• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KETENTUAN TINDAK PIDANA KORUPSI PENYALAHGUNAAN

B. Analisis Kasus

Dalam kasus tindak pidana penyalahgunaan wewenang dalam jabatan tersebut telah melalui proses peradilan serta diputuskan berdasarkan undang-undang yang berlaku sehingga putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Adapun proses peradilan yang telah dilalui yakni, proses Pengadilan Negeri, Proses Pengadilan Tinggi (Banding ), dan serta Proses Pengadilan Mahkamah Agung ( Kasasi ).

1) Putusan Pengadilan Negeri

Untuk menyatakan sesorang telah melakukan suatu tindak pidana, maka perbuatan orang tersebut sebagaimana yang terungkap dalam fakta-fakta hukum persidangan haruslah dapat memenuhi seluruh unsur-unsur dari tindak pidana yang didakwakan kepadanya.

Penafsiran yang sempit terhadap suatu unsur-unsur dapat disalahgunakan sehingga dapat menciderai tujuan utama dari hukum didalam mewujudkan ketertiban dan keadilan.58

Majelis Hakim akan mempertimbangan apakah perbuatan terdakwa sebagaimana yang diterangkan dalam persidangan telah memenuhi unsur-unsur delik dari pasal-pasal yang didakwakan. Untuk menetukan apakah terdakwa dapat dinyatakan secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan Jaksa Penuntut Umum dalam surat dakwaan tersebut maka terlebih dahulu dipertimbangkan tetang tindak pidana yang menjadi dasar dakwaan Jaksa Penuntut Umum.

58

.Mochtar Kusumatmaja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Pembangunan Nasional, Bina Cifta Bandung, Hal 2.

Terdakwa diajukan dalam persidangan dengan Dakwaan sebagai berikut : a) Dakwaan Primer :

Terdakwa Maskur Hasibuan didakwa melakukan perbuatan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU.RI Nomor : 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Adapun Unsur-unsur delik dalam dakwaan primer tersebut adalah sebagai berikut :

1. Unsur “Setiap Orang”

Unsur “setiap orang” diajukan kepada terdakwa Maskur Hasibuan yang identitasnya secara lengkap telah dicantumkan dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Berdasarkan penafsiran yang otentik yaitu berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat (3) UU No. 31 tahun 1999 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi, dan yang dimaksud dengan korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.

Pengertian “setiap orang” sebagaimana yang dikemukakan diatas, bila dihubungkan dengan pengertian setiap orang yang termaktub dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 tahun 1999 adalah bersifat umum yaitu apakah pelaku tindak pidana korupsi sebagai pegawai negeri sebagaimana termaktub dalam Pasal 1 ayat

(2) UU. No. 31 tahun 1999 atau bukan pegawai negeri. Adapun yang menjadi unsur pembeda adalah unsur “setiap orang” yang termaktub dalam Pasal 2 (1) dengan unsur “setiap orang” yang termaktub dalam pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 adalah terletak pada adanya predikat unsur jabatan atau kedudukan didalam Pasal 3 yang tidak terdapat dalam Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. pengertian “unsur setiap orang” dalam Pasal 3 UU No. 31 tahun 1999 adalah pelaku tindak pidana korupsi hanya orang perseorangan yang memangku suatu jabatan atau kedudukan, sedangkan korporasi tidak dapat melakukan tindak pidana korupsi tersebut sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka dengan demikian unsur setiap orang yang termaktub dalam Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi memiliki sifat kekhususan tersendiri, yang tidak terdapat dalam pasal 2 ayat (1) UU No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.59 dengan demikian, terdakwa Maskur Hasibuan, S. Sos adalah selaku orang yang memiliki jabatan dan kedudukan sebagai pegawai negeri pada Dinas Pendidikan Kota Padang Sidimpuan dan oleh karena itu melekat pula kesempatan dan sarana yang ada padanya. Oleh karena terdakwa menduduki suatu jabatan dan kedudukan selaku pegawai negeri sidipil pada Dinas Pendidikan Kota Padang Sidimpuan majelis hakim berpendapat cukup beralasan secara hukum bahwa pada diri terdakwa terdapa sifat dan/ atau krakteristik khusus sebagai orang perseorangan yang karena jabatan dan kedudukannya sebagai pegawai negeri sipil sebagaimana

59.R.wiyono, Pembahasan UU Tindak Pidana Korupsi, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Hal 37

termaktub dalam pengertian orang perseorangan dalam Pasal 3 yang tidak terdapat pada Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Maka unsur setiap orang pada Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU.RI Nomor : 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidak terbukti ada dalam perbuatan Terdakwa, sehingga unsur

“setiap orang” yang ditujukan kepada Terdakwa Maskur Hasibuan tidak

terpenuhi.

b) Dakwaan Subsidiair :

Terdakwa Maskur Hasibuan didakwa melakukan perbuatan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 3 ayat (1) jo. Pasal 18 UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU. RI Nomor : 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Adapun unsur-unsurnya sebagai berikut :

1. Unsur “Setiap orang”

Unsur “setiap orang” diajukan kepada terdakwa Maskur Hasibuan yang identitasnya secara lengkap telah dicantumkan dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Berdasarkan ketentuan pasal 1 ayat (3) UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU.RI Nomor : 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “setiap orang” adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi.

