• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

B. Akuntabilitas Keuangan

Pada awal TA. 2015 telah disusun rencana realisasi anggaran untuk Realisasi Anggaran Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri Per Triwulan, seperti tampak pada tabel dibawah ini:

Laporan Kinerja Tahun 2015 Bab III Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.17

Realisasi Anggaran Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri Per Triwulan Tahun 2015

Kegiatan/Komponen/

Subkomponen Anggaran

Triwulan I (%) Triwulan II (%) Triwulan III (%) Triwulan IV (%)

Realisasi Keuangan Keuangan Keuangan Keuangan

T R T R T R T R

A.

Program Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri

579,139,170,000 ### 12.95 ### ### ### 35.07 96.46 ### #########

1 Pengkajian Kebijakan Dan

Iklim Usaha Industri 6,805,000,000 4.23 1.48 ### 16.17 ### 21.06 95.92 ### #########

2 Perencanaan Kebijakan

Standardisasi Industri 17,975,400,000 3.45 0.80 ### 7.96 ### 21.06 97.53 ### #########

3 Pengkajian Industri Hijau

Dan Lingkungan Hidup 13,489,000,000 4.51 1.07 ### 11.25 ### 19.25 80.33 ### #########

4

Penyusunan Rencana Dan Evaluasi Program Kebijakan Iklim Usaha, Dan Mutu Industri

39,130,949,000 ### 10.13 ### ### ### 29.78 #### ### #########

5 Pengkajian Teknologi Dan

Hak Kekayaan Intelektual 14,351,653,000 9.07 2.20 ### 9.78 ### 42.95 #### ### #########

6

Penelitian Dan

Pengembangan Teknologi Kimia Dan Kemasan

25,625,067,000 ### 20.76 ### ### ### 73.30 #### ### ######### 7 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Industri Agro 48,395,480,000 ### 19.56 ### ### ### 68.13 #### ### ######### 8 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Pulp Dan Kertas

22,078,970,000 ### 19.69 ### ### ### 68.63 95.14 ### #########

T = Target, R= Realisiasi

Pada Triwulan I dan II (semester I) banyak kegiatan yang realisasinya tidak mencapai target dikarenakan berbagai kendala, namun pada Triwulan IV kendala-kendala yang ada dapat ditindaklanjuti sehingga pada umumnya realisasi anggaran cukup berimbang dengan target, meskipun ada beberapa kegiatan yang realisasi keuangannya kurang optimal. Adapun rician realisasi keuangan program dan kegiatan BPKIMI pada TA. 2015 adalah sebagai berikut :

Laporan Kinerja Tahun 2015 Bab III Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.18

Realisasi Anggaran Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri Tahun 2015

Kegiatan/Komponen/ Subkomponen/ Anggaran

Pagu Realisasi %

(1) (2) (3) (4)

Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri 579.139.170.000 532.508.200.319 91,95

A Kegiatan Pusat BPKIMI 91.752.002.000 75.354.304.907 82,13

1 Pengkajian Kebijakan Dan Iklim Usaha Industri 6.805.000.000 5.847.294.730 85,93

2 Perencanaan Kebijakan Standardisasi Industri 17.975.400.000 13.060.908.767 72,66

3 Pengkajian Industri Hijau Dan Lingkungan Hidup 13.489.000.000 11.873.078.648 88,02

4 Penyusunan Rencana Dan Evaluasi Program Kebijakan Iklim

Usaha, Dan Mutu Industri 39.130.949.000

34.824.371.856 88,99

5 Pengkajian Teknologi Dan Hak Kekayaan Intelektual 14.351.653.000 9.748.650.906 67,93

Kegiatan Balai Besar Industri 314.941.820.000 298.469.928.403 94,77

6 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Kimia Dan Kemasan

25.625.067.000 25.319.723.893 98,81

7 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Industri Agro 23.230.741.000 22.871.715.045 98,45

8 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Pulp Dan Kertas 24.714.302.000 24.006.884.512 97,14 9 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Tekstil 48.395.480.000 46.697.894.115 96,49 10 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Logam Dan Mesin 22.078.970.000 20.981.513.623 95,03 11 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Keramik 17.429.949.000 16.806.408.059 96,42 12 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Bahan Dan Barang

