BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
B. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Pengujian Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data variabel tingkat pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua, tingkat pekerjaan orang tua, kecerdasan emosional dan prestasi belajar siswa. Di bawah ini disajikan hasil pengujian normalitas berdasarkan uji satu sampel dari Kolmogorov Semirnov.
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Normalitas Variabel Kecerdasan Emosional Tingkat Pendapatan Orang Tua
Ayah Ibu I II III I II III N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
113 89,98 7,155 ,055 ,048 -,055 ,587 ,881 116 91,07 8,513 ,091 ,091 -,045 ,983 ,288 96 88,46 8,115 ,095 ,095 -,057 ,935 ,346 198 88,78 7,294 ,054 ,045 -,054 ,763 ,606 116 91,07 8,513 ,091 ,091 -,045 ,983 ,288 96 88,46 8,115 ,095 ,095 -,057 ,935 ,346 Keterangan : I = Kurang dari Rp. 500.000 II = Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 III = Lebih dari Rp. 1.000.000
Tingkat Pendidikan Orang Tua Ayah
I II III IV V N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
13 87,92 8,798 ,157 ,157 -,151 ,567 ,905 23 90,04 5,456 ,120 ,094 -,120 ,575 ,896 53 89,68 6,527 ,059 ,051 -,059 ,429 ,993 183 89,91 7,953 ,069 ,069 -,033 ,939 ,342 138 88,50 8,561 ,108 ,108 -,057 1,270 ,079
Tingkat Pendidikan Orang Tua Ibu
I II III IV V
N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative 17 91,59 8,008 ,226 ,083 -,226 41 90,44 6,849 ,137 ,135 -,137 64 89,70 6,844 ,060 ,051 -,060 172 89,36 8,028 ,079 ,079 -,040 116 88,43 8,566 ,094 ,094 -,054
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
,933 ,348 ,878 ,424 ,476 ,977 1,032 ,237 1,013 ,257 Keterangan : I = Tidak Tamat SD II = SD atau sederajat III = SMP atau sederajat IV = SMA atau sederajat V = D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3
Jenis Pekerjaan Orang Tua Ayah
I II III IV N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
48 89,94 8,719 ,109 ,109 -,067 ,754 ,621 152 89,43 7,503 ,077 ,053 -,077 ,946 ,332 97 90,26 7,043 ,100 ,100 -,060 ,984 ,287 113 88,21 8,698 ,096 ,096 -,062 1,024 ,245
Jenis Pekerjaan Orang Tua Ibu
I II III IV N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
48 89,94 8,719 ,109 ,109 -,067 ,754 ,621 143 89,63 7,682 ,061 ,061 -,051 ,728 ,664 41 91,22 7,882 ,122 ,122 -,110 ,784 ,570 88 88,56 8,458 ,118 ,118 -,060 1,111 ,169 Keterangan: I = Lain-lain
II = Petani, Buruh, Pedagang, Wiraswasta
III = Pegawai Swasta, Guru Swasta, Karyawan Swasta IV = Pegawai Negeri (pemda, guru), ABRI, POLRI
Tabel 4.11 menunjukkan hasil pengujian normalitas distribusi data yang diktahui nilai asymptotic significance (Asym.Sig.) Pada variabel kecerdasan emosional. Pada variabel kecerdasan emosional dapat dilihat
dari tingkat pendapatan orang tua (ayah,ibu). Pada pendapatan ayah golongan I (kurang dari Rp. 500.000) sebesar 0,881; golongan II (Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000) sebesar 0,288; dan golongan III (lebih dari Rp. 1.000.000) sebesar 0,346. Pada tingkat pendapatan ibu untuk golongan I (kurang dari Rp. 500.000) sebesar 0,606; golongan II (Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000) sebesar 0,288; dan untuk golongan III (lebih dari Rp. 1.000.000) sebesar 0,346. Untuk tingkat pendidikan ayah golongan I (tidak tamat SD) sebesar 0,905; golongan II (SD atau sederajat) sebesar 0,896; golongan III ( SMP atau sederajat) sebesar 0,993; golongan IV (SMA atau sederajat) sebesar 0,342; dan golongan V (D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3) sebesar 0,079. Pada tingkat pendidikan ibu golongan I (tidak tamat SD) sebesar 0,348; golongan II (SD atau sederajat) sebesar 0,424; golongan III ( SMP atau sederajat) sebesar 0,977; golongan IV (SMA atau sederajat) sebesar 0,237; dan golongan V (D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3) sebesar 0,257. Untuk jenis pekerjaan orang tua (ayah,ibu). Pada pekerjaan ayah golongan I (lain-lain) sebesar 0,621; golongan II (petani, buruh, pedagang, wiraswasta) sebesar 0,332; golongan III (pegawai swasta, guru swasta, karyawan swasta) sebesar 0,287; dan untuk golongan IV (pegawai negeri : pemda, guru ; ABRI, POLRI) sebesar 0,245. Pada pekerjaan ibu golongan I (lain-lain) sebesar 0,621; golongan II (petani, buruh, pedagang, wiraswasta) sebesar 0,664; golongan III (pegawai swasta, guru swasta, karyawan swasta) sebesar
0,570; dan untuk golongan IV (pegawai negeri : pemda, guru ; ABRI, POLRI) sebesar 0,169. Dari hasi perhitungan uji normalitas dapat disimpulkan bahwa jika nilai asymptotic significance lebih besar dari alpha (α ) = 0,05 maka, distribusi data variabel kecerdasan emosional adalah normal.
