• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut cerita, Pangeran Aryadillah ialah anak seorang raja Banten, tetapi ia sendiri tidak tahu siapa ayahnya. Hasanuddin meminta Aryadillah untuk membuktikan jati dirinya dengan mengajukan syarat, yaitu Aryadillah harus bisa merontokkan daun- daun dari pohon beringin tanpa tersisa sehelai pun. Aryadillah menerima tantangan tersebut, lalu ia bertapa meminta pertolongan ibu dan kakeknya. Setelah itu dia meniup pohon beringin hingga daun-daunnya rontok. Anehnya tak satu lembar daun pun rusak atau tertinggal di pohonnya.

Setelah lulus ujian, Aryadillah diakui sebagai anak raja Banten dan namanya dikenal sebagai Pangeran Aryadillah. Dia diberi tugas oleh ayahnya untuk mengusir semua dedemit (makhluk halus) yang ada di sekitar keraton, terutama yang menguasai batu karang (gosang) di perairan Teluk Banten, sekarang disebut Karang Hantu.

Selain berhasil mengusir dedemit, Pangeran Aryadillah juga berjasa menaklukkan Prabu Pucuk Umum di Banten Girang dan Maulana Yusuf di Padjadjaran. Namun, dalam misi penyerangan ke Palembang pada masa pemerintahan Sultan Maulana Muhammad Nassarudin gagal dan beliau meninggal.

2. Legenda Sangkuriang dari Sunda

Legenda pembentukan Gunung Tangkuban Perahu ini terkenal dari tanah Sunda. Gunung tersebut terletak di Bandung Utara (Lembang). Disebut Gunung Tangkuban Perahu karena bentuknya seperti perahu yang terbalik. Dalam bahasa Sunda disebut "parahu nangkub." Konon, perahu tersebut adalah perahu Sangkuriang yang ditendang karena gagal mempersunting Dayang Sumbi, ibunya.

Gambar 3.11 Gunung Tangkuban Perahu

Gunung Tangkuban Perahu dipercaya terbentuk dari perahu terbalik yang ditendang Sangkuriang sakti setelah gagal menyunting Dayang Sumbi.

Cerita ini berisi dua ajaran penting. Pertama, tentang kehati- hatian dalam berbicara atau mengucapkan sumpah, yang dapat dipelajari dari ucapan Dayang Sumbi ketika tongkat untuk menenun kainnya jatuh. Dia malas untuk mengambilnya. Dayang Sumbi berkata, barang siapa yang mau mengambil tongkat tersebut untuk- nya, kalau perempuan akan diangkat menjadi saudara dan kalau laki-laki akan dijadikan suami. Kebetulan yang meng ambilkan tongkat itu adalah anjingnya si Tumang. Merasa harus menepati janji, Dayang Sumbi pun menikah dengan anjingnya si Tumang. Kedua, mengenai larangan tabu incest atau pernikahan sumbang yang dapat disimak pada kisah Sangkuriang jatuh hati pada ibunya serta bertekad mengawininya.

Sumber: Dokumentasi Penerbit

Diskusikan bersama teman kelompok Anda, apakah mitos, dongeng, dan legenda dapat digunakan sebagai sumber penelitian sejarah budaya?

Selain cerita-cerita tersebut, masih banyak tradisi lisan yang ada di Sunda, misalnya cerita si Kabayan. Tokoh si Kabayan adalah orang Sunda yang malas, lugu, dan cerdik. Untuk kepentingannya dia bisa membuat seseorang melakukan apa yang seharusnya dia kerjakan. Jika dianalisis, tokoh ini bisa menunjukkan karakter orang Sunda, yang tidak mau pergi jauh dari lingkungan tempat hidupnya. Hal ini tergambar dari peribahasa Sunda yang berbunyi: Bongkok ngaronyok,

bengkung ngariung.

3. Asal Mula Huruf Jawa (Jawa Tengah)

Cerita ini berkisah tentang kanibalisme (manusia pemakan manusia) dan ajaran tentang ketaatan kepada seorang pemimpin, serta pelajaran tentang kehati-hatian dalam membuat keputusan bagi seorang pemimpin. Kanibalisme atau manusia yang memakan manusia diperlihatkan dalam karakter raja Kerajaan Medang yang akhirnya dibunuh oleh Aji Saka, seorang satria dari Hindustan. Aji Saka memiliki dua orang abdi, yakni Sembada dan Dora. Begitu sampai di tanah Jawa, khususnya di wilayah pegunungan Kendeng, ia menancapkan keris pusakanya dan memerintahkan Sembada un- tuk menjaganya. Ia berpesan agar tak mengijinkan siapapun kecuali dirinya untuk menyentuh keris pusaka tersebut. Akan tetapi setelah Aji Saka berhasil membunuh raja medang si pemakan manusia dan ia dinobatkan sebagai raja Medang. Kemudian Ia memerintahkan Dora untuk mengambil keris pusakanya. Mengingat amanah perintah tuannya, sembada bersikukuh bahwa hanya Aji saka seorang yang boleh mengambil sendiri pusakanya. Sementara itu Dora juga tak mau disebut gagal dalam menjalankan tugas. Kedua abdi Aji Saka tersebut akhirnya mengadu kekuatan hingga keduanya mati karena sama-sama kuatnya. Hal tersebut diabadikan dalam aksara Jawa tersebut dikenal dengan Carakan.

