• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.4.2 Analisis SWOT

10) Pesawat Patroli Udara/Maritime Surveillance Aircraft (MSA) dan Radar Pantai

4.2 Penerapan MCS di Beberapa Negara .1 Malaysia .1 Malaysia

4.2.13 Afrika Selatan

Menurut Steele (2000), Afrika Selatan mempunyai potensi perikanan tiram yang cukup besar, sehingga pada tahun 1994 terjadi usaha pencarian tiram di sepanjang pantai barat daya Afrika Selatan. Dengan adanya masa transisi demokrasi, nelayan lokal ikut mengklaim produk tersebut karena selama rezim apartheid mereka tidak memiliki akses terhadap produk perikanan terutama tiram, sehingga hal ini menimbulkan konflik di antara nelayan ilegal, usaha perikanan komersial yang berlisensi dan polisi. Hal ini terjadi karena tingginya nilai tiram di pasaran internasional.

Marine and Coastal Management (MCM) yang mempunyai kapasitas di

bidang kelautan tidak memiliki kemampuan dalam menghadapi permasalahan baik terhadap kekuatan lokal maupun jaringan kriminal internasional. Dalam menghadapi peningkatan kerusakan sumberdaya alam dan pelanggaran hukum di wilayah tersebut, dibuat kebijakan usaha kerjasama yang dikenal dengan “operasi Neptuna”. Dalam implementasinya bekerja sama dengan”the South African Police Servive” (SAPS) dan MCM yang dibantu oleh lembaga- lembaga lainnya.

Fokus Operasi Neptuna adalah terhadap perikanan ilegal di sepanjang wilayah barat daya Cape Town. Terdapat dua tujuan utama yaitu:

(1) mencegah kerusakan lebih lanjut terhadap stock abalon dengan meningkatkan kemampuan penegakan hukum untuk mencegah perikanan ilegal,

(2) mengawasi dengan ketat perikanan ilegal dengan melakukan usaha intelijen, melakukan penahanan dan penyitaan terhadap kapal ilegal yang ditangkap. Operasi ini juga bertujuan untuk mengurangi kejadian kriminal secara umum di wilayah tersebut.

Operasi Neptuna dilakukan oleh personel kepolisian dan perikanan dengan bantuan tambaha n dari Angkatan Laut dan organisasi yang berbasis lokal (seperti tenaga pemberdayaan otoritas lokal dan organisasi berbasis komunitas, Sea Watch). Personel dari area lainnya di Afrika Selatan juga turut membantu untuk mencegah

efektivitas Operasi Neptuna. Meskipun, sama-sama melihat beberapa hal yang positif dari operasi tersebut, yang meliputi:

(1) Meningkatnya koordinasi dan kerjasama di antara lembaga – lembaga yang berpengaruh (khususnya MCM dan SAPS) dan kerjasama dengan komunitas lainnya seperti Sea Watch dan the Nature Conservation Department sebagai otoritas lokal.

(2) Berkurangnya kriminalitas di wilayah tersebut.

(3) Meningkatnya rasa keamanan bagi komunitas lokal dan berkembangnya rasa saling percaya di antara nelayan dan SAPS.

(4) Memperkuat penangkalan terhadap perikanan ilegal.

Sejumlah aspek negatif juga teridentifikasi dari operasi ini, yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

(1) Jangka waktu operasi tidak begitu lama (6 bulan), sehingga diperlukan penambahan waktu dengan Operasi Neptuna II.

(2) Berkurangnya supply produk, sehingga produk terbatas berkembang di pasar gelap.

(3) Pengenaan denda yang tidak cukup oleh pengadilan.

(4) Tidak cukupnya pelatihan bagi personel Operasi Neptuna untuk mengidentifikasi spesies ikan tertentu

(5) Tidak cukupnya biaya

(6) Tidak cukupnya bantuan terhadap masyarakat lokal sehingga mereka dapat mengembangkan koordinasi.

