• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Formulasi Sistem Pemidanaan Yang Berorientasi Pada Korban Dalam Bidang Hukum Pidana Materiil - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebijakan Formulasi Sistem Pemidanaan Yang Berorientasi Pada Korban Dalam Bidang Hukum Pidana Materiil - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)"

Copied!
310
0
0

Teks penuh

Loading

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Tentang Sistem Pemidanaan Dalam Arti Luas (Sumber : Barda
Gambar 2.2 Bagan Tentang Sistem Pemidanaan Dalam Arti Sempit ( Sumber :
Tabel I : Kebijakan Perumusan Sistem Pemidanaan Dalam Hukum Positif Saat Ini
Tabel  II: Kebijakan Perumusan Sistem Pemidanaan Yang Berorientasi Pada Korban
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, Kebijakan hukum pidana saat ini yang digunakan terhadap tindak pidana yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya, terbatas pada KUHP dan Undang-undang Nomor 23 Tahun

Tindak Pidana Pendidikan merupakan bagian integral dari tindak pidana pada umumnya. Di Indonesia perihal tindak pidana pendidikan sejak tahun 1945 sampai dengan tahun 2002 belum

clxv bahwa setiap orang bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa serta bertentangan dengan Pasal 6 ayat (1) ICCPR bahwa setiap orang berhak untuk hidup. BAB IV

1) hak atas kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat;.. 2) hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindak pidana.

Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa hukum pidana saat ini yang digunakan dalam upaya penanggulangan delik agama adalah Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kebijakan formulasi pidana penjara minimum khusus dalam perundang-undangan di Indonesia (di luar KUHP) selama ini tidak disertai dengan

Suatu perbuatan pidana atau tindak pidana bilamana dilakukan dapat dikenakan ketentuan pidana sebagaimana terdapat dalam Pasal 109 ayat (5) dan (6), pidana pokok yang

2 Jika pembuat tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 melakukan perbuatan tersebut dalam menjalankan profesinya, maka dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan hak