• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.2.3. Analisis Aliran Perdagangan Singapura

Singapura merupakan promotor utama liberalisasi perdagangan barang dan jasa di ASEAN. Di antara negara ASEAN, Singapura dikenal lebih agresif dalam melakukan FTA baik dalam kerangka AFTA maupun APEC. Sebagai anggota

ASEAN, Singapura telah menurunkan beberapa hambatan tarif dan non-tarif dalam kerangka CEPT-AFTA serta kerjasama ekonomi lainnya di ASEAN. Analisis ini melihat pengaruh integrasi ekonomi dan variabel makroekonomi ASEAN terhadap aliran perdagangan Singapura. Hasil estimasi persamaan perdagangan untuk Singapura, secara ringkas seperti Tabel 14.

Tabel 14. Hasil Estimasi Model Perdagangan Singapura

Variabel Koefisien Standar Error Nilai Probabilitas

C -29.440 0.744213 0.0000 GDPi 1.9524 0.031241 0.0000 POPi 2.1693 0.061484 0.0000 FDIi 0.0065 0.003725 0.0805 RERi 0.0122 0.003779 0.0012 OPENi 0.1052 0.012035 0.0000 TAXi -0.3478 0.011583 0.0000 Iri 0.0242 0.003492 0.0000 GDPj 0.0296 0.008200 0.0003 POPj 0.0105 0.002293 0.0000 FDIj -0.0068 0.002168 0.0018 RERj 0.0060 0.001261 0.0000 Irj -0.1101 0.005031 0.0000 DIST -0.1355 0.005913 0.0000 TIIi 0.0038 0.003000 0.1948 TAXj -0.0152 0.002089 0.0000 ASEAN 0.1148 0.009628 0.0000 APEC 0.2475 0.006723 0.0000

Hasil estimasi model perdagangan Singapura menunjukkan bahwa variabel yang dianalisis memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perdagangan bilateral Singapura kecuali variabel tarif dan jarak. Pengaruh investasi FDI di Singapura terhadap perdagangan bilateral Singapura dengan negara mitra dagangnya adalah signifikan. Ekspor Singapura mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi dan tertinggi di kawasan ASEAN. Nilai ekspor Singapura rata-rata

mengalami kenaikan sebesar 8.607 persen dan impor 7.38 persen. Hal ini terlihat dari nilai ekspor pada tahun 1993 sebesar US$ 74 001.1 miliar menjadi menjadi US$ 241 404.7 miliar pada tahun 2008, sedangkan impornya dari US$ 85 227.7 miliar menjadi US$ 230 760.3 miliar. Angka tersebut menunjukkan bahwa Singapura merupakan negara net ekspor.

Ekspor Singapura sebagian besar ditujukan pada negara ekstra-ASEAN. Pada rentang tahun 1993-2008, ekspor Singapura ke negara ekstra-ASEAN meningkat dari US$ 74 001.1 miliar tahun 1993 menjadi US$ 139 927.4 miliar tahun 2008 atau rata-rata naik sebesar 7.015 persen per tahun. Sedangkan ekspor pada negara intra-ASEAN, pada rentang tahun yang sama, menunjukkan peningkatan dari US$ 85 227.7 miliar menjadi US$ 101 477.3 miliar atau rata-rata naik sebesar 12.933 persen per tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kegiatan investasi di Singapura berkorelasi secara positif dengan perdagangan.

Hal tersebut disebabkan karena FDI dapat menghasilkan komoditi ekspor, semakin besar FDI di Singapura maka akan meningkatkan volume ekspor bilateral, baik terhadap sesama anggota kawasan maupun dengan kawasan diluar integrasi ASEAN. Ekspor intra-ASEAN hanya berkisar 13.339 persen artinya 86.661 persen ekspor Singapura ke negara di luar anggota integrasi ASEAN. Singapura adalah negara paling banyak memanfaatkan perjanjian CEPT-AFTA ekspor di kawasan negara anggota ASEAN.

Realisasi FDI ke Singapura antara tahun 2000-2008 meningkat pesat. Pada tahun 2000, realisasi investasi FDI mencapai US$ 16 485.4 miliar dan pada tahun

per tahun. Dibanding dengan negara anggota ASEAN lainnya, pada tahun 2000

share FDI Singapura mencapai 84.1 persen kemudian turun menjadi 53.1 persen pada tahun 2008. Singapura adalah negara dengan FDI inflow terbesar di kawasan ASEAN. Salah satu penyebabnya adalah kemudahan investasi serta korupsi yang rendah sehingga menyebabkan investor tidak begitu tertarik menanamkan modalnya di Singapura. Hal yang sama juga terjadi pada FDI negara importir atau mitra dagang Singapura yang berpengaruh signifikan secara negatif. Hal ini menunjukkan bahwa FDI di negara mitra Singapura memproduksi komoditas yang bersifat substitusi impor, atau mengalihkan permintaan pasarnya ke negara lain atau kawasan integrasi ekonomi lainnya.

Pada saat krisis di Asia timur tahun 1998, Singapura adalah negara yang mampu mengatur pertumbuhan positif. Strateginya adalah keterbukaan eksternal terhadap perdagangan dan arus investasi. Singapura merupakan negara keenam belas terbesar dalam sektor perdagangan dan ekspor jasa. Perkembangan GDP Singapura mengalami peningkatan yang cukup berarti antara tahun 2000-2007. GDP Singapura pada tahun 2000 adalah sebesar 160 miliar Dolar Singapura kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 234 miliar Dolar Singapura, atau mengalami peningkatan rata-rata 4.39 persen per tahun. Peningkatan tersebut menunjukkan adanya peningkatan volume produksi barang dan jasa serta adanya peningkatan penambahan kapasitas produksi. GDP perkapita juga meningkat dari sebesar US$ 23 007 tahun 2000 menjadi US$ 38 046 tahun 2008, atau mengalami kenaikan rata-rata 6.10 persen per tahun.

