The result of the research can be concluded that: 1) TrilogiRonggengDukuhParuk novel have already analyzed the structure for giving the desribing explanation for teacher when educate student about the structure that exist in the novel. 2) TrilogiRonggengDukuhParuk novel by AhmadTohari analyze the education value that contains in TrilogiRonggengDukuhParuk novel for getting the knowledge, motivation,and inovative. 3) TrilogiRonggengDukuhParuk novel by AhmadTohari also analyse social culture background that still poor and backwardness for getting the ease of literature work appreciation. 4) TrilogiRonggengDukuhParuk novel by AhmadTohari enriching the knowledge dan wide information about structure revelance and sociology approach in that novel.
Kiranya persamaan sekaligus pertentangan antara ronggeng dan geisha melalui dua novel tersohor tersebut menarik. Mengingat menurut peneliti belum terlalu banyak penelitian yang mengupas mengenai ronggeng juga mengupas mengenai geisha secara berdampingan. Terdapat beberapa skripsi dan tesis yang membahasa mengenai kajian interteks terkait MOG dengan novel Indonesia yang berbau Jepang. Salah satunya adalah tesis yang ditulis oleh Titiek Suyatmi pada tahun 2010 yang berjudul Kajian Intertekstual dan NilaiPendidikan antara Novel Memoirs Of A Geisha Karya Arthur Golden dengan Novel Kembang Jepun Karya Remy Sylado. Dilihat dari penelitian ini, menekankan pada persamaan struktur melalui kajian interteks. Sedang persamaan nilai budaya tidak disinggung sama sekali. Rata-rata penelitian yang mengambil novel MOG sebagai perbandingan mengacu kepada novel Indonesia yang memiliki unsur Jepang yang kuat dengan tokoh utama perempuan seperti novel Namaku Hiroko yang ditulis oleh Nh Dini atau Kembang Jepun yang ditulis Remy Sylado.
Novel TrilogiRonggengDukuhParuk merupakan karya monumental. Pengarang novel RonggengDukuhParuk bernama AhmadTohari, seorang penulis dari Banyumas. Merupakan sastrawan Indonesia yang jeli dalam mengamati fenomena-fenomena sosial budaya. Kehidupan masyarakat yang kompleks dan rumit ia tuangkan dalam tulisan dengan menggunakan bahasa sederhana yang terkadang masih lekat dengan jawa. Lebih dari 50 skripsi dan tesis lahir dari novel ini. Selain itu novel ini telah diterjemahkan ke dalam 4 bahasa asing, yaitu bahasa, Jepang, Jerman, Belanda dan Inggris, di samping dibuat pula dalam bahasa daerah Jawa. Bahkan di jurusan Sastra Asia Timur, novel ini menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa.
Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan karunia-Nya yang senantiasa menyertai saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul Gaya Bahasa pada Novel TrilogiRonggengDukuhParuk Buku III (Jantera Bianglala) KaryaAhmadTohari (Sebuah Kajian Pragmatik) ini dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Salah satu novelis besar di Indonesia adalah AhmadTohari. Namanya melejit lewat novel berjudul RonggengDukuhParuk. Dia dilahirkan di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah pada tanggal 13 Juni 1948. Pendidikan terakhirnya adalah di tingkat SMA. Cerpennya berjudul “Jasa-jasa buat Sanwirya” mendapat Hadiah Hiburan Sayembara Kincir Emas 1975 yang diselenggarakan Radio Nederland Wereldomroep. Novelnya Di Kaki Bukit Cibalak (1986) mendapat salah satu hadiah Sayembara Penulisan Roman DKJ 1979. Novel Kubah (1980) dan Jantera Bianglala (1986) meraih hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P&K. Novel lainnya berjudul Lintang Kemukus Dini Hari (1986), Bekisar Merah (1993), dan Lingkar Tanah Lingkar Air (1995). Selain itu, beberapa kumpulan cerpen juga telah dihasilkannya, yakni Senyum Karyamin (1989) dan Nyanyian Malam (2000). Pada tahun 1995, dia menerima Hadiah Sastra ASEAN.
