Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “aku bertanya kepada rasulullah, jual-beli apakah yang diharamkan dan yang dihalalkan? Beliau bersabda, “hai keponakanku! Bila engkau membeli barang jangan dijual sebelum terjadi serah terima”. (HR. Ahmad)
Makalah ini membahas tentang rukun dan syaratjualbeli Murabahah. Kajian tentang rukun dan syaratjualbeli Murabahah penting untuk disajikan pada kelas Perbankan Syariah, karena Islam adalah agama yang universal sebagai pedoman yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, pada garis besarnya menyangkut dua bagian pokok, yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah adalah merendahkan diri kepada allah swt dengan menaati segala perintah dan menjauhi segala larangannya. Sedangkan muamalah ialah kegiatan-kegiatan yang menyangkut antar manusia yang meliputi aspek ekonomi, politik dan sosial. Untuk kegiatan muamalah yang menyangkut aspek ekonomi seperti jualbeli, simpan pinjam, hutang piutang, usaha bersama dan lain sebagainya. ada salah satu jenis jualbeli yang banyak berkembang dimasyarakat dalam perbankan syariah yaitu jualbeli Murabahah. Murabahah merupakan jualbeli di mana si penjual mengambil keuntungan dari barang yang dijualnya sementara si pembeli mengetahui harga awal barang tersebut.
3) Beragama Islam. 11 syarat ini khusus utuk pembeli saja dalam benda- benda tertentu seperti seseorang dilarang menjual hambanya yang beraga islam kepa pembeli yang beragama tidak islam, sebab besar kemungkinan pembeli tersebut akan merendahkan abid yang beragama Islam, sedangkan Allah melarang orang mu‟min
Secara defenisi, rukun adalah suatu unsur yang merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dan ada atau tidak adanya sesuatu itu (Dahlan, 1996:.1510).Definisi syarat berkaitan dengan sesuatu yang tergantung padanya keberadaan hukum syar’i dan ia berada di luar hukum itu sendiri, yang ketiadaannya menyebabkan hukum pun tidak ada (Dahlan, 1996: 1691).Perbedaan antara rukun dan syarat menurut ulama ushul fiqih, yaitu rukun merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum dan ia termasuk dalam hukum itu sendiri, sedangkan syarat merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum, tetapi ia berada di luar hukum itu sendiri (Dahlan, 1996: 1692). 1
Menurut ulama Hanafiyah rukunjualbeli hanya satu, yaitu ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan kabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut mereka, yang menjadi rukun dari jualbeli itu hanyalah kerelaan (rida/taradhi) kedua belah pihak untuk melakukan transaksi jualbeli. Akan tetapi, jumhur ulama menyatakan bahwa syarat dan rukunjualbeli itu ada empat, yaitu:
Praktek jualbeli pupuk kandang di Dusun Sodong Desa Tengklik Kec. Tawangmangu Kab. Karanganyar Jawa Tengah telah sesuai dengan rukun dan syaratjualbeli meskipun bahan dasar dari pembuatan pupuk kandang ialah kotoran hewan yang sesuai dengan tabiatnya sebagai benda yang menjijikan dan buruk, dengan diikuti sifatnya yakni kotor, bau dan menjijikan. Akan tetapi terdapat pendapat pertama yang menerangkan bahwa kotoran hewan ternak tidaklah najis karena berasal dari kotoran hewan yang dapat dimakan dagingnya. Pendapat yang kedua ialah pendapat-pendapat Ulama yang memperbolehkan untuk mengambil manfaat dari suatu benda serta memperjual belikan dengan catatan tidak melanggar hukum Islam.
Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka, beberapa artikel, hasil karya tulis dan beberapa buku yang berkaitan dengan jualbeli online, fikih muamalah dan sebagian dari lapak jualbeli Forum JualBeli dijadikan landasan apakah jualbeli online di www.kaskus.co.id sudah memenuhi rukun dan syaratjualbeli secara Islam atau tidak.
Pengertian syarat adalah sesuatu yang bukan merupakan unsur pokok tetapi adalah unsur yang harus ada di dalamnya. Jika ia tidak ada, maka perbuatan tersebut dipandang tidak sah. Misalnya; suka sama suka merupakan salah satu syarat sahnya jualbeli. Jika unsur suka sama suka tidak ada, jualbeli tidak sah menurut hukum. 12 Syarat-syaratjualbeli ada empat macam, yaitu syarat terpenuhinya akad (syurut al- in ‘iqad ), syarat sah (syurut al-nafadz), syarat sah (syurut al-sihhah), dan syarat mengikat (syurut al-luzum). Adanya syarat-syarat ini di maksudkan untuk menjamin bahwa jualbeli yang dilakukan akan membawa kebaikan bagi kedua belah pihak dan tidak ada yang dirugikan. 13
Hasil penelitian dari praktik jualbeli singkong dengan sitem penangguhan masa panen, prakteknya adalah dilakukan antara petani dan pembeli secara suka rela, pembayaran dilakukan dimuka sekitar singkong dalam usia 5-6 bulan, ditangguhkan sampai singkong usia 9-10 bahkan sampai 12 bulan, dalam masa waktu panen petani tidak diperbolehkan menanami lahannya. Adapun prakteknya adalah petani datang ke rumah untuk manwarkan singkong yang masih usia 5-6 bulan, terus ditanya luasnya berapa, hasilnya biasanya berapa Kg kalau usia masa panen, setelah mengetahui informasi tersebut dari petani, terus saselanjutnya pembelinyya kroscek lokasi untuk membutikan kebenaran luasnya, dan memperkirakan harganya. Ditinjau dari rukunjual belinya, keempat rukun yang mayoritas dikemukakan oleh ulama fiqih sudah terpenuhi karena adanya penjual, pembeli, ijab-qabul, dan barang yang diperjual belikan. Namun, berkaitan dengan syaratjualbeli ada beberapa syarat yang menurut peniliti harus ditinjau kembali seperti, objek harus bisa diserahterimakan, dan harus diketahui wujudnya.