Operasi Neptune cukup berhasil dalam melakukan penegakan hukum di wilayah perairan Afrika Selatan. Operasi ini dapat menjadi lebih optimal dalam melakukan pencegahan terhadap illegal fishing jika:

(1) Diimplementasikan dalam jangka waktu panjang (2) Bekerja sama dengan infrastruktur lokal

(3) Mempunyai program yang serius untuk mengembangkan akses terhadap hak komunitas lokal dalam pengelolaan sumberdaya kelautan

4.2.14 Argentina

Manajemen perikanan Argentina didasarkan pada pembatasan kuota terhadap spesies tertentu, yaitu spesies hake dan mackarel. Armada nasional memiliki 731 kapal, dengan kapal pekerja perikanan pantai sebanyak 310, 133 ice trawlers, 288 armada kapal pengolahan produk. Sistem monitoring di Argentina masih mengalami kegagalan dalam mengawasi overfishing terhadap spesies tertentu. Hal ini disebabkan karena kurangnya sumberdaya manusia yang terlatih dan peralatannya, tidak tepatnya perhitungan dalam manajemen keuangan, kurangnya transparansi dan konsistensi dalam manajemen dan praktek MCS (lisensi, operasional, pinalti, dan lain lain), kurangnya kredibilitas yang terlihat dalam industri perikanan, dan yang lebih penting lagi adalah kurangnya keinginan politik dan pengetahuan yang merupakan hal yang penting dalam manajemen perikanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Hal ini sangat disayangkan, karena Argentina menjadi salah satu negara yang dirugikan karena adanya kesalahan dalam strategi negosiasi dengan kekuatan ekonomi yang lebih besar yang tidak mempunyai perhatian yang sama terhadap konservasi, sehingga negara terpaksa mengakomodasi berkembangnya overkapitalisme dalam industri perikanan. Perjanjian ini juga mengizinkan keberadaan kapal asing dan peralatannya di perairan Argentina yang dapat mempercepat kepunahan industri perikanan hake (Flewwelling 2003).

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Argentina menutup industri perikanan hake sampai ada skema manajemen yang tepat, meskipun tindakan ini sangat tidak populer di kalangan nelayan. Keefektifan biaya sistem VMS dikaji ulang. Rencana lainnya adalah mendukung MCS yang meliputi:

(1) Legislasi

(2) Penguatan institusional dan transparansi

(3) Pelatihan untuk penyidik pelabuhan, inspektur dan observer

(4) Pengembangan program observer dan umpan baliknya bagi industri

(6) Pengembangan koleksi data dan dihubungkan dengan propinsi (7) Dukungan Angkatan Laut dan Coast Guard.

Pertimbangan lainnya ya ng berhubungan dengan MCS meliputi:

(1) Manajemen ITQ dan keputusan untuk mengimplementasikannya dengan

dukungan legal yang tepat, infrastruktur data, peralatan dan personel yang ditujukan untuk ITQ.

(2) Adanya Memorandum of Agreement yang dihubungkan dengan propinsi pantai yang dapat menjamin usaha kerjasama untuk lisensi, informasi dan aktivitas MCS yang mendukung sistem ITQ.

Setelah menilai kondisi geografis, demografis, ekonomi dan politik untuk sistem MCS, maka negara harus mempertimbangkan bagaimana sistem MCS dapat diimplementasikan. Hal ini mempengaruhi desain sistem MCS yang tepat. Pertimbangannya harus meliputi sistem biaya yang efisien dan efektif untuk lembaga; kerangka kerja legal yang diperlukan dan dapat diterima oleh nelayan; koordinasi antara lembaga dan departemen; pelatihan, infrastruktur, mekanisme organisasi yang mendukung; dan sumberdaya keuangan.

4.2.15 Australia

Australia seperti umumnya negara lainnya memiliki kesiagaan dalam menghadapi sejumlah masalah di bidang kelautan yang muncul dari berbagai sumber. Usaha ini dikonsentrasikan pada pencegahan kapal asing yang memasuki zona perikanan Australia (Australian Fishing Zone/AFZ), kapal asing yang melakukan kegiatan perikanan akan dideteksi dan ditahan. Rata-rata setiap tahun dilakukan penangkapan terhadap 100 kapal asing yang melakukan kegiatan ilegal di dalam wilayah AFZ, meskipun jumlahnya tidak cukup signifikan karena luasnya wilayah laut Australia (terbesar ketiga di dunia) yang perlu pemantauan yang lebih efektif dan dengan keterbatasan sumberdaya yang dapat melakukan pemantauan.