Kutipan tersebut menggambarkan peranan atau tugas seorang Srintil sebagai seorang ronggeng di DukuhParuk. Seorang ronggeng selain mempunyai tugas menari dalam pentas, dia juga harus bisa memberikan jasa kepada laki-laki di DukuhParuk jika istri laki-laki tersebut sedang hamil tua atau baru melahirkan. Memang tugas itu tidak sepenuhnya dilaksanakan karena orang DukuhParuk tentu belum punya keberanian untuk mendekati Srintil. Srintil pun melakukan itu hanya sebagai kesadaran primordial yang dengan rela memberikan jasa. Srintil yang merupakan seorang ronggeng yang memiliki kedudukan serta dianggap membawa berkah, sehingga warga DukuhParuk tidak keberatan apabila suaminya yang tidak dapat dilayani oleh istrinya, mereka dapat memintanya kepada Srintil. Mereka menganggap suatu keberkahan apabila seorang suami DukuhParuk dapat tidur dan dilayani oleh Srintil. Tetapi karena orang DukuhParuk sadar bahwa Srintil seorang ronggeng yang bermartabat. Srintil tidak sama dengan ronggeng-ronggeng sebelumnya, yang menjadikan uang satu-satunya nilai tukar. Srintil hanya akan melayani laki-laki yang dia sukai atau catatan lain yang istimewa; Srintil senang menerima lelaki yang beristri cantik.
Novel RonggengDukuhParuk (RDP) karyaAhmadTohari dipandang oleh para pengamat sastra sebagai salah satu fiksi Indo- nesia mutakhir yang memenuhi kriteria sastra literer dalam teori Hugh (dalam Aminuddin, 1990: 45). Kriteria itu adalah (1) relevansi nilai- nilai eksistensi manusia yang terdeskripsikan melalui jalan seni, imajinasi, dan rekaan yang membentuk kesatuan yang utuh, selaras, serta memiliki kepaduan dalam pencapaian tujuan tertentu (integrity, harmony, dan unity); (2) daya ungkap, keluasan, dan daya pukau yang disajikan lewat bentuk (texture) serta penataan unsur-unsur kebahasaan dan struktur verbalnya (adanya consonantia dan klaritas). Struktur novel dengan segala sesuatu yang dikomunikasikan, menurut Fowler (1977: 3), selalu dikontrol langsung oleh manipulasi bahasa pengarang. Demi efektivitas pengung- kapan, bahasa sastra disiasati, dimanipulasi, dieksploitasi, dan diberdayakan sedemikian rupa melalui stilistika. Oleh karena itu, bahasa karyasastra memiliki kekhasan yang berbeda dengan karya nonsastra (Wellek dan Warren, 1989: 15). Kekhasan bahasa sastra adalah penuh ambiguitas dan memiliki kategori- kategori yang tidak beraturan dan terkadang tidak rasional, asosiatif, konotatif, dan mengacu pada teks lain atau karyasastra yang lahir sebelumnya.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan ronggeng dalam kebudayaan Banyumas dalam novel RonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan objektif sastra. Pendekatan objektif analisis ini menitikberatkan pada kebudayaan dan kepercayaan masyarakat terhadap ronggeng dalam novel RonggengDukuhParuk sebagai kajian penelitian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa permasalahan ronggeng dalam kebudayaan Banyumas yang terdapat dalam novel RonggengDukuhParuk meliputi: 1) fungsi ronggeng sebagai kesenian, meliputi: fungsi upacara ritual, hiburan, dan pertunjukan. 2) syarat-syarat menjadi ronggeng dalam kebudayaan Banyumas yang meliputi: masuknya indang arwah Ki Secamenggala, upacara pemandian di depan makam Ki Secamenggala, dan upacara bukak- klambu. 3) fungsi penari ronggeng di kebudayaan Banyumas, meliputi: penari, penghibur, dan pembawa keberkahan. 4) pandangan masyarakat terhadap ronggeng, dalam masyarakat DukuhParuk, ronggeng dianggap sebagai milik umum, pembawa keberkahan, dan simbol DukuhParuk. Namun, di luar masyarakat DukuhParukronggeng dianggap sebagai penghibur, pelacur, dan sundal. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, novel RonggengDukuhParuk dapat digunakan sebagai materi agar peserta didik dapat membangun karakter, kritis, menghargai dan menghormati sesama manusia, bertanggung jawab dan dapat memahami serta menyikapi nilai budaya dan nilai moral yang disampaikan dengan jelas dalam novel RonggengDukuhParuk.
