• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam menjawab rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Membandingkan antara penghitungan PPh yang dilakukan oleh koperasi dengan penghitungan PPh menurut peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Komponen yang dibandingkan meliputi:

a. Cara menentukan penghasilan bruto yang menjadi objek pajak.

Penghitungan penghasilan bruto yang termasuk objek pajak di Koperasi Pelita ditentukan dengan menjumlahkan semua pendapatan, baik yang diterima dari hasil penjualan barang toko, pendapatan simpan pinjam maupun pendapatan yang diterima dari luar penjualan yang bersifat menambah kekayaan koperasi. Berikut ini merupakan penjelasan dari pendapatan yang diterima Koperasi Pelita:

1) Penjualan Barang Toko

Penjualan Barang Toko merupakan penjualan atas barang dagangan di Koperasi Pelita selama tahun 2011. Koperasi mengakui Penjualan Barang Toko sebesar Rp515.604.300,00 sebagai penghasilan yang termasuk dalam objek pajak. Penghasilan atas penjualan ini dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri bagian peredaran usaha.

2) Pendapatan Simpan Pinjam

Pendapatan Simpan Pinjam sebesar Rp1.126.911.741,00 merupakan pendapatan bunga yang diterima koperasi atas

pemberian pinjaman kepada anggota koperasi. Koperasi mengakui Pendapatan Simpan Pinjam sebagai penghasilan bruto yang termasuk objek pajak dan dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri.

3) SHU PKP-RI

SHU RI merupakan pembagian hasil usaha dari PKP-RI (koperasi sekunder) karena keterlibatan Koperasi Pelita (koperasi primer) sebagai anggota. Koperasi Pelita merupakan Koperasi Simpan Pinjam dan Waserda. Dalam hal ini Koperasi Pelita mendapatkan pinjaman modal dari PKP-RI. SHU PKP-RI sebesar Rp4.453.149,00 dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri.

4) Pendapatan Lain-Lain

Koperasi menjalin kerja sama dengan toko elektronik dan toko alat optik. Pendapatan Lain-Lain merupakan pendapatan atas komisi yang diperoleh koperasi dari penjualan barang elektronik dan alat optik untuk kebutuhan anggota. Koperasi mengakui Penghasilan lain-lain sebesar Rp3.945.621,00 ini sebagai penghasilan yang termasuk objek pajak dan dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri.

5) Pendapatan Bunga Bank

Pendapatan Bunga Bank merupakan pendapatan bunga atas kas usaha simpan pinjam yang disimpan di bank. Penghasilan

Bunga Bank sebesar Rp5.377.572,00 dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri.

Penghitungan penghasilan bruto yang menjadi objek pajak berdasarkan penjelasan UU PPh ditentukan dengan menjumlahkan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari manapun asalnya yang dapat dipergunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut sesuai Pasal 4 ayat (1). Berikut ini penjelasan mengenai pendapatan yang diterima Koperasi Pelita berdasarkan UU PPh:

1) Penjualan Barang Toko

Pasal 4 ayat (1) UU PPh menyebutkan bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk hasil penjualan barang toko. Penghasilan sebesar Rp515.604.300,00 harus dilaporkan di lampiran I: Penghasilan neto komersial dalam negeri bagian peredaran usaha (1a).

2) Pendapatan Simpan Pinjam

Pasal 4 ayat (1) huruf f menyebutkan bahwa Pendapatan Simpan Pinjam merupakan salah satu penghasilan yang termasuk objek pajak. Pendapatan yang diakui sebesar Rp1.126.911.741,00

dan dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri bagian peredaran usaha (1a).

3) SHU PKP-RI

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf g, SHU PKP-RI ini termasuk objek pajak penghasilan. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-01/PJ.44/1992 tentang Perlakuan PPh Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi butir 4 mengungkapkan bahwa SHU koperasi yang bukan berasal dari kegiatan semata-mata dari dan untuk anggota sesuai ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 ialah objek pajak bagi koperasi. SHU PKP-RI bukan berasal dari kegiatan semata-mata dari dan untuk anggota. SHU PKP-RI sebesar Rp4.453.149,00 tersebut harus dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri.

4) Pendapatan Lain-Lain

Pasal 4 ayat (1) huruf a menyebutkan bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk komisi. Penghasilan sebesar Rp3.945.621,00 ini seharusnya dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri huruf e yaitu penghasilan dari luar usaha.