Tabel 4.12
Hasil Pengujian Normalitas Variabel Prestasi Belajar Tingkat Pendapatan Orang Tua
Ayah
I II III N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
113 70,3022 3,79982 ,055 ,049 -,055 ,581 ,888 116 71,2828 3,84563 ,116 ,075 -,116 1,250 ,088 96 72,6492 3,36084 ,108 ,058 -,108 1,054 ,217
Tingkat Pendapatan Orang Tua Ibu
I II III
N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
198 70,6110 4,10102 ,055 ,055 -,042 ,780 ,577 116 91,0690 8,51262 ,091 ,091 -,045 ,983 ,288 96 72,6492 3,36084 ,108 ,058 -,108 1,054 ,217 Keterangan : I = Kurang dari Rp. 500.000 II = Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 III = Lebih dari Rp. 1.000.000
Tingkat Pendidikan Orang Tua Ayah
I II III IV V
N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
13 71,5362 2,99725 ,215 ,172 -,215 ,774 ,587 23 70,739 3,7083 ,125 ,125 -,086 ,597 ,868 53 70,667 3,6686 ,082 ,058 -,082 ,599 ,865 183 70,508 4,0143 ,087 ,087 -,064 1,173 ,128 138 72,599 3,7589 ,108 ,059 -,108 1,273 ,078
Tingkat Pendidikan Orang Tua Ibu
I II III IV V
N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
17 71,4412 4,02703 ,124 ,122 -,124 ,512 ,956 41 70,9861 3,28021 ,070 ,070 -,066 ,451 ,987 64 70,466 3,7238 ,112 ,112 -,099 ,893 ,402 172 70,891 4,1507 ,065 ,065 -,061 ,857 ,454 116 72,379 3,7691 ,127 ,060 -,127 1,366 ,068 Keterangan : I = Tidak Tamat SD II = SD atau sederajat III = SMP atau sederajat IV = SMA atau sederajat V = D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3
Jenis Pekerjaan Orang Tua Ayah
I II III IV N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
48 71,4958 3,56126 ,173 ,076 -,173 1,196 ,114 152 70,7000 3,91656 ,055 ,055 -,053 ,677 ,749 97 70,92 3,760 ,084 ,066 -,084 ,823 ,508 113 72,28 4,127 ,088 ,061 -,088 ,935 ,346
Jenis Pekerjaan Orang Tua Ibu
I II III IV N
Normal Parameter a,b Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
48 71,50 3,561 ,173 ,076 -,173 1,196 ,114 143 71,1294 3,59871 ,071 ,063 -,071 ,844 ,474 41 70,5761 3,67827 ,065 ,065 -,064 ,418 ,995 88 72,8289 3,40313 ,097 ,075 -,097 ,913 ,375 Keterangan: I = Lain-lain
II = Petani, Buruh, Pedagang, Wiraswasta
III = Pegawai Swasta, Guru Swasta, Karyawan Swasta IV = Pegawai Negeri (pemda, guru), ABRI, POLRI
Tabel 4.12 menunjukkan hasil pengujian normalitas distribusi data yang diktahui nilai asymptotic significance (Asym.Sig.) Pada variabel prestasi belajar. Pada variabel prestasi belajar dapat dilihat dari tingkat pendapatan orang tua (ayah,ibu). Pada pendapatan ayah golongan I (kurang dari Rp. 500.000) sebesar 0,888; golongan II (Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000) sebesar 0,088; dan golongan III (lebih dari Rp. 1.000.000) sebesar 0,217. Pada tingkat pendapatan ibu untuk golongan I (kurang dari Rp. 500.000) sebesar 0,577; golongan II (Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000) sebesar 0,288; dan untuk golongan III (lebih dari Rp. 1.000.000) sebesar 0,217. Untuk tingkat pendidikan ayah golongan I (tidak tamat SD) sebesar 0,587; golongan II (SD atau sederajat) sebesar 0,868; golongan III ( SMP atau sederajat) sebesar 0,865; golongan IV (SMA atau sederajat) sebesar 0,128;