Novel TrilogiRonggengDukuhParuk merupakan karya monumental. Pengarang novel RonggengDukuhParuk bernama AhmadTohari, seorang penulis dari Banyumas. Merupakan sastrawan Indonesia yang jeli dalam mengamati fenomena-fenomena sosial budaya. Kehidupan masyarakat yang kompleks dan rumit ia tuangkan dalam tulisan dengan menggunakan bahasa sederhana yang terkadang masih lekat dengan jawa. Lebih dari 50 skripsi dan tesis lahir dari novel ini. Selain itu novel ini telah diterjemahkan ke dalam 4 bahasa asing, yaitu bahasa, Jepang, Jerman, Belanda dan Inggris, di samping dibuat pula dalam bahasa daerah Jawa. Bahkan di jurusan Sastra Asia Timur, novel ini menjadi bacaan wajib bagi mahasiswa.
oleh dukun rongggeng si Kartareja. Ia berkata kepada Marsusi bahwa Srintil iri kepada istri lurah pecikalan yang mempunyai kalung berlian. Kartareja semakin licik, diam-diam ia menjual Srintil, namun ketika pak Marsusi datang lagi dengan membawa kalung berlian, Srintil tetap menolaknya. Kemarahan pak Marsusi dan Kartareja memuncak, namun hal itu ditanggapi sangat tenang oleh srintil. Akhirnya Srintil memutuskan menjadi gowok di Alaswungkal, Ia kasihan dengan anak yang bernama Waras yang mepunyai keterbelakangan, Srintil mengajarkan Waras tentang kehidupan dan wanita. Selama kurang lebih empat hari Srintil menjadi gowok di Alaswungkal. Suatu hari datanglah pak Bakar. Pak Bakar adalah orang yang selalu membantu DukuhParuk bila kesusahan. Tidak ada yang tahu bahwa ini merupakan awal penderitaan DukuhParuk, pak Bakar ternyata orang PKI. Secara tidak langsung DukuhParuk dianggap sebagi pengikut pemberontak. Tentara semakin beringas membakar rumah-rumah DukuhParuk, dengan keberanian yang tinggi Srintil, Sakarya, Kartareja, Sakum ,dan yang lain menemui polisi untuk menjelaskan bila mereka tidak terkait oleh PKI, namun apadaya mereka di jadikan tahanan karena dianggap terlibat PKI.
Masyarakat luas pecinta sastra khususnya menilai bahwa RDP merupakan salah satu novel Indonesia mutakhir yang memiliki keunikan dan kekhasan baik dari segi ekspresi maupun segi kekayaan makna. Kehadirannya dalam dunia sastra Indonesia sejak dekade 1980-an telah mendorong banyak pecinta dan pengamat sastra untuk membaca novel tersebut. Bahkan siswa-siswa khususnya di SMAN 1 Surakarta bedasarkan penelitian penulis tidak sedikit pula yang menyukai dan memburu ingin membaca novel tersebut. Begitu besar minat siswa untuk ingin membaca novel tersebut. Terbukti novel RDP yang tersedia di perpustakaan berjumlah 15, selalu silih berganti dibaca dan dipinjam oleh siswa.
Tiada kata terindah selain ucapan syukur penulis kehadirat Allah Swt yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya, sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan di dalam menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Aspek gender dalam novel RonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari dan novel Sintren Karya Dianing Widya Yudhistira”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
serempak dua hal yang sama-sama tidak menarik atau tidak disukainya dan harus memilih salah satu, seperti contoh ketika Srintil pergi ke Dawuhan ketika disuruh pulang oleh Nyai Kartareja karena ada Pak Marsusi yang hendak bertemu dengannya akan tetapi Srintil memilih pergi. Contoh lagi ketika Srintil memutuskan untuk tidak melayani laki- laki lagi, Ia hanya ingin meronggeng layaknya seorang ronggeng. Ketiga, konflik mendekat-menghindar (approach-advoidance conflict), konflik ini terjadi apabila seseorang menghadapi serempak antara yang menarik dan yang tidak menarik dan harus memilih salah satu daripadanya, seperti contoh Srintil kecewa karena Rasus menolaknya ketika ia hendak menyerahkan kehormatannya. Contoh lainnya ketika hendak disuruh dukun ronggeng untuk bertemu dengan Pak Marsusi, Srintil lebih memilih bersama Goder.