Teknik

29.413.136.000 26.129.308.642 88,84 13 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Kulit, Karet Dan

Plastik

24.628.897.000 23.219.677.330 94,28 14 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Kerajinan Dan

Batik

47.967.622.000 42.623.957.945 88,86 15 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Pencegahan

Pencemaran Industri

28.381.438.000 27.108.939.384 95,52 16 Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Hasil Perkebunan 23.076.218.000 22.703.905.855 98,39

Riset Dan Standardisasi Bidang Industri 172.445.348.000 158.683.967.009 92,02

17 Riset Dan Standardisasi Bidang Industri Aceh 11.414.063.000 10.844.169.425 95,01 18 Riset Dan Standardisasi Bidang Industri Medan 19.434.185.000 19.060.282.137 98,08 19 Riset Dan Standardisasi Bidang Industri Padang 14.752.567.000 13.547.929.888 91,83 20 Riset Dan Standardisasi Bidang Industri Palembang 14.527.030.000 12.893.034.802 88,75 21 Riset Dan Standardisasi Bidang Industri Bandar Lampung 16.267.009.000 12.779.412.246 78,56 22 Riset Dan Standardisasi Bidang Industri Surabaya 20.194.936.000 19.901.630.092 98,55 23 Riset Dan Standardisasi Bidang Industri Pontianak 12.495.912.000 11.879.570.206 95,07 24 Riset Dan Standardisasi Bidang Industri Banjarbaru 11.474.053.000 10.585.897.147 92,26 25 Riset Dan Standardisasi Bidang Industri Samarinda 13.800.495.000 13.069.540.514 94,70 26 Riset Dan Standardisasi Bidang Industri Manado 11.076.037.000 10.734.041.356 96,91 27 Riset Dan Standardisasi Bidang Industri Ambon 12.121.434.000 11.851.524.859 97,77

28 Balai Sertifikasi Industri 14.887.627.000 11.536.934.337 77,49

Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri Tahun 2015 mempunyai Pagu sebesar Rp 579.139.170.000.000,- mencapai realisasi 532.508.200.319,- atau sebesar 91,95 %. Realisasi keuangan tersebut tidak mencapai target yang ditetapkan pada awal TA. 2015 yaitu 93,39%. %. Realisasi anggaran tersebut tidak mencapai target antara lain disebabkan oleh:

Laporan Kinerja Tahun 2015 Bab III Akuntabilitas Kinerja

- Dimulainya pelaksanaan SPAN di KPPN VII sehingga pencairan anggaran banyak terhambat dan memerlukan waktu yang lebih lama, sebab program SPAN dan SAS masih

trial and error pada program aplikasi yang masih terus mengalami proses

penyempurnaan.

- Banyaknya pengajuan Revisi DIPA dan POK sebagai akibat:

1) Adanya Surat Edaran dari MenPan RB No.11 Tahun 2014 tentang Pembatasan Kegiatan Pertemuan Di Luar Kantor dan penghematan anggaran Paket Meeting yang menyebabkan perubahan rencana kegiatan Paket Meeting.

2) Adanya perubahan Mata Anggaran Keluaran pada biaya pembelian bahan yang masuk persediaan, sehingga menyebabkan tertundanya pencairan anggaran khususnya yang terkait belanja bahan/barang persediaan.

3) Pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai dengan POK dan RPA, sehingga persiapan pelaksanaan kerap memerlukan revisi.

- Ada beberapa satker yang membuat target PNBP terlalu tinggi, sehingga mempengaruhi realisasi penggunaan. Contohnya Baristand Industri Lampung yang memiliki target PNBP sebesar Rp. 8.106.000.000, namun hanya mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 4.797.015.135 atau sekitar 59.18%. Penerimaan yang rendah tersebut berakibat realisasi penggunaan PNBP nya pun menjadi rendah (hanya sekitar 27%) dan berdampak pada realisasi keseluruhan BPPI.

- Adanya tambahan APBN-P pada BPPI tanggal 7 April 2015 sebesar Rp. 22.250.000.000, yang menyebabkan pagu anggaran BPPI naik disaat sudah menjelang pertengahan tahun. Keterbatasan waktu dalam pelaksanaan beberapa kegiatan pokok dengan pagu besar khususnya kegiatan yang muncul setelah APBNP turun.