Majelis Hakim berpendapat bahwa rumusan “setiap orang” yang terdapat dalam Pasal 1 butir 3 UU No. 31 tahun 1999 ialah siapa saja, artinya setiap orang yang karena kedudukan atau jabatan dan perbuatannya yang didakwakan melakukan suatu tindak pidana korupsi, baik ia pegawai negeri atau bukan pegawai negeri, dan mampu bertanggungjawab atas perbuatanya.

Oleh sebab itu, Maka unsur “setiap orang” dalam perkara ini menunjuk pada diri terdakwa Maskur Hasibuan, S.Sos sebagai orang perseorangan karena kedudukan dan jabatannya sebagai pegawai negeri pada Dinas Pendidikan kota Padang Sidimpuan adalah tepat dan terpenuhi.

2. Unsur “Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi”

Unsur “Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi” diajukan kepada terdakwa Maskur Hasibuan yang identitasnya secara

lengkap telah dicantumkan dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Unsur dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi mengandung makna alternatif, kata “Atau” dalam unsur kedua diatas artinya mempunyai kapasitas yang sama dalam pemenuhan unsur tersebut, dimana dengan dengan terpenuhinya salah satu unsur berarti telah memenuhi dan menggenapi unsur tersebut. yang dimaksud dengan tujuan mengntungkan diri

selanjutnya yang tidak perlu telah tercapai pada waktu pelaku tindak pidana selesai melakukan tindak pidana tersebut.60 Sedangkan yang dimaksud dengan tujuan ialah suatu kehendak yang ada dalam pikiran atau alam batin sipembuat yang ditujukan untuk memperoleh suatu keuntungan (menguntungkan) bagi dirinya sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, memperoleh suatu keuntungan dan menguntungkan artinya memperoleh atau menambah kekayaan dari yang sudah ada.61 dan yang dimaksud dengan menguntungkan ialah sama artinya dengan mendapat untung, yaitu pendapat yang diperoleh lebih besar dari pengeluaran. dengan demikian yang dimaksud dengan unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain, atau suatu korporasi adalah sama artinya dengan mendapatkan untuk diri sendiri atau orang lain, atau suatu korporasi.62

Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor : 813 K/PID/1987 tanggal 29 Juni 1989 dalam pertimbangan hukumnya menyatakan bahwa menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu badan cukup dinilai dari kenyataan yang terjadi atau dihubungkan dengan prilaku terdakwa sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya karena jabatan dan kedudukan. Sehingga Unsur “dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi” yang ditujukan kepada Terdakwa Maskur Hasibuan telah terpenuhi dan terdapat pada diri terdakwa Maskur Hasibuan.

Hal ini dikuatkan karena terdakwa Maskur Hasibuan. S.Sos ada menerima uang dari beberapa kepala sekolah penerima Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun

60 . Lamintang, Dasar Dasar Hukum Pidana, Penerbit Sinar Grafika, Bandung, 1981, Hal. 196.

61 .Adami Chazawi, Hukum Pidana Materiil dan Formil Korupsi di Indonesia, Peneribit Bayu Media Publishing, Malang, 2005, Hal.54.

62

anggaran 2009 Bidang Pendidikan Kota Padang Sidimpuan sebesar Rp.1.644.712.209.- ( Satu milyar enam ratus empat puluh empat juta tujuh ratus dua belas ribu dua ratus sembilan rupiah) jumlah uang, dimana uang tersebut bukanlah merupakan hak terdakwa dalam kapasitasnya sebagai Ketua Tim Koodinasi pada pelaksanaan DAK tahun anggaran 2009, oleh karena itu, menurut hukum uang sebesar Rp.1.644.712.209.- ( Satu milyar enam ratus empat puluh empat juta tujuh ratus dua belas ribu dua ratus sembilan rupiah) dapat dipandang sebagai bentuk keuntungan yang diperoleh terdakwa dari perbuatan yang dilakukannya.