5) Pendapatan Bunga Bank

Pendapatan Bunga Bank termasuk dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a yang menyebutkan bahwa penghasilan yang dikenai pajak bersifat final ialah penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi. Pendapatan tersebut tidak termasuk objek pajak, maka penghasilan tersebut tidak boleh digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai tarif umum. Berdasarkan PP Nomor 131 Tahun 2000, pendapatan bunga bank ini dikenakan tarif sebesar 20 % dari jumlah bruto. Penghasilan tersebut seharusnya dilaporkan di lampiran IV: Bagian A PPh Final setelah itu dipindahkan ke lampiran I nomor 4: Penghasilan yang dikenakan PPh Final dan Penghasilan yang tidak termasuk dalam objek pajak.

Cara menentukan penghasilan bruto yang menjadi objek pajak menurut koperasi tidak sama dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Bagi koperasi, seluruh penghasilan yang diterima dapat diakui sebagai objek pajak, sedangkan menurut UU PPh tidak semua penghasilan dapat diakui sebagai objek pajak. Berdasarkan hal tersebut, elemen-elemen yang dijumlahkan menjadi berbeda sehingga hasil penghitungan penghasilan bruto yang diperoleh pun menjadi berbeda. Selisih hasil penghitungan penghasilan bruto yang dihitung Koperasi Pelita dengan peneliti berdasarkan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku ialah sebesar Rp5.377.572,00. Perbedaan hasil penghitungan tersebut dapat dilihat pada tabel V.5 di bawah ini:

Tabel V.5 Perbandingan Hasil Penghitungan Penghasilan Bruto. No. Keterangan Koperasi Pelita UU PPh

1. Penjualan Barang Toko Rp 515.604.300,00 Rp 515.604.300,00 2. Pendapatan Simpan Pinjam 1.126.911.741,00 1.126.911.741,00 3. SHU PKP-RI 4.453.149,00 4.453.149,00 4. Pendapatan Lain-Lain 3.945.621,00 3.945.621,00 5. Pendapatan Bunga Bank 5.377.572,00 - Total Rp 1.656.292.383,00 Rp 1.650.914.811,00 Sumber: Data Diolah.

b. Cara menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP).

Penghitungan besarnya PKP menurut penghitungan di Koperasi Pelita ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang terdiri dari harga pokok barang toko, beban usaha, beban perkoperasian serta beban lain-lain yang dikeluarkan selama tahun 2011. Koperasi menganggap bahwa semua biaya yang dikeluarkan selama tahun 2011 dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk penghitungan PKP. Berikut ini merupakan penjelasan dari biaya-biaya yang dikeluarkan Koperasi Pelita selama tahun 2011:

1) Harga Pokok Barang Toko

Harga Pokok Barang Toko sebesar Rp481.307.754,00 merupakan harga perolehan barang dagangan yang dijual di toko

biaya yang dilaporkan di lampiran II: Perincian Harga Pokok Penjualan, kemudian dipindahkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.

2) Beban Keuangan

Beban Keuangan yang diakui koperasi sebagai pengurang penghasilan bruto, dan dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya bagian Biaya Bunga Pinjaman yaitu Rp313.898.492,00, kemudian dilaporkan juga di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. Beban Keuangan terdiri dari:

a) Bunga Simpanan sebesar Rp222.611.564,00 merupakan bunga yang dibayarkan koperasi kepada anggota selama tahun 2011 atas uang simpanan anggota.

b) Bunga Pinjaman sebesar Rp68.908.928,00 merupakan beban bunga yang harus dibayar koperasi atas pinjaman yang diterima.

c) Beban Bunga Bank/BBM sebesar Rp16.000.000,00 merupakan beban bunga yang harus dibayar koperasi atas dana bergulir BBM yang diperoleh koperasi.

d) Beban Administrasi Pinjaman sebesar Rp167.000,00 merupakan beban administrasi yang harus dibayar koperasi atas pinjaman modal yang diterima.

e) Beban Administrasi Bank sebesar Rp211.000,00 merupakan beban yang secara rutin dibayar oleh koperasi atas tabungan yang berada di bank.

f) Beban Administrasi Bank, Resiko PKP RI Rp6.000.0000,00 merupakan beban yang harus dibayar koperasi atas pinjaman modal yang diperoleh dari PKP-RI.