Susunan huruf Jawa tersebut sebagai berikut.

Gambar 3.12 Aksara Jawa

Gambar di samping merupakan aksara Jawa yang paling dasar. Beberapa suku bangsa lain yang memiliki bahasa tulis di antaranya Sunda, Bali, Bugis-Makassar, dan Melayu.

Sumber: www.wikipedia.org, 2006

4. Kisah Skolong dari Nusa Tenggara

Cerita ini mengisahkan tentang seorang pemuda yang di- jodohkan dengan putri yang berubah bentuk menjadi ubi yang berbulu (cue). Melalui proses perjalanan panjang, akhirnya Skolong, nama pemuda itu mengetahui bahwa cue ternyata adalah jelmaan putri cantik anak bibinya, yang dahulu dijodohkan dengannya. Cerita ini berakhir happy-ending, karena Skolong dan cue akhirnya menikah dan membangun rumah tangga yang bahagia.

Demikianlah cerita yang oleh penduduk di aliran Sungai Kahayan dianggap legenda yang benar-benar pernah terjadi. Untuk kebenaran legenda itu, mereka dapat menunjukkan jalan

yang dibuat oleh pemuda jelmaan dan binatang Angkes itu. Jalan itu bernama Langkuas, yang tertetak di antara Baras Semayang dan Sepang Simm.

5. Hantu Jadi-Jadian dari Kalimantan Tengah

Hantuen adalah hantu jadi-jadian berasal dan manusia yang

masih hidup. Jadi, Hantuen adalah manusia yang mempunyai

kemampuan gaib untuk mengubah dirinya menjadi hantu jadi-jadian. Makhluk tersebut sangat ditakuti oleh penduduk daerah aliran Sungai Kahayan seperti orang Dayak dan Ot Danum.

Gambar 3.13 Suku Dayak

Suatu upacara adat yang berkaitan dengan kepercayaan terhadap roh yang diselenggarakan secara besar-besaran. Pada Suku Dayak, upacara keagamaan seringkali diikuti pertunjukan tarian suci.

Menurut kepercayaan setempat, Hantuen dapat melepaskan kepala dan tubuhnya. Kemudian ia akan mencari orang yang tengah melahirkan untuk menghisap darahnya dan darah bayi yang baru dilahirkan. Semua itu sebenarnya dilakukan di luar keinginannya. Cerita ini mirip dengan Leak yang berasal dan Bali.

6. Nyanyian Rakyat

Nyanyian rakyat merupakan bentuk folklor yang terdiri atas kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan di antara anggota masyarakat tertentu, berbentuk tradisional serta banyak jenisnya. Dalam nyanyian rakyat, kata-kata dan lagu merupakan dua sejoli yang tak terpisahkan. Secara faktual, nyanyian rakyat selalu diden- dangkan dan jarang sekali disajakkan. Nyanyian rakyat beredar lebih luas dan lebih tahan lama dibandingkan dengan nyanyian pop, seriosa, dan yang lainnya.

Jenis-jenis nyanyian rakyat secara umum dibedakan menjadi dua. Pertama, nyanyian rakyat permulaan yaitu nyanyian rakyat yang liriknya lebih dipentingkan daripada lagunya. Di Indonesia, nyanyian rakyat jenis ini di antaranya nyanyian untuk mengiringi tari kecak di Bali dan nyanyian kanak-kanak "Pok Ame-ame." Kedua, nyanyian rakyat yang liriknya lebih menonjol daripada lagunya.

Danandjaja mengusulkan sebutan nyanyian rakyat sesungguh- nya apabila lagu dan lirik sama-sama menonjolnya. Beliau membagi nyanyian rakyat sesungguhnya menjadi tiga bagian sebagai berikut.

Sumber: www.kutaikertanegara.com, 2006

Sumber: www.travelblog.org, 2006

Gambar 3.14 Tari Kecak

Kata-kata yang diucapkan dalam nyanyian Kecak hanya berupa suara menirukan suara gamelan Bali (gong). Oleh penduduk Bali, nyanyian Kecak disebut juga gong pesuara.

Dalam dokumen sma11antro MengungkapKeragamanBudaya Tedi (Halaman 108-112)