• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Malaysia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Analisis Aliran Foreign Direct Invesment pada Kawasan ASEAN

5.2.1. Analisis Aliran Foreign Direct Invesment Malaysia

Hasil estimasi persamaan investasi dalam bentuk FDI Malaysia disajikan dalam Tabel 18.

Tabel 18. Hasil Estimasi Model Investasi Foreign Direct Invesment Malaysia Variabel Koefisien Standar Error Nilai Probabilitas

C -27.949 8.489933 0.0011 GDPi 2.9364 0.558716 0.0000 POPi 2.2610 0.577158 0.0001 OPENi -0.0461 0.083706 0.5821 RERi -0.3546 0.019213 0.0000 IRi -0.6519 0.043266 0.0000 POPj -0.1448 0.010550 0.0000 GDPj -0.1718 0.036138 0.0000 RERj -0.1819 0.012200 0.0000 IRj -0.0233 0.021459 0.2771 SIZE -0.8800 0.611541 0.1509 Xi 0.1172 0.040256 0.0038 Mi 0.0248 0.011737 0.0348 ASEAN -0.2535 0.368625 0.4919 APEC -0.4473 0.414994 0.2817

Hasil estimasi persamaan investasi Malaysia, menunjukkan variabel GDP signifikan berpengaruh terhadap FDI di Malaysia. GDP Malaysia dalam kurun waktu antara tahun 2000-2008 tumbuh rata-rata 4.522 persen per tahun, tertinggi pada tahun 2000 sebesar 8.9 persen. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Malaysia tersebut dipicu oleh kesuksesan Malaysia melakukan industrialisasi secara bertahap. Program pembangunan disesuaikan dengan masalah utama yang muncul pada setiap tahapan pembangunan. Dalam master plan pengembangan industri Malaysia tahun 2001-2010 di arahkan pada industri manufaktur dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8.3 persen. Periode ini Malaysia merupakan fase pengembangan baru manufaktur dalam rangka mewujudkan ekonomi berbasis pengetahuan. Kelembagaan yang mengelola perizinan investasi di Malaysia yaitu melalui pelayanan one stop service melalui lembaga MIDA (Malaysian Industrial Development Agency). MIDA memiliki perwakilan di semua negara bagian (BKPM 2003).

Perkembangan sektor industri Malaysia memberi sumbangan yang sangat besar terhadap perekonomian Malaysia. Peran manufaktur terhadap PDB dan ekspor meningkat dari tahun ke tahun. Kontribusi sektor manufaktur tersebut adalah peran investasi khususnya FDI. FDI Malaysia cukup berfluktuasi, pada tahun 1995 nilai FDI mencapai US$ 5 815.0 miliar menurun drastis pada tahun 2001 menjadi US$ 553.9 miliar dan US$ 2 473.2 miliar pada tahun 2003 dan US$ 4 623.9 miliar pada tahun 2004 kemudian meningkat lagi pada tahun 2006 menjadi US$ 6.059.7 miliar dan menjadi US$ 8.053.0 miliar pada tahun 2008. Malaysia merupakan negara terbesar kedua setelah Singapura dalam menyerap FDI di ASEAN. Salah satu insentif bagi FDI di Malaysia adalah

dimungkinkannya kepemilikan asing 100 persen saham perusahaan, kecuali usaha kecil menengah (UKM) Malaysia bisa mengerjakannya.

Secara garis besar strategi yang dikembangkan Malaysia meliputi: pengembangan kualitas dan standar produk dan jasa hingga diakui oleh internasional, peningkatan Reseach and Development bidang teknologi, dilaksanakan dalam rangka peningkatan kemampuan industri menyerap dan beradaptasi terhadap teknologi baru serta peningkatan produktifitas tenaga kerja untuk mendorong pertumbuhan daya saing. Prestasi tersebut telah meningkatkan arus FDI dari negara investor ke Malaysia. Sebaliknya, pertumbuhan GDP negara investor berpengaruh negatif artinya bahwa apabila GDP naik maka negara tersebut cenderung meningkatkan impor daripada melaksanakan FDI ke Malaysia. Selain itu, juga menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat negara sumber investasi.

Jumlah penduduk Malaysia berpengaruh secara positif dan signifikan. Jumlah penduduk Malaysia menempati urutan kedua di ASEAN setelah Indonesia dengan total 87.099 juta jiwa pada tahun 2006. Didominasi oleh etnis Melayu, Cina dan India. Tahun 2010 penduduk tersebut diperkirakan jumlah terbesarnya bekerja pada sektor manufaktur (30.4 persen) sektor perdagangan hotel dan restoran (17.1 persen). Sektor jasa meningkat menjadi 12.5 persen, pertanian dan perkebunan menjadi 9.8 persen dan sektor pemerintah menjadi 9.6 persen. Jumlah penduduk yang besar juga merupakan pasar yang menarik bagi investor.

