Top PDF MAJAS NOVEL TRILOGI RONGGENG DUKUH PARUK Majas Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia Di Sma.
The type of the research is descriptive qualitative. The object of the study is the usage of figure of speech and the meaning in trylogy novel RDP. The data in the research is in the form of words dealing with the usage of figure of speech by AhmadTohari. The source of data in the research is the trylogy novelRonggengDukuhParuk by AhmadTohari published by PT Gramedia Pustaka. The novel has 408 pages as the fifth edition in the year of 2009; and also the articles from the internet. The technique of collecting the data is the lybrary technique to find the figure of speech in the novel. The technique of data analysis used in the research is the method of equal-intralingual with the technique of comparing and relating to equalize the main thing. The meaning of the figure of speech is learned using the semiotics reading.
Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam. Sastra bukan hanya sekedar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari lahirnya kreativitas imajinatif seorang pengarang. Proses merenung, mengukir, mewarnai dan mengolah serta menghadirkan gagasan yang ada dalam pikiran sastrawan membuahkan wujud sastra. Penggunaan bahasa dalam teks sastra bukan merupakan sesuatu yang dominan sebagai alat komunikasi, karena kemampuan bahasa dapat dimanfaatkan tanpa adanya suatu batasan. Karena itu, sering sekali kita lihat kalimat dalam karya sastra bermakna ambigu, abstrak, simbolis, dan inkonvensional. Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa dalam mengekpresikan sebuah estetika, bahasa sering disusun melalui permainan merakit dan melukis kata kata serta merefleksikan dengan ungkapan makna yang bersifat kreatif, inovatif, dan imajinatif. Makna inilah di antaranya yang mampu mengukir sebuah keindahan isi sebuah karya sastra yang penuh keunikan, kreativitas dan terjelma sebuah gagasan yang profesional.
Sebuah perbandingan antara Srintil dengan Emak yang dihubungkan dengan kata “bagai”. Kemiripan lahir yang terlihat di antaranya Emak mempunyai senyum yang bagus seperti Srintil, suaranya lembut, sejuk, suara perempuan sejati. Persamaan antara Srintil dengan tokoh Emak itu dibangun sendiri oleh tokoh Rasus. Sedikit demi sedikit, lama-lama hal yang direkam sendiri itu dijadikan kepastian dalam hidup Rasus. Menurut bentuknya majas simile di atas menggunakan persamaan tertutup karena dalam ungkapan tersebut mengandung perincian mengenai sifat persamaan itu, yakni “citra perempuan sejati”.
Rohmi, Siti. 2010. “Kekerasan dalam Rumah tangga pada Novel Nikah Semusim: Kajian Feminisme Sastra dan Implementasinya dalam Pemebelajaran Sastra di Kelas VIII SMP N 1 Bancak”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan latar belakang sosial budaya AhmadTohari sebagai pengarang novelRonggengDukuhParuk, (2) mendeskripsikan analisis struktural novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari, (3) mendeskripsikan analisis konflik batin tokoh utama dalam novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari, dan (4) mendeskripsikan implementasi konflik batin tokoh utama dalam novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari sebagai bahanajar sastra di SMA. Jenis penelitian ini ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan strategi penelitian studi kasus terpancang. Objek penelitian ini adalah konflik batin tokoh utama dalam novelRonggengDukuhParuk dengan tinjauan psikologi sastra. Data dalam penelitian ini berupa data deskriptif dalam bentuk kalimat dan wacana yang menyangkut konflik batin tokoh utama dalam novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah biografi AhmadTohari sebagai pengarang novelRonggengDukuhParuk dan Hand Out perkuliahan metodologi penelitian sastra. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode pembacaan model semiotik yaitu pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hasil analisis latar sosial budaya pengarang RonggengDukuhParuk diperoleh AhmadTohari sebagai pengarang novelRonggengDukuhParuk adalah seorang penulis dan mantan jurnalis berasal dari Banyumas. AhmadTohari telah menghasilkan triloginovelRonggengDukuhParuk, yang terdiri dari Catatan Buat Emak, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala. Analisis struktural novelRonggengDukuhParuk diperoleh tema novel adalah kehidupan ronggengDukuhParuk yang terkoyak. Tokoh-tokoh dalam novel yaitu, Srintil, Rasus, Nenek Rasus, Sakarya, Nyai Sakarya, Sakum, Ki Kertareja, Nyai Kertareja, Tampi, Bajus. Tokoh utama dalam novel adalah Srintil. Alur yang digunakan dalam RonggengDukuhParuk adalah alur maju. Latar waktu dalam novel berlangsung pada tahun 1960-1966, sedangkan latar tempatnya berada di DukuhParuk, Dawuhan, Alas Wangkal. Latar sosialnya bahwa masyarakat DukuhParuk melarat secara turun-temurun dan kebanyakan masyarakatnya mengidap penyakit kulit. Berdasarkan tinjauan psikologi sastra, konflik batin dalam novelRonggengDukuhParuk mencakup (1) konflik mendekat-mendekat (approach- approach conflict), (2) konflik menghindar-menghindar (advoidance-advoidance conflict), (3) konflik mendekat-menghindar (approarch-advoidance conflict). Konflik batin tokoh utama dalam novelRonggengDukuhParuk dapat diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA.
Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh pembaca. Pengarang mempunyai bahasa yang khas dalam menuangkan hasil pikirannya ke dalam karya sastra. Wellek dan Weren (1993:109) menjelaskan sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Seni kreatif sastra menggunakan manusia dan segala macam segi kehidupannya sebagai media dalam menyampaikan ide. Kehadiran karya sastra tidak pernah terlepas dari identitas pengarangnya karena sebuah karya sastra bersumber dari lingkungan atau masyarakat pengarang. Salah satu yang tidak pernah terlepas atau selalu kental dengan pengarang yaitu dari latar belakang karya sastra itu sendiri. Latar belakang inilah yang akan mengarahkan karya sastra pada tujuan penelitian karya sastra tersebut berupa apa saja yang melatarbelakangi, bagaimana kondisi kejiwaan, bagaimana situasi masyarakat sekitarnya, faktor religi, latar belakang sosial-budaya atau masalah historis politik.
Salah satu ciri khusus yang tampak dalam noveltrilogiRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari, yaitu penggunaan gaya kata yang khas bernuansa pedesaan. Hal ini, selain dipengaruhi oleh latar cerita dalam noveltrilogiRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari juga dipengaruhi oleh latar kehidupan AhmadTohari yang akrab dengan dunia pedesaan. Profesi AhmadTohari sebagai wartawan turut mewarnai pemakaian bahasa dan gaya kata yang bervariatif. Menurut Al-Ma’ruf (2009:53) dalam karya sastra terdapat banyak gaya kata antara lain kata konotatif, kata konkret, kata serapan bahasa asing, kata sapaan khas dan nama diri, kata seru khas Jawa, kata vulgar, kata dengan objek realitas alam, dan kosakata bahasa Jawa.
Dini Restiyanti Pratiwi. “Gaya Kata dalam NovelTrilogiRonggengDukuhParukKaryaAhmadTohari: KajianStilistika dan Relevansinya sebagai BahanAjarBahasaIndonesia di SMA.” Tesis. Magister Pengkajian Bahasa. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012.
NoveltrilogiRonggengDukuhParuk dapat dijadikan sebagai bahanajar. Adapun gaya kata yang terdapat di dalam novel RDP dapat dijadikan sebagai materi ajar oleh guru untuk memberikan arahan kepada peserta didik mengenai gaya bahasa sebagai unsur instrinsik pembangun karya sastra yang di dalamnya terdapat gaya kata sesuai dengan indikator pembelajaran. Gaya kata dapat dijadikan contoh hasil apresiasi sastra dan proses pengidentifikasian kata-kata yang digunakan pengarang untuk menyampaikan pikiran/ gagasannya. Selain itu, dengan membaca secara komprehensif novel RDP , peserta didik dapat mengenal budaya Jawa dan kehidupan masyarakat Jawa sebagai salah satu wujud keanekaragaman budaya Indonesia.
Kiranya persamaan sekaligus pertentangan antara ronggeng dan geisha melalui dua novel tersohor tersebut menarik. Mengingat menurut peneliti belum terlalu banyak penelitian yang mengupas mengenai ronggeng juga mengupas mengenai geisha secara berdampingan. Terdapat beberapa skripsi dan tesis yang membahasa mengenai kajian interteks terkait MOG dengan novelIndonesia yang berbau Jepang. Salah satunya adalah tesis yang ditulis oleh Titiek Suyatmi pada tahun 2010 yang berjudul Kajian Intertekstual dan Nilai Pendidikan antara Novel Memoirs Of A Geisha Karya Arthur Golden dengan Novel Kembang Jepun Karya Remy Sylado. Dilihat dari penelitian ini, menekankan pada persamaan struktur melalui kajian interteks. Sedang persamaan nilai budaya tidak disinggung sama sekali. Rata-rata penelitian yang mengambil novel MOG sebagai perbandingan mengacu kepada novelIndonesia yang memiliki unsur Jepang yang kuat dengan tokoh utama perempuan seperti novel Namaku Hiroko yang ditulis oleh Nh Dini atau Kembang Jepun yang ditulis Remy Sylado.