bahwa aspek objektif, yaitu stilistika RonggengDukuhParuk memiliki keunikan dan kekhasan ( idiocyncrasy ) yang tidak ditemukan dalam karyasastra lain sekaligus membuktikan kompetensi AhmadTohari dalam pemberdayaan potensi bahasa. Adapun aspek genetik yakni latar sosiohistoris pengarang menunjukkan bahwa AhmadTohari adalah sastrawan Jawa yang hidup dalam keluarga santri dan akrab dengan alam pedesaan yang asri serta masyarakat pedesaan yang miskin dan lemah. Dari aspek afektif menunjukkan bahwa RonggengDukuhParuk merupakan karyasastra multidimensi yang kaya gagasan. Wujud performansi stilistika RonggengDukuhParuk memiliki daya ekspresi kuat sebagai media artikulasi gagasan yang tidak terlepas dari latar sosiohistoris pengarangnya.
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad Saw. atas kehendak Allah Swt. penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel RonggengDukuhParukKaryaAhmadTohari: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”. Penulisan skripsi ini digunakan untuk memenuhi syarat dalam rangka mencapai derajat Sarjana S-1, Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam (BSNP, 2006:261) meliputi; (a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, (b) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, (c) memahami bahasa Indonesia dan memanfaatkannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (d) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, (e) menikmati dan memanfaatkan karyasastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (f) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
perempuan tidak akan memiliki pilihan. Jika, lelaki sudah berkehendak, perempuan harus menerimanya, baik terpaksa maupun tidak terp aksa. D eng an d em ikian, To hari m enunjukkan d an m eng ekalkan nilai patriakal bahwa lelakilah yang memegang kendali. Tokoh Rasus pun memilih untuk ‘ tid ak’ m elakukanny a. Rasus justru mengiyakan ajakan Srintil pada kali kedua. Berikut kutip an Srintil yang mereng ek meminta untuk melakukannya untuk kali ked ua: “ A ku benci, benci. Lebih baik kuberikan padamu. Rasus, sekarang kau tak boleh menolak seperti kau lakukan tadi siang. Di sini bukan pekuburan. Kita takkan kena kutuk. Kau mau, bukan?” (Tohari, 2011:76). M em ang p ad a p eristiw a itu, Srintil m em utuskan untuk m eny erahkan kep eraw ananny a karena ia ing in m enentukan lelaki p ertam a y ang berhubungan seks dengannya bukan dari tradisi bukak-kelambu. Pembaca diajak untuk puas p ad a tind akan Srintil, tetapi tanpa sadar sebenarnya Srintil telah lari dan masuk pada ranah patriakal lainnya tempat lelaki yang memegang kuasa.
Hasil pembahasan ini menunjukkan bahwa laki- laki ada yang menghargai perempuan dan juga ada yang tidak menghormati perempuan. Peran male feminis dan kontra male feminis ini pada intinya menggambarkan perilaku yang menghargai sosok perempuan dan perilaku yang tidak menghargai perempuan. Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya male feminis adalah faktor kultur kesenian tradisional dan kontra male feminis itu meliputi faktor ekonomi, faktor seksualitas dalam kultur masyarakat Jawa. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan dapat menjadi jembatan bagi munculnya penelitian baru. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan dalam dunia apresiasi sastra Indonesia.
Salah satu ciri khusus yang tampak dalam novel trilogiRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari, yaitu penggunaan gaya kata yang khas bernuansa pedesaan. Hal ini, selain dipengaruhi oleh latar cerita dalam novel trilogiRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari juga dipengaruhi oleh latar kehidupan AhmadTohari yang akrab dengan dunia pedesaan. Profesi AhmadTohari sebagai wartawan turut mewarnai pemakaian bahasa dan gaya kata yang bervariatif. Menurut Al-Ma’ruf (2009:53) dalam karyasastra terdapat banyak gaya kata antara lain kata konotatif, kata konkret, kata serapan bahasa asing, kata sapaan khas dan nama diri, kata seru khas Jawa, kata vulgar, kata dengan objek realitas alam, dan kosakata bahasa Jawa.
Rohmi, Siti. 2010. “Kekerasan dalam Rumah tangga pada Novel Nikah Semusim: Kajian Feminisme Sastra dan Implementasinya dalam Pemebelajaran Sastra di Kelas VIII SMP N 1 Bancak”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.