- Komposisi struktur anggaran yang masih bertumpu pada kegiatan swakelola sementara SDM yang ada terbatas, mengakibatkan penyelesaian kegiatan sangat tergantung pada kapasitas kemampuan SDM.

Bila dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri dari 2010-2014, realisasi pada TA. 2014 merupakan

Laporan Kinerja Tahun 2015 Bab III Akuntabilitas Kinerja

Tabel 3.19

Realisasi Anggaran Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri TA. 2011-2015

TA.2011 TA. 2012 TA. 2013 TA.2014 2015

PAGU 386.522.638.000 466.458.175.000 552.876.445.000 582.234.951.000 579.139.170.000

Realisasi 362.592.471.529 442.787.437.686 503.252.259.009 522.140.568.344 532.508.200.319

% Realisasi 93,81% 94,93% 91,02% 89,68% 91,95%

Gambar 3.4 Realisasi Anggaran Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri TA. 2011-2015

Realisasi keuangan BPPI mengalami peningkatan bila dibanding TA. 2013-2014. Bila dibandingkan dengan Unit Eselon I lain di lingkungan Kementeria Perindustrian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.20

Realisasi Keuangan Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian

Unit Pagu

Anggaran

Realisasi 31 Des 2015

Sekretariat Jenderal 1.162.556.899 87.73%

Direktorat Jenderal Industri Agro 354.789.761 82.78%

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka 354.575.743 78.29% Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi,

dan Elektronika

369.035.768 77.39% Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah 622.945.133 74.97%

Inspektorat Jenderal 46.179.969 77.84%

Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri 1.061.892.000 58.32% Direktorat Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses

Industri Internasional

49.860.699 87.87%

TOTAL KEMENTERIAN 4.599.409.087 77.45%

Dari tabel diatas tampak bahwa realisasi anggaran BPPI masih lebih tinggi dari semua Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian. Namun, realisasi keseluruhan

TA.2011 TA. 2012 TA. 2013 TA.2014 2015

PAGU 386.522.638.000 466.458.175.000 552.876.445.000 582.234.951.000 579.139.170.000 Realisasi 362.592.471.529 442.787.437.686 503.252.259.009 522.140.568.344 532.508.200.319 % Realisasi 93,81% 94,93% 91,02% 89,68% 91,95% 0 100.000.000.000 200.000.000.000 300.000.000.000 400.000.000.000 500.000.000.000 600.000.000.000 700.000.000.000

Laporan Kinerja Tahun 2015 Bab III Akuntabilitas Kinerja

Kementerian Perindustrian sebesar 77,45% masih di bawah realisasi nasional sebesar 85,00%.

Kendala yang mempengaruhi rendahnya realisasi anggaran: - Terlambatnya memulai aktivitas pelaksanaan anggaran.

- Adanya kebijakan self-blocking untuk dialokasikan ke kegiatan new initiative yang menyebabkan beberapa kegiatan terlambat dalam pelaksanaannya.

- Adanya tambahan APBN-P senilai Rp. 1.85 Triliun atau 67.44% di bulan Mei 2015.

- Kegiatan pembatasan rapat-rapat di luar kantor pada awal tahun 2015 yang menyebabkan kegiatan harus dilakukan penelahaan ulang.

- Keterbatasan waktu dalam pelaksanaan beberapa kegiatan pokok dengan pagu besar khususnya kegiatan yang muncul setelah APBNP turun.

Hal-hal yang akan dilaksanakan pada tahun 2016:

- Melaksanakan aktivitas pelaksanaan anggaran dengan sesegera mungkin dengan mempersiapkan segala sesuatu yang dipersyaratkan.

- Segera mengusulkan paket pengadaan ke ULP dengan terlebih dahulu menginputnya ke dalam SIRUP.

- PPK segera menyediakan data dukung yang terkait dengan proses pelelangan.

- Meningkatkan koordinasi dengan unit kerja lain seperti satker daerah, Inspektorat Jenderal, KPPN, dll agar tidak ada kendala yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan.

Dokumen terkait