Maksud parodi di atas pengarang ingin memperlihatkan situasi di masa itu. Keadaan dukuhparuk pada masa itu sama halnya dengan keaadaan bangsa indonesia dimana perekonomian makin melorot dan morat-marit pasca kemerdekaan indonesia. Selain itu kalimat penutup kalian mesti bangkit bersama kami merupakan parodi tentang ajakan/pengaruh para rezim pemberontak (PKI) yang mencari kawan dengan memberi pengaruh-pengaruh buruk kepada masyarakat agar ikut pemberontak menggulingkan rezim yang berkuasa saat itu. Karena kemiskinan dan kekurangan makanan dimana-mana, maka hal ini dimanfaatkan oleh partai komunis untuk mengajak masyarakat bergabung bersama partai itu. Partai komunis pada masa itu selalu menggembar-gemborkan menyatakan dirinya sebagai pejuang perbaikan nasib rakyat serta berjanji akan menaikkan gaji dan upah buruh, pembagian tanah dengan adil, dan sebagainya.
token under certain conditions is a speech act, and speech act (of certain kinds to be explained later) are the basic or minimal units of linguistic communication” ‘lebih tepatnya, produksi atau pengeluaran suatu kalimat di bawah kondisi-kondisi tertentu adalah tindak tutur, dan tindak tutur (dengan jenis tertentu untuk dijelaskan kemudian) adalah dasar atau unit minimal linguistik komunikasi’. Dalam linguistik komunikasi, bahasa bukan sekadar simbol, kata, atau kalimat, melainkan sebuah produk dari simbol, kata, atau kalimat dalam kondisi atau konteks tertentu dan terwujud sebagai tindak tutur. Senada dengan pendapat tersebut, Allan (1986b: 164) menegaskan bahwa “…that language comes into existence only because someone performs act of speaking or writing, i.e. when speaker S makes an utterance U to hearer H in context…” ‘…bahasa itu menjadi ada hanya karena seseorang melaksanakan tindak bertutur atau menulis, yaitu ketika pembicara membuat suatu tuturan kepada pendengar dalam konteks…’. Pendapat ini merumuskan bahwa tindak tutur terjadi ketika penutur membuat tuturan kepada mitra tutur dalam sebuah konteks.
Berdasarkan kajianstilistika ditemukan bahwa RDP memanfaatkan style ‘gaya bahasa‘ baik diksi, kalimat, wacana, bahasa figuratif maupun citraan yang memiliki keunikan dan keistimewaan (uniqueness and idiosyncracy) yang khas Tohari dalam rangka menciptakan efek makna dan efek estetik. Melalui kajian Semiotik dan Interteks ditemukan bahwa dalam RDP terkandung nilai-nilai kearifan lokal (local genius) budaya Jawa sebagai pembentuk identitas yang berguna untuk memperkaya budaya bangsa. Nilai kearifan lokal itu antara lain sikap arif menghadapi orang khilaf, hidup dalam keserbawajaran, dan manusia hidup menjadi tokoh wayang dalam cerita yang sudah pakem. Nilai-nilai kearifan lokal tersebut sangat berguna dalam rangka pembangunan karakter bangsa.
Dalam novel karyanya yang berjudul RonggengDukuhParuk, kesenian ronggeng yang ditampilkan AhmadTohari mengisahkan dunia ronggeng dengan beragam persoalan yang ada. Dalam tradisi masyarakat DukuhParuk, ronggeng tidak hanya berpentas sebagai penari, tetapi bertugas pula melayani laki-laki yang berkeinginan kepadanya. Dalam masyarakatnya, ronggeng dikonstruksi oleh sistem religi yang ada untuk menampilkan perilaku atau peran yang menyokong kepentingan sepihak. Hal itu ditunjukkan dengan suatu realita bahwa ronggeng dicipta untuk memikat laki-laki sehingga perempuan ronggeng tidak dibenarkan terpikat kepada laki-laki tertentu atau berumah tangga dengan laki-laki tertentu. Hal itu merupakan suatu konvensi yang tidak bisa ditawar-tawar yang berlaku di DukuhParuk.