dan golongan V (D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3) sebesar 0,078. Pada tingkat pendidikan ibu golongan I (tidak tamat SD) sebesar 0,956; golongan II (SD atau sederajat) sebesar 0,987; golongan III ( SMP atau sederajat) sebesar 0,402; golongan IV (SMA atau sederajat) sebesar 0,454; dan golongan V (D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3) sebesar 0,068. Untuk jenis pekerjaan orang tua (ayah,ibu). Pada pekerjaan ayah golongan I (lain-lain) sebesar 0,114; golongan II (petani, buruh, pedagang, wiraswasta) sebesar 0,749; golongan III (pegawai swasta, guru swasta, karyawan swasta) sebesar 0,508; dan untuk golongan IV (pegawai negeri : pemda, guru ; ABRI, POLRI) sebesar 0,346. Pada pekerjaan ibu golongan I (lain-lain) sebesar 0,114; golongan II (petani, buruh, pedagang, wiraswasta) sebesar 0,474; golongan III (pegawai swasta, guru swasta, karyawan swasta) sebesar 0,995; dan untuk golongan IV (pegawai negeri : pemda, guru ; ABRI, POLRI) sebesar 0,375. Dari hasi perhitungan uji normalitas dapat disimpulkan bahwa jika nilai asymptotic significance lebih besar dari alpha (α ) = 0,05 maka, distribusi data variabel kecerdasan emosional adalah normal.
b. Pengujian Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk menguji apakah hubungan variabel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar linear atau tidak. Di bawah ini disajikan tabel hasil pengujian linearitas.
Tabel 4.13 Tabel Linearitas ANOVA Prestasi Belajar Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups (Combined) 804,786 43 18,716 1,234 ,157 Linear Term Weighted ,435 1 ,435 ,029 ,866 Deviation 804,351 42 19,151 1,263 ,135 Within Groups 5550,803 366 15,166 Total 6355,589 409
Dari tabel 4.13 dapat disimpulkan bahwa hubungan variabel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah linear. Hal ini dapat diketahui dari F = 1,263 < F = 1,413, atau nilai signifikansi 0,135>α =0,05.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan berdasarkan model persamaan yang dikembangkan oleh Chow (Gujarati, 1995:512).
a. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua
1). Rumusan Hipotesis 1
Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua
Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua
2). Pengujian Hipotesis 1
(a).Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ayah.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut :
i Υ = 69,386 – 0,003 X1 + 0,702 X2 + 0,004 (X1X2 ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1
Χ = Variabel kecerdasan emosional 2
Χ = Variabel tingkat pendapatan ayah 2
1Χ
Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendapatan ayah
Hasil analisis regresi di atas membuktikan bahwa nilai koefisien regresi
( )
β3 kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,004. Koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil perhitungan harga koefisien regresi( )
β3 interaksi variabel kecerdasan emosional dengan tingkat pendapatan ayah terhadap prestasi belajar siswa diperoleh ρ =0,901>α =0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendapatan ayah adalah tidak signifikan. Dengan kata lain tidak ada pengaruh tingkat pendapatan ayah pada derajat pengaruhkecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Langkah terakhir adalah mengetahui seberapa besar pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar menggunakan koefisien determinasi dan diperoleh hasil berturut-turut pada tingkat pendapatan ayah kurang dari Rp. 500.000 (golongan I) sebesar 0,000; untuk tingkat pendapatan ayah Rp 500.000-Rp.1.000.000 (golongan II) sebesar 0,002; dan untuk tingkat pendapatan ayah lebih dari Rp 1.000.000 (golongan III) sebesar 0,001. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ayah.