3) Beban Organisasi

Beban Organisasi merupakan beban yang dikeluarkan berkaitan dengan kegiatan organisasi selama tahun 2011. Beban Organisasi yang diakui koperasi sebagai pengurang penghasilan bruto, dan dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yaitu Rp259.255.900,00, kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. Beban Organisasi terdiri dari:

a) Beban RAT sebesar Rp185.000.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan koperasi untuk Rapat Anggota Tahunan.

b) Beban Transpot Piket Pengurus sebesar Rp31.800.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk honor piket bagi pengurus.

c) Beban Transpot Piket Pengawas sebesar Rp24.600.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk honor piket bagi pengawas.

d) Beban Rapat Pengurus sebesar Rp1.721.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk kegiatan rapat khusus pengurus koperasi.

e) Beban Rapat Pengurus, Pengawas sebesar Rp4.712.500,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk kegiatan rapat antara pengurus dan pengawas koperasi.

f) Beban Rapat Pengurus, Pengawas dan Karyawan sebesar Rp483.500,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk kegiatan rapat antara pengurus, pengawas dan karyawan.

g) Beban Rapat Pengurus, Karyawan sebesar Rp422.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk kegiatan rapat antara pengurus dan karyawan koperasi.

h) Beban Jalan Pengurus sebesar Rp50.000,00 merupakan beban jalan yang dikeluarkan untuk pengurus kaitannya dengan kegiatan koperasi.

i) Beban Jamuan Pengawas sebesar Rp1.336.400,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk memberikan jamuan kepada pengawas.

j) Beban Audit KJA sebesar Rp4.500.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk membayar jasa audit.

k) Beban Rapat Pengawas sebesar Rp600.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk kegiatan rapat pengawas.

l) Beban Lain-Lain sebesar Rp4.005.500,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk keperluan organisasi.

m) Beban Jalan Pengawas sebesar Rp25.000,00 merupakan beban jalan yang dikeluarkan untuk pengawas kaitannya dengan kegiatan koperasi.

4) Beban Karyawan

Koperasi Pelita mengakui Beban Karyawan sebesar Rp190.969.700,00 sebagai pengurang penghasilan bruto, dan dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. Beban Karyawan terdiri dari:

a) Beban Honor & Kesejahteraan sebesar Rp138.575.000,00 merupakan beban atas pemberian insentif untuk motivasi kerja karyawan.

b) Beban Pendidikan merupakan beban yang diberikan kepada pegawai yang mengikuti pendidikan guna meningkatkan kinerja dalam koperasi.

c) Beban Jatah Beras Karyawan sebesar Rp5.640.000,00 merupakan beban atas pemberian jatah beras kepada karyawan yang diberikan dalam bentuk uang.

d) Beban Minum Karyawan sebesar Rp1.305.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan koperasi untuk membeli minum bagi seluruh karyawan.

e) Beban Lembur Karyawan sebesar Rp4.593.200,00 merupakan beban yang dikeluarkan atas pemberian uang lembur karyawan. f) Beban Transport Karyawan sebesar Rp450.500,00 merupakan

beban atas transportasi karyawan koperasi karyawan.

g) Beban Ganti Cuti Kerja sebesar Rp1.400.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan koperasi untuk memberikan penggantian uang kepada karyawan yang tidak mengambil jatah cutinya.

h) Beban Pemotong Gaji Rp18.900.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan koperasi untuk bendahara pemotong gaji di instansi-instansi tertentu tempat anggota bekerja. Pemotongan gaji ini dilakukan atas dasar pembelian kredit yang dilakukan anggota koperasi di toko Koperasi Pelita.

i) Beban Satpam, Cleaning sebesar Rp8.650.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk membayar satpam dan petugas kebersihan di koperasi.

j) Beban Kesehatan Karyawan sebesar Rp4.490.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk anggota yang sakit dengan menunjukkan surat keterangan dokter.

k) Beban Rapat Karyawan sebesar Rp720.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk rapat karyawan yang merupakan program koperasi.

l) Beban Penghargaan Masa Kerja sebesar Rp1.800.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk penghargaan bagi anggota yang tidak memiliki masalah di Koperasi Pelita.

m) Beban Jamsostek sebesar Rp4.446.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk jaminan sosial bagi tenaga kerja koperasi selama tahun 2011.