IDENTITAS PEREMPUAN DALAM NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DAN MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN SEBUAH KAJIAN SASTRA BANDINGAN Oleh Citra Resmi Sebuah skri[r]
Kajian ini menggali secara mendalam tentang sinergi kebijakan pengembangan literasi sastra di sekolah dan masyarakat dengan gerakan sosial. Di Indonesia pemerintah menyadari bahwa literasi sastra merupakan hal yang penting. Setidaknya hal ini tercermin dalam empat Nawacita yang dicanangkan pemerintah dan diikuti beberapa kebijakan seperti Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Walaupun sudah ada kebijakan pemerintah, namun budaya menulis dan membaca belum membumi di Indonesia. Artinya kebijakan tersebut belum memiliki dampak positif yang masif di tengah-tengah masyarakat. Merujuk pada pemikiran Teori Kritis Mazhab Frankfurt yang dicetuskan Max Horkheimer, Theodor W Adorno, dan Habermas maka kebijakan pemerintah tentang literasi sastra itu perlu bersinergi dengan gerakan sosial yang dibangun masyarakat. Bila dijalankan dengan cara kerja teori kritis, maka kebijakan pemerintah tentang literasi sastra akan berdampak positf. Hal ini karena teori kritistidak hanya untuk memahami pengalaman kehidupan orang-orang dalam konteks sosialnya atau untuk menemukan ketidakbenaran dalam suatu konstruksi sosial kemasyarakatan, akan tetapi teori kritis mewajibkan adanya upaya sadar untuk menyatukan teori dan tindakan. Artinya dalam teori kritis ada upaya yang harus dilakukan dengan sadar untuk melakukan gerakan berdasarkan teori-teori yang sudah ada. Secara sederhana setidaknya hal tersebut dapat dilihat pada contoh kasus yang menjadi pembahasan dalam kajian ini yaitu Forum Lingkar Pena (FLP) yang menjadi gerakan sosial masif sejak tahun 1997 hingga sekarang. FLP menjadi gerakan sosial yang berhasil mewarnai ranah kesusastraan Indonesia dengan segala ideologi pendukungnya. Kajian ini menggunakan metode kualitatif, dimana penulis menggali secara mendalam persoalan-persoalan literasi sastra melalui interprestasi data kepustakaan, observasi dan wawancara mendalam dengan narasumber. Melalui hasil kajian ini, secara sederhana dapat dilihat bahwa gerakan pembudayaan membaca dan menulis sudah berhasil dilakukan oleh FLP selama lebih dari 21 tahun keberadaannya di Indonesia. Apa yang dilakukan FLP akan lebih berdampak positif terhadap masyarakat jika disinergikan dengan kebijakan pemerintah terhadap gerakan literasi di sekolah dan masyarakat. Artinya melalui kajian ini dapat dilihat bahwa kebijakan pemerintah akan efektif jika bersinergi dengan gerakan sosial masyarakat.
Metode Penelitian ini adalah deskripsi kualitatif. Objek penelitian ini adalah aspek gender yang terdapat dalam novelRonggengDukuhParukkaryaAhmadTohari dan novel Sintren karya Dianing Widya Yudhistira. Sumber data yang dipakai adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pustaka, simak, dan catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik model interaktif dan pembacaan model semiotik.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan memaanfaatkan metode berpikir hermeneutik. Penelitian ini merupakan penelitian terpancang dan studi kasus tunggal (embedded research and case study) mengingat fokus utama penelitian yakni stilistika RDP sudah ditentukan sejak awal untuk membimbing arah penelitian. Kajianstilistika RDP ini termasuk kajianstilistika genetik yakni mengkaji stilistikakarya seorang pengarang, AhmadTohari yakni novel RDP. Data penelitian terdiri atas: (1) data faktor ekspresif berupa latar sosiohistoris pengarang; (2) data faktor realitas sosial budaya (univers) ketika novelRonggengDukuhParuk diciptakan; (3) data faktor reseptif berupa tanggapan pembaca tentang makna stilistika RDP (gaya bahasa ‗style‘ novel RDP –faktor objektif-- telah dikaji pada tahun I). Sumber datanya adalah: pustaka dan narasumber (informant). Pengumpulan data dilakukan melalui teknik: (1) pustaka, (2) simak dan catat, (3) wawancara mendalam (in-depth interviewing), dan (4) focus group discussion (FGD). Validasi data dilakukan dengan teknik trianggulasi data dan trianggulasi teori. Pemeriksaan validitas data dilakukan dengan: (1) informant review, (2) pembuatan data base, dan (3) penyusunan mata rantai bukti penelitian. Adapun analisis data dilakukan dengan (1) model interaktif dengan langkah: (a) reduksi data, (b) sajian data, dan (c) penarikan simpulan dan verifikasi data. Selanjutnya, pengungkapan makna stilistika RDP dilakukan dengan (2) metode pembacaan model Semiotik yakni pembacaan heuristik (satuan kebahasaan) dan hermeneutik (interpretasi makna) dengan pendekatan teori Semiotik, Interteks, dan Resepsi Sastra.
Kelima , Dimensi Gender: Resistensi Perempuan terhadap Hegemoni Kekuasaan Laki-laki Gaya Ronggeng. Melalui tokoh Srintil RDP mengekspos resistensi kaum perempuan terhadap hegemoni kekuasaan laki-laki. Srintil ditampilkan sebagai perempuan yang memiliki kemandirian dan harga diri sehingga berani menolak laki-laki yang tidak disukainya, meskipun laki-laki itu pejabat terhormat.