Dalam penerapan MCS, di Australia terdapat the Australian Fisheries

Management Authority (AFMA). AFMA mengembangkan penilaian resiko dan

rancangan kepatuhan untuk pengelolaan setiap usaha perikanan dan selanjutnya bertindak sebagai suatu badan koordinasi yang menggunakan penggabungan aset di

antara semua negara bagian (termasuk bidang pertahanan) untuk melaksanakan MCS (Flewwelling 2003).

Ketentuan MCS yang diterapkan terhadap para nelayan domestik Australia, hanya bertumpu pada penggunaan teknologi dan dengan melakukan auditing (pemeriksaan) silang atas hasil tangkapan dan dokumentasi pendaratan dengan informasi yang diberikan secara elektronik. Dalam usaha perikanan yang dikelola dengan mempergunakan kontrol output, maka para nelayan diminta untuk memberikan “laporan sebelum pendaratan” kepada AFMA melalui telepon, radio ataupun Inmarsat C. Laporan ini juga ditransmisikan kepada pager (penyeranta) yang dimiliki para pejabat berwenang di bidang perikanan atau melalui telepon mobile-nya (dengan mempergunakan layanan SMS) untuk menginformasikan kepada para pejabat AFMA tentang waktu dan tanggal kedatangan kapal di pelabuhan dan waktu bongkar muat maupun hasil tangkapan yang diperkirakan berdasarkan spesies utamanya.

Para nelayan juga diminta untuk melengkapi laporan harian atau keberangkatan kapal dengan logbooks, dengan memperkirakan hasil tangkapan berdasarkan pada spesiesnya. Ketika kembali ke pelabuhan, maka Catch Disposal

Record (CDR, catatan tentang hasil tangkapan yang telah selesai) dilengkapi, sebelum

ikan-ikan dipindahkan ke tempat lain. Petugas penerima ikan yang pertama kemudian melakukan verifikasi bobot hasil tangkapan berdasarkan pada spesiesnya masing-masing. Saat ini AFMA mencoba mempergunakan timbangan elektronik di dok kapal untuk memverifikasi hasil tangkapan yang didaratkan pada saat bongkar muat. Pengembangan teknologi ini dimaksudkan untuk menjamin pemantauan dengan biaya yang efektif secara waktu, dan mendorong adanya integrasi dengan rantai pemasaran. Para pejabat bidang perikanan melakukan pemeriksaan terhadap kapal secara acak di laut dan di pelabuhan untuk menjamin kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan bidang perikanan, juga agar sesuai dengan ketentuan manajemen yang telah ditetapkan. Selain itu pada beberapa bidang perikanan besar di Australia, juga diterapkan Vessel Monitoring System (VMS). Teknologi VMS digunakan dengan tujuan untuk melakukan pengawasan aset melalui udara dan laut

untuk menjamin dipatuhinya peraturan, VMS bertindak secara signifikan untuk mencegah operasi ilegal yang terjadi di laut (Flewwelling 2003).

4.2.16 Kanada

Menurut Steele (2000), di Kanada the Federal Department of Fisheries and

Ocean (DFO) dipercaya oleh Parlemen Kanada untuk menangani semua hal yang

berhubungan dengan hukum kelautan. Penanganan perikanan, didelegasikan sebagian kepada pemerintah propinsi. DFO tetap bertanggung jawab terhadap pengelolaan perikanan di laut Pasifik, Atlantik, Artik, perairan darat untuk empat propinsi Atlantik dan sungai ikan salmon di British Columbia.

DFO program Conservation and Conservation menjamin penerapan dari rencana perikanan, regulasi dan legislasi. Hal ini memerlukan pendekatan MCS yang terintegrasi dan pengembangan sekitar 600 tenaga perikanan untuk patroli darat, laut dan udara, observer sektor swasta yang mencakup semua kapal industri perikanan,

monitoring dockside dan pengendalian monitoring elektronik terhadap aktivitas kapal

ikan.