(b).Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ibu
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut :
i Υ = 73,382 – 0,043 X1 - 0,848 X2 + 0,021 (X1X2 ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1
Χ = Variabel kecerdasan emosional 2
Χ = Variabel tingkat pendapatan ibu 2
1Χ
Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendapatan ibu
Hasil analisis regresi di atas membuktikan bahwa nilai koefisien regresi
( )
β3 kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,021. Koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil perhitungan harga koefisien regresi( )
β3 interaksi variabel kecerdasan emosional dengan tingkat pendapatan ibu terhadap prestasi belajar siswa diperoleh ρ =0,500> 05α =0, . Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendapatan ibu adalah tidak signifikan. Dengan kata lain tidak ada pengaruh tingkat pendapatan ibu pada derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Langkah terakhir adalah mengetahui seberapa besar pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar menggunakan koefisien determinasi dan diperoleh hasil berturut-turut pada tingkat pendapatan ibu kurang dari Rp. 500.000 (golongan I) sebesar 0,003; untuk tingkat pendapatan ibu Rp 500.000-Rp.1.000.000 (golongan II) sebesar 1,000; dan untuk tingkat pendapatan ibu lebih dari Rp 1.000.000 (golongan III) sebesar 0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruhkecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ibu.
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan ayah dan ibu.
b. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau tingkat pendidikan orang tua.
1). Rumusan Hipotesis 2
Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.
Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua.
2). Pengujian Hipotesis 2
(a).Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan ayah.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut :
i Υ = 76,848 – 0,088 X1 – 1,287 X2 + 0,021 (X1X2 ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1
Χ = Variabel kecerdasan emosional 2
2 1Χ
Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendidikan ayah
Hasil analisis regresi di atas membuktikan bahwa nilai koefisien regresi
( )
β3 kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,021. Koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil perhitungan harga koefisien regresi( )
β3 interaksi variabel kecerdasan emosional dengan tingkat pendidikan ayah terhadap prestasi belajar siswa diperoleh ρ =0,418>α =0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendidikan ayah adalah tidak signifikan. Dengan kata lain tidak ada pengaruh tingkat pendidikan ayah pada derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Langkah terakhir adalah mengetahui seberapa besar pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar menggunakan koefisien determinasi dan diperoleh hasil berturut-turut untuk tingkat pendidikan ayah tidak tamat SD (golongan I) sebesar 0,237; untuk tingkat pendidikan ayah SD atau sederajat (golongan II) sebesar 0,297; untuk tingkat pendidikan ayah SMP atau sederajat (golongan III) sebesar 0,000; untuk tingkat pendidikanayah SMA atau sederajat (golongan IV) sebesar 0,002; dan untuk tingkat pendidikan ayah D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3 (golongan V) sebesar 0,011. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan ayah.
(b).Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan ibu.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut :
i Υ = 81,385 – 0,129 X1 – 2,567 X2 + 0,033 (X1X2 ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1
Χ = Variabel kecerdasan emosional 2
Χ = Variabel tingkat pendidikan ibu 2
1Χ
Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel tingkat pendidikan ibu
Hasil analisis regresi di atas membuktikan bahwa nilai koefisien regresi
( )
β3 kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah 0,033. Koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil perhitungan harga koefisien regresi( )
β3 interaksi variabel kecerdasan emosional dengan tingkat pendidikan ibu terhadap prestasi belajar siswa diperoleh ρ =0,156>α =0,05.Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pendidikan ibu adalah tidak signifikan. Dengan kata lain tidak ada pengaruh tingkat pendidikan ibu pada derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Langkah terakhir adalah mengetahui seberapa besar pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar menggunakan koefisien determinasi dan diperoleh hasil berturut-turut untuk tingkat pendidikan ibu tidak tamat SD (golongan I) sebesar 0,035; untuk tingkat pendidikan ibu SD atau sederajat (golongan II) sebesar 0,007; untuk tingkat pendidikan ibu SMP atau sederajat (golongan III) sebesar 0,006; untuk tingkat pendidikan ibu SMA atau sederajat (golongan IV) sebesar 0,002; dan untuk tingkat pendidikan ibu D1,D2,D3,D4,S1,S2,S3 (golongan V) sebesar 0,028. Hasil ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan ibu.
Kedua hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan ayah dan ibu.
c. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dan jenis pekerjaan orang tua
1). Rumusan Hipotesis 3
Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.
Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan orang tua.