Sebaliknya, pada negara investor pengaruh jumlah penduduk adalah negatif. Apabila terjadi kenaikan dalam pertumbuhan penduduk di negara

investor, maka arus investasi FDI outflow ke Malaysia mengalami penurunan. Investor lebih memilih berinvestasi di negaranya sendiri.

Variabel suku bunga berpengaruh secara negatif dan signifikan, terhadap FDI Malaysia. Semakin tinggi tingkat bunga di Malaysia, volume investasi FDI mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan investor mengalihkan dananya pada instrumen investasi portofolio. Pengaruh negatif tersebut menunjukkan adanya pelarian investasi FDI ke investasi portofolio. Apabila terjadi penurunan suku bunga dalam negeri maka rencana investasi riil akan meningkat, karena memperbesar kemampuan laba dan tambahan stok kapital. Dibanding dengan Indonesia, suku bunga Malaysia termasuk sangat rendah yaitu pada tahun 1998 sebesar 11.17 persen dibanding Indonesia saat itu sebesar 49.23 persen. Pada tahun 2006 Malaysia sebesar 5.15 persen dan Indonesia 9.17 persen.

Peningkatan suku bunga pada negara investor memberikan pengaruh negatif terhadap arus FDI ke Malaysia. Semakin tinggi suku bunga maka arus investasi FDI outflow ke Malaysia semakin kecil. Hal ini terjadi karena adanya pelarian dari FDI ke saving dengan memanfaatkan tingkat bunga negara mereka sendiri. Ekspektasinya tingkat pengembalian investasi lebih besar dibanding berinvestasi di luar negeri termasuk Malaysia.

Pengaruh ekspor Malaysia terhadap FDI adalah positif, artinya bahwa semakin besar nilai ekspor akan semakin menarik FDI karena merupakan potensi pasar untuk memasarkan produk. Komoditas yang dihasilkan oleh FDI di Malaysia adalah komoditi ekspor. Perkembangan ekspor Malaysia sejak pemberlakuan AFTA tahun 1993 mengalami peningkatan yang baik. Pada tahun 1993 nilainya US$ 10 579.5 miliar menjadi US$ 39 217.9 miliar pada tahun 2006

dan US$ 194 495.3 miliar pada tahun 2008. Malaysia tidak terlalu terpengaruh oleh krisis tahun 1997-1998, sekalipun mengalami krisis tapi pengaruhnya terhadap ekspor relatif kecil. Sedangkan pengaruh impor Malaysia terhadap FDI adalah positif dan signifikan karena impor bahan baku industri dari FDI, khususnya pada tahap awal. Impor Malaysia mengalami peningkatan dari tahun 1993 nilai impornya US$ 15 714.4 miliar menjadi US$ 41 555.3 miliar pada tahun 2006 dan US$ 144 298.8 miliar pada tahun 2008 atau naik atau meningkat rata- rata 8.454 persen per tahun. Tetapi secara keseluruhan Malaysia adalah net ekspor.

Tingkat kemudahan berbisnis atau investasi di Malaysia yang baik, menjadi pertimbangan investor dalam merealisasikan FDI. Dalam penelitian tersebut, faktor doing business tidak di estimasi, tetapi data menunjukkan bahwa negara dengan indeks doing business yang lebih baik, dapat memperoleh aliran FDI yang lebih besar. Pada tahun 2008 Malaysia menempati posisi 24 naik menjadi 20 pada tahun 2010.

Pengaruh variabel dummy APEC adalah positif dan signifikan terhadap aliran FDI. APEC memberikan pengaruh kreasi terhadap FDI di Malaysia. Peningkatan FDI menunjukkan manfaat yang diperoleh akibat integrasi ekonomi. Besarnya pengaruh variabel dummy AFTA adalah positif. Integrasi ekonomi ASEAN telah meningkatkan aliran FDI masuk ke Malaysia. Dengan integrasi ekonomi, FDI Malaysia mengalami peningkatan karena adanya peningkatan dalam daya saing investasi dibanding kawasan lainnya. Negara investor utama (Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Inggris dan Jepang) lebih memilih untuk meningkatkan investasi FDI ketimbang melakukan ekspor pada Malaysia.

Dokumen terkait