DFO mengoperasikan armada patroli kapal pada setiap pantai dan melakukan inspeksi di laut. Penyewaan pesawat udara juga digunakan untuk memonitor armada perikanan. Pengawasan laut dan udara juga dilakukan oleh the Department of

National Defence (DFO). Kanada menyebarkan sektor swasta, observer kontrak, pada

semua kapal perikanan asing dan lokal di perairan Kanada untuk mendapatkan informasi ilmiah dan menyediakan informasi untuk melakukan monitoring. Mereka dilatih untuk mendeteksi dan melaporkan adanya gangguan seperti dumping, perikanan di area tertutup, penangkapan yang tidak dilaporkan, dan penggunaan peralatan ilegal. Cakupan observer bervariasi tergantung pada resiko konservasi dan prioritas manajemen. Mereka memverifikasi jumlah produksi dan spesies ikan untuk

data scientific dan pengawasan kuota. Data ini kemudian di-cross-check dengan

melakukan inspeksi secara acak oleh pegawai perikanan. Biaya observer di laut dibagi antara departemen dan industri perikanan. Biaya monitoring dockside dibayar oleh industri perikanan.

Program konservasi dan proteksi secara signifikan melakukan reorientasi. Sebagai contoh, sejumlah kapal patroli besar dirubah menjadi program kapal kecil

sehingga dapat beroperasi secara lebih efisien oleh tenaga perikanan. Penghematan biaya karena pengurangan kapal besar diinvestasikan kembali untuk teknologi

surveillance dan pembelian peralatan yang baru. Investasi yang signifikan juga

dilakukan untuk menghasilkan pelaksanaan sistem data yang baru dan mengintegrasikannya dengan semua sistem yang telah ada, dengan tujuan untuk memberikan informasi bagi tenaga perikanan yang lebih akurat dan tepat pada waktunya.

4.2.17 Amerika

Ukuran zona ekonomi eksklusif (ZEE) Amerika merupakan yang terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 100.000 kapal perikanan komersial. Manajemen perikanan dibagi antara pemerintah federal dan pemerintah pusat. Setiap pemerintahan bertanggung jawab terhadap zona sejauh 3 mil laut. The National

Marine Fisheries Service (NMFS) dibawah the National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) melakukan monitoring dan menempatkan personel multi

lembaga untuk aset MCS seperti patroli laut dan udara. The United States Coast

Guard (USCG) merupakan lembaga kunci yang bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan multi tugas di laut dan wilayah ZEE. Amerika Serikat mengembangkan sistem nasional yang terintegrasi sehingga semua usaha perikanan dapat diarahkan untuk keperluan VMS yang dipusatkan untuk analisis, perencanaan dan operasional (Flewwelling 2003).

4.2.18 Inggris

Council Regulation (EC) No. 850/98 berisi aturan teknis mengenai konservasi

sumberdaya perikanan di Inggris, yang meliputi hal- hal sebagai berikut: (1) Ukuran minimum ikan yang boleh ditangkap untuk spesies tertentu. (2) Penentuan ukuran pukat ikan dan kombinasi penggunaannya. (3) Batasan terhadap penggunaan peralatan penangkapan ikan tertentu. (4) Penentuan area terbatas yang tertutup untuk kegiatan penangkapan ikan.

Setiap bulan Desember the Council of European Fisheries Ministers melakukan pertemuan untuk memberikan saran ilmiah mengenai pentingnya

dilakukan dengan negara-negara di luar Uni Eropa. Hal yang lebih penting bagi Inggris adalah melakukan perjanjian kerjasama dengan Norwegia dalam hal konservasi stok ikan. Regulasi ini diperbaharui setiap tahun dengan melakukan penyusunan kuota terhadap stok perikanan tertentu, dan menerapkan standar pengukuran yang tepat dalam melakukan pengawasan (Flewwelling 2003).

Dalam Council Regulation (EEC) No. 2847/93 diatur sistem kontrol untuk

monitoring konservasi dan manajemen stok perikanan, usaha perikanan, dan

pemasaran. Semua aktivitas kontrol dilakukan oleh lembaga Headquarters di Edinburg, yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan terhadap kemampuan penerapan pemberdayaan aset dengan melakukan koordinasi informasi dan penyebaran sumberdaya dengan cara terintegrasi efektif. Informasi dikumpulkan, dianalisa dan disaring oleh HQ sebelum disebarkan kepada petugas kapal patroli dan kantor perikanan di sekitar pantai. The Scottish Fisheries Monitoring Centre ditempatkan di Ruang Operasi di lembaga Headquarters.

