Menurutnya proses turunnya wahyu sebagai proses komunikasi yang ditempatkan dalam konteks budaya bangsa Arab pada saat itu, dan melalui dua tahapan yakni pertama, tahap

Maka dari itu, kajian dan penelitian ini bukanlah pengulangan dari apa yang telah ada atau yang telah dibahas oleh peneliti lain, penulis berharap agar

Bisa dikatakan bahwa untuk memahami teks agama, kita tidak bisa mengklaim bahwa teks tersebut sudah berbentuk dan berbahasa seperti itu dari awalnya (dari Tuhan), namun

Kata adil pada ayat yang pertama adalah fi’il syarth , dan kata “seorang” adalah sebagai jawab syarth , kemudian ditegaskan oleh ayat sesudahnya (al-Nisa 129) bahwa adil

Namun karena Sang Pengirim dalam konteks Al-Qur’an tidak mungkin dijadikan objek kajian ilmiah, maka wajar apabila pintu masuk yang ilmiah bagi kajian teks Al-Qur’an adalah

23 Dalam kosa kata Bahasa Arab sendiri, sesuatu yang terdiri dari huruf jim dan nun dengan berbagai bentuknya, memiliki makna benda atau makhluk yang

27.; Kedatangan Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW di tengah bangsa Arab merupakan sebuah perombakan menyeluruh— untuk tidak mengatakan total—yang membawa pada tatanan

Nasr Hamid Abu Zayd menganggap al- Qur‟an bukan lagi teks Tuhan yang sakral (suci), tetapi telah bergeser menjadi teks manusiawi ( an-nas}s} al-insa>ni> ). Sebagi teks

Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Kontemporer: Telaah atas Pemikiran Nasr Hamid Abu Zayd dan Muhammed Arkoun. Hasani

Berdasarakan hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor utama yang melatarbelakangi konsep desakralisasi al- Qur’an Nasr Hamid Abu Zayd adalah digunakannya metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis untuk menganalisis kerangka berpikir Nas{ r H{ a> mid Abu> Zayd dalam membangun hermeneutikanya

Menurut Nasr Hamid, jelas asumsi ulama kuno tersbut dapat memunculkan rentetan asumsi lain seperti, al-Qur‟an yang diturunkan dapat dilupakan oleh Nabi, sejalan

KRITIK TERHADAP PENERAPAN HERMENEUTIKA DALAM STUDI ISLAM (KAJIAN KOMPARATIF PEMIKIRAN NASR HAMID ABU ZAYD DAN HASSAN HANAFI).. Tesis Magister

Dengan menegaskan tekstualitas Alquran, Abu> Zayd hendak mengaitkan kembali kajian ilmu Alquran dengan konteks studi kritik sastra. Artinya, layaknya teks-teks lain,

Setelah akrab dengan literatur hermeneutika barat, Abu Zaid membahas mengenai hakikat teks yang menjadi problem mendasar dalam sistem hermeneutika.Menurutnya wahyu Allah telah

Dalam pada itu—dan ini juga berlaku terhadap interpretasi teks Al-Qur’an— perlu dibedakan, bahwa teks-teks yang memiliki otoritas tertentu adalah disusupkan oleh

Sister in Islam (1999) menyatakan pembahagian harta pusaka menurut konsep faraid perlu dikaji semula. Ini tidak bermakna mereka menolak konsep faraid. Mereka percaya terdapat

Shohibuddin menambah (2003: 118-119), Abu Zayd menegaskan pembacaan harus menghasilkan kepentingan baru dari teks, iaitu pengertian teks dalam konteks sosiobudaya saat ini