2). Pengujian Hipotesis 3
(a).Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari jenis pekerjaan ayah.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut :
i Υ = 69,852 + 0,003 X1 + 0,557 X2 - 0,001 (X1X2 ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1
Χ = Variabel kecerdasan emosional 2
Χ = Variabel jenis pekerjaan ayah 2
1Χ
Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel jenis pekerjaan ayah
Hasil analisis regresi di atas membuktikan bahwa nilai koefisien regresi
( )
β3 kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah -0,001. Koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajarsiswa. Dari hasil perhitungan harga koefisien regresi
( )
β3 interaksi variabel kecerdasan emosional dengan tingkat pekerjaan ayah terhadap prestasi belajar siswa diperoleh ρ =0,952>α =0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pekerjaan ayah adalah tidak signifikan. Dengan kata lain tidak ada pengaruh jenis pekerjaan ayah pada derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Langkah terakhir adalah mengetahui seberapa besar pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar menggunakan koefisien determinasi dan diperoleh hasil berturut-turut untuk jenis pekerjaan ayah lain-lain (golongan I) sebesar 0,016; untuk jenis pekerjaan ayah petani, buruh, pedagang, wiraswasta (golongan II) sebesar 0,005; untuk jenis ayah pekerjaan pegawai swasta, guru swasta, karyawan swasta (golongan III) sebesar 0,001; untuk jenis pekerjaan ayah pegawai negeri, ABRI, POLRI (golongan IV) sebesar 0,000. Hasil ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh jenis pekerjaan ayah pada derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.(b).Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari jenis pekerjaan ibu.
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut :
i Υ = 64,457 + 0,062 X1 + 3,154 X2 - 0,029 (X1X2 ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1
Χ = Variabel kecerdasan emosional 2
Χ = Variabel jenis pekerjaan ibu 2
1Χ
Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel jenis pekerjaan ibu
Hasil analisis regresi di atas membuktikan bahwa nilai koefisien regresi
( )
β3 kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah -0,029. Koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil perhitungan harga koefisien regresi( )
β3 interaksi variabel kecerdasan emosional dengan tingkat pekerjaan ibu terhadap prestasi belajar siswa diperoleh ρ =0,174>α =0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari tingkat pekerjaan ibu adalah tidak signifikan. Dengan kata lain tidak ada pengaruh jenis pekerjaan ibu pada derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Langkah terakhir adalah mengetahui seberapa besar pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar menggunakan koefisien determinasi dandiperoleh hasil berturut-turut untuk jenis pekerjaan ibu lain-lain (golongan I) sebesar 0,016; untuk jenis pekerjaan ibu petani, buruh, pedagang, wiraswasta (golongan II) sebesar 0,000; untuk jenis pekerjaan ibu pegawai swasta, guru swasta, karyawan swasta (golongan III) sebesar 0,014; untuk jenis pekerjaan ibu pegawai negeri, ABRI, POLRI (golongan IV) sebesar 0,006. Hasil ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh jenis pekerjaan ibu pada derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Kedua hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua pada derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.
d. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari status sekolah.
1) Rumusan Hipotesis 4
Ho = Tidak ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.
Ha = Ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari status sekolah.
2). Pengujian Hipotesis 4
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut :
i Υ = 58,020 + 0,073 X1 + 7,566 X2 - 0,032 (X1X2 ) Keterangan: i Υ = Prestasi belajar 1
Χ = Variabel kecerdasan emosional 2
Χ = Variabel status sekolah 2
1Χ
Χ = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel status sekolah
Hasil analisis regresi di atas membuktikan bahwa nilai koefisien regresi
( )
β3 kecerdasan emosional dengan variabel prestasi belajar siswa adalah -0,032. Koefisien regresi tersebut mempunyai pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil perhitungan harga koefisien regresi( )
β3 interaksi variabel kecerdasan emosional dengan ststus sekolah terhadap prestasi belajar siswa diperoleh 05ρ =0,421>α =0, . Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ditinjau dari status sekolah adalah tidak signifikan. Dengan kata lain tidak ada pengaruh ststus sekolah pada derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. Langkah terakhir adalah mengetahui seberapa besar pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar menggunakan koefisien determinasi dan diperoleh hasil berturut-turut untuk status sekolah, sekolah swasta sebesar 0,006 dan untuk sekolah negeri sebesar 0,001. Hasil inimenunjukkan bahwa tidak ada pengaruh ststus sekolah pada derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendapatan orang tua
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa untuk tingkat pendapatan orang tua (ayah) nilai koefisien regresi
( )
β3 = 0,004 dan nilai probabilitas (ρ)= 0,901> alpha (α)=0,05, sementara untuk pendapatan ibu nilai koefisien regresi( )
β3 = 0,021 dan nilai probabilitas (ρ)= 0,500> alpha05 , 0 )
(α = . Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua pada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Artinya tinggi rendahnya pendapatan orang tua, tidak mempengaruhi derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.