Pengawasan dilakukan dengan menggunakan sistem monitoring satelit. Gambar satelit dapat dikirimkan ke kapal di laut dengan menggunakan e-mail yang menyediakan informasi mengenai aktivitas perikanan. Kantor perikanan yang terdapat di pantai juga menyediakan informasi bagi kapal yang mendekati pelabuhan dan yang berlayar di sekitar daerah yang dizinkan untuk penangkapan.

Arah prioritas penegakan hukum adalah mencegah terjadinya pelanggaran terhadap aturan hukum perikanan yang telah ditetapkan dan prioritas manajemen perikanan, yang meliputi:

(1) Proteksi terhadap sistem manajemen kuota, pengawasan pelanggaran area penangkapan, kesalahan dalam pencatatan spesies yang ditangkap dan pendaratan ikan yang tidak benar,

(2) Regulasi teknik konservasi memerlukan pengecekan terhadap beberapa hal seperti alat penangkapan/jaring yang dipergunakan, ukuran ikan yang ditangkap dan area perikanan tertutup untuk tujuan konservasi.

Sejak 1 Januari 2000, kapal ikan dengan ukuran lebih dari 24 meter perlu melaporkan posisi mereka secara regular pada Fisheries Monitoring Centres (FMCs) yang beroperasi dengan menggunakan bendera negara. UK FMCs berlokasi di Edinburgh, London dan Belfast yang beroperasi penuh dan menjalin hubungan dengan ne gara anggota. Sinyal yang diterima dari kapal ikan yang beroperasi di perairan Skotlandia dianalisa dan dinilai oleh Operasional HQ. Sinyal ini berguna untuk penyebaran aset di udara, di laut dan di sekitar pantai sehingga pengawasan dapat dilakukan secara lebih efisien dan efektif. Dengan adanya informasi ini dapat dijamin kepatuhan terhadap regulasi perikanan. Di atas semua ini adalah meningkatkan kesadaran sejumlah pelaku perikanan bahwa pengembangan teknologi baru menjadi bagian penting yang berperan dalam konservasi sumberdaya perikanan, dan mereka juga percaya bahwa dalam jangka panjang industri perikanan akan menjadi bagian yang penting dalam penanganan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan (Flewwelling 2003).

(1) Surveillance

Lembaga HQ mempunya i dua Cessna Caravan F11 406 dengan tujuan utama adalah:

1) Melakukan operasi intelijen terhadap aktivitas perikanan untuk membentuk kerjasama yang lebih terintegrasi.

2) Membantu dalam mendeteksi aktivitas perikanan yang tidak dilaporkan. 3) Memaksimalkan jumlah kontrak jam penerbangan untuk surveillance.

Kemampuan surveillance meliputi 30.000 mil2 per hari yang memberikan informasi yang berharga bagi proses pengadilan yang berhubungan dengan kasus kapal perikanan yang tidak melaporkan area penangkapan ikan. Selain pesawat udara juga terdapat empat kapal patroli yang disebar di daerah perikanan utama dengan batas 200 mil dan di perairan di sekitar Skotlandia, dan dua kapal patroli pantai dengan batasan 12 mil di dalam perairan teritorial.

(2) Monitoring

Aktivitas monitoring dilakukan oleh The Agency’s Sea Fisheries Inspectorate. Tujuan operasionalnya adalah mendukung legislasi dan prioritas manajemen perikanan untuk mencegah dan mendeteksi aktivitas ilegal dengan melakukan:

1) Memperlihatkan eksistensi kehadiran mereka di sekitar pantai. 2) Memonitor pendaratan ikan di pasar utama

3) Mengecek dokumentasi

4) Berhubungan dengan operasional kapal patroli

Salah satu tugas yang utama adalah verifikasi keakuratan data pendaratan dengan cross check logbooks secara rutin dan melakukan cek fisik secara random (Flewwelling 2003).

Dokumen terkait