Sementara kenaikan GDP pada negara importir juga berpengaruh positif terhadap volume ekspor Singapura. Hal ini dipengaruhi oleh adanya kenaikan

daya beli bagi negara mitra dagang Singapura, semakin tinggi GDP semakin besar pangsa pasar produk ekspor. Peningkatan dalam daya beli menyebabkan peningkatan permintaan barang komponen untuk substitusi impor.

Jumlah penduduk Singapura sangat kecil, tetapi memberi pengaruh yang positif begitu juga jumlah penduduk negara mitra dagang berpengaruh positif terhadap volume perdagangan. Perkembangan jumlah penduduk Singapura pada tahun 2000 sebesar 4 028 juta jiwa menjadi 4 839 juta jiwa, atau naik rata-rata 2.077 persen per tahun. Singapura merupakan negara dengan kualitas sumberdaya manusia yang sangat tinggi, sehingga memiliki produktifitas yang tinggi pula. Meskipun pertambahan penduduknya kecil, tetapi kualitas tenaga kerjanya sangat baik sehingga akan meningkatkan produksi barang dan jasa dan pada akhirnya meningkatkan perdagangan baik dalam negeri maupun ekspor. Di negara mitra, pertumbuhan penduduk akan meningkatkan permintaan impor dari Singapura.

Nilai tukar Dolar Singapura terhadap Dolar Amerika Serikat relatif stabil dibanding dengan negara ASEAN lainnya. Pada tahun 1998 nilai tukar Dolar Singapura sebesar 1.76 Sing$/US$ dan cenderung melemah pada tahun 2008 menjadi 1.44 Sing$/US$ dalam 9 tahun terakhir. Nilai tukar Dolar Singapura berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap volume ekspornya, artinya semakin terdepresiasi nilai mata uang Singapura maka perdagangannya mengalami penurunan. Pengaruh nilai tukar negara importir terhadap perdagangan Singapura adalah positif, artinya semakin terdepresiasi nilai tukar negara importir maka permintaan atas barang impor dari Singapura akan meningkat.

Tarif yang diberlakukan Singapura berpengaruh negatif yang signifikan terhadap volume perdagangan Singapura. Tarif negara importir juga berpengaruh

negatif. Singapura adalah negara yang konsisten terhadap pelaksanaan kebijakan CEPT-AFTA. Sebesar 98.98 persen produk yang masuk dalam Inclusion List (IL) CEPT telah berhasil diturunkan oleh ASEAN-5 mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2005. Produk-produk dalam IL yang tarifnya di atas 5 persen adalah produk yang baru ditransfer dari Temporary Exclution List (TEL), Sensitive List

(SL) dan General Exclution List (GEL) pada tahun 2003. Secara teoritis, semakin tinggi tingkat tarif pada negara tujuan ekspor maka volume ekspor akan menurun. Integrasi ekonomi ASEAN maupun APEC berpengaruh positif dan signifikan terhadap perdagangan Singapura. Nilai koefisien integrasi APEC lebih besar dibanding nilai koefisien integrasi ASEAN. Dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN, volume perdagangan Singapura terhadap negara anggota lebih kecil dibandingkan dengan negara anggota APEC. Kenyataan tersebut memperkuat asumsi adanya kesamaan sumberdaya yang dimiliki Singapura dengan negara ASEAN.

Perdagangan Singapura dengan negara ASEAN masih relatif kecil. Pada tahun 1993 pada saat mulainya penurunan tarif CEPT-AFTA ekspor Singapura ke negara intra-ASEAN US$ 18 0406.1 miliar pada tahun yang sama ekspor ke ekstra-Singapura sebesar US$ 55 595.0 miliar. Dibandingkan ekstra-ASEAN, ekspor intra-ASEAN hanya 24.8 persen selebihnya 75.2 persen ekstra-ASEAN. Nilai tersebut merupakan persentase terbesar dibanding dengan negara ASEAN lainnya. Singapura berhasil memanfaatkan peluang perdagangan dalam konteks CEPT-AFTA. Di luar ASEAN, mitra dagang Singapura didominasi oleh Jepang, Amerika, Eropa dan Cina. Manfaat yang diperoleh Singapura dengan bergabung dalam integrasi ekonomi ASEAN masih relatif kecil dibanding dengan APEC.

Pengaruh perdagangan Singapura dengan intra-APEC lebih besar dari perdagangan intra-ASEAN. Hal ini sesuai kesimpulan Diao, Bonilla dan Robinson (2002) yang menganalisis dua skenario liberalisasi perdagangan potensial, yaitu FTA di Amerika dan kemungkinan hubungan antara Mercusor dan Uni Eropa. Kesimpulannya, FTA menciptakan kreasi perdagangan. Hal tersebut yang mendorong Singapura terus memprakarsai kerjasama regional dan bilateral dibidang perdagangan maupun investasi.

Singapura juga menilai integrasi APEC terlalu besar dan luas sehingga tidak mampu menangani semua masalah perdagangan dan investasi. Karena itu, Singapura menempuh dan memperkuat jalur bilateral untuk mendukung kebijakannya di sektor perdagangan. Singapura membentuk perjanjian bilateral dengan Amerika Serikat dan Jepang. Bagi Singapura kerja sama tersebut bernilai strategis karena memperoleh akses pasar yang luas dan sebagai cara menghindari kerugian dari adanya kebijakan proteksi.

Dokumen terkait