Tingkat pendapatan ayah yang menunjukkan bahwa sebanyak 149 siswa atau 36,3% dikategorikan antara Rp. 500.000-Rp.1.000.000 dan pendapatan ibu menunjukkan bahwa sebanyak 198 siswa atau 48,3% dikategorikan kurang dari Rp. 500.000. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan awal peneliti yang mengatakan bahwa orang tua yang memiliki pendapatan tinggi dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pendapatan orang tua yang
rendah, prestasi belajar anak tetap tinggi atau dengan kata lain tidak selamanya rendah. Hal ini di sebabkan anak memanfaatkan fasilitas yang disediakan orang tua dengan sangat baik, walaupun fasilitas yang disediakan kurang lengkap. Anak juga dapat menggunakan fasilitas yang ada di sekolah atau dengan meminjam dari teman-temanya. Misalnya saja buku-buku pelajaran dan alat-alat ukur yang digunakan dalam belajar. Dengan demikian anak dapat terbantu dalam belajar, sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat. Dalam penelitian ini bisa dilihat bahwa sebanyak 359 siswa atau 87,56 % memiliki prestasi belajar dalam kategori baik dan sebanyak 192 siswa atau 46,83% memiliki tingkat kecerdasan emosional yang baik. Dengan kata lain siswa tetap konsentrasi, percaya diri dan tekun dalam belajar walaupun tidak didukung dengan tingkat pendapatan orang tua yang tinggi.
Orang tua yang memiliki tingkat pendapatan yang tinggi dapat menunjang pendidikan anak dengan menyediakan fasilitas belajar anak. Keadaan seperti ini diharapkan dapat merangsang perkembangan mental bagi perkembangan kecerdasan emosional anak. Hal ini juga harus didukung dengan kemamuan dan keseriusan anak dalam belajar. Walaupun anak memiliki orang tua yang berpenghasilan rendah tetapi ia tetap berusaha belajar dengan giat dan tekun, maka prestasi belajar anak akan meningkat. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Yosef Haryadi (2003:88) menyatakan bahwa anak yang mempunyai orang tua yang
berpenghasilan tinggi akan mencapai prestasi belajar yang baik, sedangkan anak yang mempunyai orang tua yang berpenghasilan rendah akan mencapai prestasi belajar yang kurang baik.
2. Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa untuk tingkat pendidikan orang tua (ayah) nilai koefisien regresi
( )
β3 = 0,021 dan nilai probabilitas( )
ρ = 0,418> alpha( )
α = 0,05, sementara untuk pendidikan orang tau (ibu) nilai koefisien regresi( )
β3 = 0,033 dan nilai probabilitas( )
ρ = 0,156> alpha( )
α = 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua pada pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Artinya tinggi rendahnya pendidikan orang tua, tidak mempengaruhi derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.Tingkat pendidikan ayah yang menunjukkan bahwa sebanyak 183 siswa atau 44,6 % dikategorikan berpendidikan SMA atau sederajat dan pendidikan ibu menunujukkan bahwa sebanyak 172 siswa atau 42 % dikategorikan berpendidikan SMA atau sederajat. Dengan demikian hasil penelitian ini tidak sejalan dengan dugaan awal peneliti yang mengatakan bahwa orang tua yang memiliki pendidikan tinggi dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pendidikan orang tua yang rendah, prestasi belajar anak tetap tinggi atau dengan kata lain tidak selamanya rendah. Hal ini disebabkan anak selalu berusaha mencari cara atau solusi untuk memecahkan persoalan yang timbul sewaktu anak belajar. Misalnya, dengan bertanya pada teman-teman atau orang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan pelajaran di sekolah. Dengan demikian persoalan-persoalan anak yang timbul sewaktu anak belajar dapat terselesaikan, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar anak. Dalam penelitian ini bisa dilihat bahwa