5) Beban Pemasaran 

Beban Pemasaran sebesar Rp13.940.500,00 merupakan beban yang dikeluarkan koperasi sebagai usaha memasarkan barang dagangan yang dijual di toko Koperasi Pelita selama tahun 2011. Beban Pemasaran ini diakui sebagai biaya yang dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 

6) Beban Penyisihan Penghapusan Piutang 

Beban Penyisihan Penghapusan Piutang Rp32.000.000,00 merupakan beban atas piutang yang tidak tertagih selama tahun 2011. Beban ini diakui sebagai biaya komersial dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 

7) Beban Penyusutan 

Koperasi Pelita tidak melakukan penghitungan Beban Penyusutan secara fiskal. Beban Penyusutan secara komersial

sebesar Rp23.795.349,00 merupakan total beban penyusutan dari peralatan, kendaraan, serta aktiva tetap lain yang layak disusutkan menurut penghitungan koperasi dengan menggunakan metode garis lurus. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya bagian Biaya Penyusutan yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 

8) Beban Pemeliharaan 

Beban Pemeliharaan sebesar Rp4.387.600,00 merupakan beban pemeliharaan atas Kendaraan dan Peralatan yang ada di Koperasi Pelita. Beban Pemeliharaan ini diakui sebagai biaya dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 

9) Beban Administrasi/Umum RT 

Beban Administrasi/Umum RT sebesar Rp9.575.835,00 merupakan beban atas administrasi dan kebutuhan rumah tangga koperasi selama tahun 2011. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.

10)Beban Lain-Lain Usaha 

Beban Lain-Lain Usaha sebesar Rp2.200.000,00 merupakan beban usaha di Koperasi Pelita pada tahun 2011 yang dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian

juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.

11)Beban Transport 

Beban Transport Rp10.180.000,00 merupakan beban atas transportasi yang berhubungan dengan kegiatan Koperasi Pelita selama tahun 2011. Beban Transport ini diakui sebagai biaya komersial dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 

12)Beban PBB 

Beban PBB sebesar Rp202.109,00 merupakan beban pajak atas penggunaan tanah dan bangunan milik dinas yang ditempati koperasi untuk menjalankan usahanya. Beban ini diakui sebagai biaya komersial dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 

13)Beban Telephone 

Beban Telephone sebesar Rp3.740.335,00 merupakan beban atas penggunaan telepon di Koperasi Pelita selama tahun 2011. Beban ini diakui sebagai biaya dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian dipindahkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.

14)Beban Seragam 

Beban Seragam sebesar Rp2.919.394,00 merupakan biaya yang dikeluarkan koperasi untuk pembelian seragam harian bagi karyawan Koperasi Pelita. Beban Seragam ini diakui sebagai biaya dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 

15)Beban Konsultasi Koperasi & Pembinaan 

Beban Konsultasi Koperasi & Pembinaan Rp5.300.000,00 merupakan beban yang berkaitan dengan perkembangan dan kemajuan Koperasi Pelita selama tahun 2011. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 

16)Beban Listrik 

Beban Listrik sebesar Rp5.882.605,00 merupakan beban atas penggunaan listrik di Koperasi Pelita selama tahun 2011. Beban ini diakui sebagai biaya komersial yang dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 

17)Beban Pindah Kantor 

Beban Pindah Kantor sebesar Rp15.887.700,00 merupakan beban yang timbul akibat pindah kantor pada tahun 2011. Beban

ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 

18)Beban Operasional Toko 

Beban Operasional Toko sebesar Rp440.000,00 merupakan beban yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertokoan koperasi yang dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. 

19)Beban Perkoperasian 

Beban Perkoperasian sebesar Rp132.431.000,00 merupakan beban yang terkait dengan pelaksanaan prinsip dan jati diri gerakan koperasi, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi bisnis koperasi. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. Beban Perkoperasian terdiri dari: a) Beban Hari Koperasi sebesar Rp6.000.000,00 merupakan

beban yang dikeluarkan koperasi untuk mengikuti upacara Hari Koperasi ke-64 di Bantul dengan mengirimkan 40 orang anggota koperasi.

b) Beban Pengembangan Organisasi sebesar Rp120.000.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan untuk meningkatkan perkembangan organisasi.

c) Beban Pendidikan Anggota sebesar Rp6.431.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan koperasi untuk membiayai pendidikan anggota guna meningkatkan ilmu dan pengalaman dalam bekerja. 