Sementara syaratjualbeli ada empat macam, yaitu syarat terpenuhinya akad (syurut al-in iqad), syarat pelaksanaan jualbeli (syurut al-nafadz), syarat sah (syurut al-sihah), dan syarat mengikat (syurut al-luzum). Adanya syaratsyarat ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa jualbeli yang dilakukan akan membawa kebaikan bagi kedua belah pihak dan tidak ada yang dirugikan.
Menurut hukum Islam, transaksi jualbeli terjadi karena adanya kehendak antara dua pihak atau lebih untuk memindahkan suatu harta atau benda dengan cara tukar menukar, yaitu menyerahkan barang yang diperjualbelikan dan menerima harga sebagai imbalan dari penyerahan barang tersebut dengan syarat dan rukun yang ditentukan oleh hukum Islam. 4 Jumhur ulama menyatakan bahwa rukunjualbeli itu ada empat, yaitu: penjual dan pembeli, shighat (lafal ijab dan qabul), ada barang yang dibeli, dan ada nilai tukar pengganti barang. Sedangkan yang masuk ke dalam syaratjualbeli adalah orang yang bertransaksi harus berakal, barang yang diperjualbelikan dapat dimanfaatkan oleh manusia, diserahkan pada saat akad berlangsung atau pada waktu yang telah disepakati bersama, dan harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya. serta yang lebih utama adalah adanya unsur kerelaan antara kedua belah pihak.
Makalah ini membahas tentang istishna’. Kajian dalam istishna’ sangat penting pada kelas perbankan syariah, khususnya dalam melakukan transaksi jualbeli, dan bertujuan untuk lebih memahami apa saja rukun dan syarat istishna serta mengetahui bagaimana cara yang akan dilakukan pada saat akad jualbeli, karena istishna itu sendiri berarti pemesanan barang maka sudah pasti didalam pemesanan tersebut harus memiliki akad dan didalam akad tersebut harus ada rukun dan syarat, supaya lebih mudah dalam menjalankan transaksi jual belinya.
Sighah harus menggunakan lafazh yang menunjukkan kata memesan barang, karena salam pada dasarnya jualbeli dimana barang yang menjadi objeknya belum ada. Hanya saja diperbolehkan dengan syarat harus menggunakan kata “memesan” atau salam.Kabul juga harus menggunakan kalimat yang menunjukkan kata menerima atau rela terhadap harga. Para pihak harus cakap hukum (baligh atau mumayyiz dan berakal) serta dapat melakukan akad atau transaksi. Sementara barang yang menjadi objek jualbeli salam adalah barang harus milik penuh si penjual, barang yang bermanfaat,serta dapat diserah terimakan.Sementara modal harus diketahui,modal atau uang harus diserahkan terlebih dahulu dilokasi akad. 1
Khiyar menurut bahasa memilih dan menurut istilah memilih antar dua kemungkinan yaitu meneruskan untuk jualbeli atau membatalkanya. Dengan demikian khiyar hukumnya mubah atau boleh dalam ajaran islam sebagai man sabda Rosulullah SAW
Jualbeli batil adalah akad yang salah satu rukun dan syaratnya tidak terpenuhi dengan sempurna, seperti penjual yang bukan berkompeten, barang yang tidak bisa diserahterimakan dan sebagainya. Sedangkan jualbeli yang fasid adalah akad yang secara syaratrukun terpenuhi, namun terdapat masalah atas sifat akad tersebut, seperti jualbeli majhul yaitu jualbeli atas barang yang spesifikasinya tidak jelas. Menurut mayoritas ulama, kedua akad ini dilarang serta tidak diakui adanya perpindahan kepemilikan. 14
Adapun seseorang yang merasa tertipu karena penjual mendapatkan keuntungan dengan menaikkan harga di luar batas kewajaran, maka syariat kita membolehkan pembeli untuk menuntut haknya dengan mengambil kembali uang yang telah dibayarkan dan mengembalikan barang tersebut kepada penjual, inilah yang dinamakan dengan khiyarul gabn bisa dilihat pada pembahasan berbagai jenis khiyar. Wallahu ta’ala a’lam bish shawab. Demikianlah beberapa penjelasan ringkas mengenai jualbeli dan beberapa persyaratannya. Semoga bermanfaat bagi kami dan kaum muslimin.