungkin mitra tutur memberi air susu kepada anak kecil yang sedang digendongnya. Hal itu disebabkan mitra tutur tidak dalam keadaan hamil. Demikian pula, seorang nenek (B) pada contoh (2) menekankan tujuan tamunya (A) datang ke rumah kepada cucunya ”Dengar itu, Srin? Pokoknya, Pak Marsusi datang kemari hanya membawa satu tujuan. Yakni membuat hatimu senang. Iya kan, Pak?”. Hal ini dilakukan sang nenek karena cucunya tidak mau diajak berjalan-jalan oleh tamunya yang sudah berniat baik.
Sebuah perbandingan antara Srintil dengan Emak yang dihubungkan dengan kata “bagai”. Kemiripan lahir yang terlihat di antaranya Emak mempunyai senyum yang bagus seperti Srintil, suaranya lembut, sejuk, suara perempuan sejati. Persamaan antara Srintil dengan tokoh Emak itu dibangun sendiri oleh tokoh Rasus. Sedikit demi sedikit, lama-lama hal yang direkam sendiri itu dijadikan kepastian dalam hidup Rasus. Menurut bentuknya majas simile di atas menggunakan persamaan tertutup karena dalam ungkapan tersebut mengandung perincian mengenai sifat persamaan itu, yakni “citra perempuan sejati”.
1. Struktur novel RDP dan MOG dianalisis berupa aspek cerita dengan menggunakan teori kajian analisis stuktur Todorov. Analisis struktur Todorov tersebut akan menganalisi bagian (1) aspek sintaktik, (2) aspek semantik, dan (3) aspek verbal. Aspek pertama untuk meneliti urutan peristiwa secara kronologis dan logis khusus di dalam alur; aspek kedua untuk meneliti tema, tokoh, dan latar, ini sudah berkaitan dengan penafsiran makna atas lambang (verbal, bahasa); dan aspek ketiga untuk meneliti sarana atau alat-alat pengungkapannya seperti sudut pandang, gaya, `atau pengujaran. Dalam penelitian ini, analisis hanya akan dibatasi pada pembahasan: (1) sekuen dan fungsi utama (aspek sintaktik); (2) tokoh dan latar (aspek semantis); dan (3) sudut pandang (aspek verba/pragmatis).
Tokoh utama dalam novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari adalah Srintil. Srintil adalah seorang yatim piatu, sisa sebuah malapetaka, yang membuat banyak anak DukuhParuk kehilangan ayah- ibu. Sebelum membahas terkait dengan sifat dan karakter Srintil, peneliti terlebih dahulu membahas tentang makna yang terkandung dari nama “Srintil”. Ali Imron Al- Ma’ruf dalam Novi Anoegrajekti menyatakan mengenai makna nama Srintil, meskipun dari namanya terdengar tidak istimewa bahkan terkesan rendah, sebenarnya memiliki makna yang dalam, simbolis, dan filosofis. Nama Srintil memiliki fungsi sebagai identitas seorang perempuan desa juga memiliki fungsi simbolik. Kata “Srintil” dalam bahasa Jawa berarti kotoran kambing yang wujudnya kebulat-bulatan berwarna hijau tua kehitam-hitaman dan berbau tidak sedap. Mes kipun baunya busuk dan wujudnya menjijikan, “Srintil” dapat menjadi pupuk yang mampu menyuburkan tumbuhan-tumbuhan di sekitarnya di tanah yang gersang sekalipun. Artinya, meskipun kotoran kambing itu wujudnya menjijikan dan baunya busuk, Srintil tetap dibutuhkan dan dicari oleh manusia. Jadi, nama Srintil dalam RonggengDukuhParuk mengandung makna filosofis yang tinggi. 2
IDENTITAS PEREMPUAN DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN Oleh Citra Resmi Sebuah skri[r]
Kutipan di atas menggambarkan bahwa Nyai Sakarya selaku dukun ronggeng Srintil telah memasukkan beberapa susuk emas dan membacakan mantra pekasih agar Srintil dapat terlihat lebih cantik sehingga menarik perhatian penonton. Sehingga, tidak mengherankan jika seorang ronggeng mempunyai jimat tertentu agar terlihat lebih menarik dari biasanya. Kecantikan dan keakuannya sebagai seorang ronggeng, Srintil mempunyai tugas yang harus dilakoninya sebagai seorang ronggengDukuhParuk. Seperti Srintil seorang ronggeng menjadi gowok. Gowok adalah seorang perempuan yang disewa oleh seorang ayah bagi anak lelakinya yang sudah menginjak dewasa. Dan menjelang kawin. Seorang gowok akan memberi pelajaran kepada Waras tentang kehidupan berumah tangga. Dari keperluan dapur sampai bagaimana memperlakukan seorang istri secara baik. Misalnya, bagaimana mengajak istri pergi kondangan dan sebagainya. Selama menjadi gowok dia tinggal hanya berdua dengan anak laki-laki tersebut dengan dapur yang terpisah. Masa pergowokan biasanya berlangsung hanya beberapa hari, paling lama satu minggu. Satu hal yang perlu diterangkan tetapi harus diketahui oleh semua orang adalah hal yang menyangkut tugas inti seorang gowok, yaitu mempersiapkan seorang
Puji syukur yang dalam penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah menganugrahkan berbagai karunia. Salah satu karunia yang penulis rasakan adalah diberikan kenikmatan untuk menyelesaikan tesis dengan judul ” Gaya Kata dalam Novel Trilogi RonggengDukuhParukKaryaAhmadTohari: Kajian Stilistika dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar Ba hasa Indonesia di SMA”.
Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, memaparkan gaya kata dalam novel trilogi RDP dengan kajian stilistika. Kedua, mendeskripsikan relevansi gaya kata dalam novel trilogi RDP Tohari dengan kajian stilistika sebagai bahan ajar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Objek kajian penelitian ini berupa gaya kata dalam novel trilogi RDP dan bahan ajar sebagai bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang merupakan gaya kata yang digunakan oleh AhmadTohari sebagai penulis dalam novel trilogi RDP . Selain itu, SKKD mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA yang dapat direlevansikan dengan gaya kata yang telah dianalisis dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka. Teknik analisis data menggunakan metode padan intralingual dengan teknik lanjutan HBSP, metode pembacaan model semiotik, yaitu heuristik dan hermeneutik, dan teknik analisis komparatif. Hasil penelitian ini menyatakan gaya kata dalam novel RDP digolongkan dalam 8 gaya kata, yaitu kata konotatif, kata konkret, kata sapaan khas dan nama diri, kata serapan bahasa asing, kata dengan objek realitas alam, kata vulgar, dan kata seru khas Jawa, dan kosakata bahasa Jawa. Dari Kedelapan jenis kata tersebut yang paling dominan digunakan AhmadTohari adalah konotatif. Selanjutnya, relevansi gaya kata dengan SK dan KD mata pelajaran Bahasa Indonesia dinyatakan pada KD 7.2. Menganalisis unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan dan KD 5.2. Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan penggalan novel. Relevansi tersebut dapat dijadikan sebagai rujukan pembuatan bahan ajar mata pelajaran Bahasa Indoensia di SMA.