20)Beban Lain-Lain 

Beban Lain-Lain sebesar Rp19.847.267,00 dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya yang kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri. Beban lain-lain terdiri dari:

a) Kerugian lain sebesar Rp6.633.767,00 merupakan beban kerugian atas pembelian teralis demi keamanan kantor.

b) Beban Bantuan Beasiswa sebesar Rp11.300.000,00 merupakan beban atas pemberian beasiswa kepada putra/putri anggota lulusan SD, SLTP, SLTA dan lulusan Sarjana yang berprestasi. c) Beban sosial sebesar Rp1.913.500,00 merupakan beban atas

kegiatan sosial seperti menjenguk orang sakit.

Penghitungan besarnya PKP berdasarkan UU PPh Pasal 6 ayat (1) ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. UU PPh Pasal 6 ayat (2) menyebutkan apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya

berturut-turut sampai 5 (lima) tahun. Berikut ini penjelasan tentang biaya yang dikeluarkan koperasi berdasarkan UU PPh:

1) Harga Pokok Barang Toko

Pasal 6 ayat (1) huruf a, mengungkapkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Harga Pokok Barang Toko termasuk biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha dan harus dilaporkan di lampiran II: Perincian Harga Pokok Penjualan, kemudian dipindahkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.

2) Beban Keuangan

Pasal 6 ayat (1) huruf a, mengungkapkan bahwa biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Beban Keuangan dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya bagian Biaya Bunga Pinjaman sebesar Rp313.898.492,00, kemudian dilaporkan juga di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi, besarnya pajak penghasilan sebagaimana disebutkan ialah 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan

sampai dengan Rp240.000,00 per bulan, atau 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari Rp240.000,00 per bulan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Koperasi Pelita, tidak diperoleh rincian jumlah per bulan atas Bunga Simpanan, sehingga tidak bisa diketahui besarnya PPh yang harus dikenakan pada Bunga Simpanan tersebut terhadap anggotanya.

3) Beban Organisasi

Berdasarkan UU PPh, tidak semua beban organisasi dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto. Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-27/PJ.22/1986 tentang Biaya Entertainment, representasi, jamuan dan sejenisnya, salah satu syarat agar biaya-biaya tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah dengan dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan. Beban Jamuan Pengawas sebesar Rp1.336.400,00 yang merupakan bagian dari Beban Organisasi tidak didukung dengan bukti nominatif, sehingga tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Oleh karena itu, perlu adanya penyesuaian positif atas Beban Jamuan Pengawas tersebut. Total beban organisasi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto ialah Rp257.919.500,00 (Rp259.255.900,00 - Rp1.336.400,00) karena beban tersebut termasuk dalam UU PPh Pasal 6 ayat (1). Beban Organisasi dilaporkan dalam lampiran II: Biaya Usaha

Lainnya kemudian juga dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri sebesar Rp259.255.900,00.

4) Beban Karyawan

Beban Karyawan termasuk biaya yang dimaksud di Pasal 6 ayat (1) huruf a, yaitu biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Beban ini dilaporkan di lampiran II: Biaya Usaha Lainnya, kemudian dilaporkan di lampiran I: Penghasilan Neto Komersial dalam Negeri.

Beban Jatah Beras Karyawan sebesar Rp5.640.000,00 merupakan beban atas pemberian jatah beras kepada karyawan yang diberikan dalam bentuk uang. Beban ini diakui sebagai pengurang penghasilan bruto karena telah sesuai dengan UU RI No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf a. Apabila dilihat dari akunnya, beban ini seolah-olah berarti bahwa biaya yang dikeluarkan ialah biaya untuk membeli beras yang akan diberikan kepada karyawan (pemberian dalam bentuk natura). Namun demikian, pada kenyataannya atas jatah beras karyawan ini diberikan dalam bentuk uang. Jadi, akan lebih baik apabila nama akun Beban Jatah Beras Karyawan ini diganti menjadi Beban Tunjangan Beras Karyawan.

Beban Minum Karyawan sebesar Rp1.305.000,00 merupakan beban yang dikeluarkan koperasi untuk membeli

minum bagi seluruh karyawan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 83/pmk.03/2009 tentang penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di

Dokumen terkait