3. Unsur “Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan dan kedudukan”

Unsur “Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan dan kedudukan” diajukan kepada terdakwa Maskur Hasibuan yang identitasnya secara lengkap telah dicantumkan dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, pengertian unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan dan kedudukan juga mengandung pengertian yang sifatnya alternatif, artinya unsur menyalahgunakan, kewenangan dialternatifkan dengan menyalahgunakan sarana yang ada pada diri terdakwa karena jabatan dan kedudukannya. yang dimaksud dengan Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan dan kedudukan, kewenangan berarti kekuasaan/ hak, jadi yang disalah gunakan itu adalah kekuasaan atau hak yang ada pada pelaku, misalnya untuk

menguntungakan anak, saudara atau kroni sendiri.63 pengertian Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan dan kedudukan harus ada hubungan kausal antara keberadaan kewenangan, kesempatan, atau sarana dengan jabatan atau kedudukan, oleh karena memangku jabatan atau kedudukan akibatnya dia mempunyai kewenangan, kesempatan dan sarana yang timbul dari jabatan atau kedudukan tersebut, jika jabatan dan kedudukan itu lepas, maka kewenangan, kesempatan, atau sarana karena jabatan atau kedudukan yang sudah tidak dimilikinya.64

Berdasarkan uraian diatas, terdakwa Maskur Hasibuan, S.Sos selaku Pj. Kepala Bidang Sarana dan Perpustakaan Dinas Pendidikan Kota Padang Sidimpuan berdasarkan Surat Keputusan Walikota Padang Sidimpuan Nomor : 821.23/167/2008 tanggal 16 Juni 2008 dan selaku Ketua Tim Koordinasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Kota Padang Sidimpuan TA. 2009 sesuai dengan Surat Keptusan Walikota Padang Sidimpuan Nomor : 185/KPTS/2009 tanggal 1 Oktober 2009. memiliki kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan dan kedudukan. sehingga unsur “menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan dan kedudukan” yang ditujukan kepada Terdakwa Maskur Hasibuan telah terpenuhi dan telah ada pada diri terdakwa Maskur Hasibuan.

Hal ini dikuatkan karena terdakwa menemui dan meminta kepada para kepala sekolah penerima Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Kota Padang Sidimpuan tahun anggaran 2009 untuk menyisihkan dan memberi 13,5 %

63

.Darwin Prinst, Opcit. Hal.34 64

dari dana yang diperoleh masing-masing sekolah untuk keperluan Dinas Pendidikan Kota Padang Sidimpuan yang diserahkan melalui Kepala Dinas atau terdakwa sendiri. sehingga para kepala sekolah penerima DAK Bidang Pendidikan Kota Padang Sidimpuan tahun anggaran 2009 menyerahkan sejumlah uang yang diambil dari DAK tersebut, yaitu sisa dana yang diperoleh dari selisih harga pembelian material dengan anggaran dimana harga dipasaran lebih murah dari pada harga yang ditetapkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB).

4. Unsur “Yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara”

Unsur “Yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara”

diajukan kepada terdakwa Maskur Hasibuan yang identitasnya secara lengkap telah dicantumkan dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, Tindak pidana korupsi adalah delik formil, artinya akibat itu tidak perlu sudah terjadi, akan tetapi apabila perbuatan itu dapat/ merugikan keuangan negara dan perekonomian negara, perbuatan pidana sudah selesai dan dan sempurna terjadi.65 Yang dimaksud dengan kerugian negara adalah kekayaan negara dalam bentuk apapun, termasuk hak-hak dan kewajiban, sedangkan yang dimaksud dengan perekonomian negara adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijakan pemerintah, baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bertujuan memberi manfaat, kemakmuran dan kesejahteraan kepada

65

seluruh rakyat indonesia.66 dan yang dimaksud dengan merugikan keuangan negara sendiri itu sendiri adalah sama artinya menjadi rugi, dan menjadi berkurang, sehingga dengan demikian yang dimaksud dengan unsur merugikan keuangan negara adalah sama artinya dengan menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya keuangan negara.

Berdasarkan uraian diatas, uang negara yang tidak dilaporkan tersebut seharusnya adalah hak negara, bukan hak para kepala sekolah atau Drs. Panonganan Muda atau Maskur Hasibuan. maka tindakan terdakwa yang menerima sejumlah uang dari kepala sekolah dimana uang tersebut berasal dari DAK Bidang Pendidikan Kota Padang Sidimpuan yang bersumber dari APBN dan APBD Kota Padang Sidimpuan yang mengakibatkan kerugian terhadap keuangan negara, dan seharusnya apabila terdapat kelebihan dana atas pelaksanaan DAK tersebut haruslah dikembalikan kepada negara melalui kas Pemerintah Kota Padang Sidimpuan. dengan demikian maka unsur “yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara” yang diajukan pada terdakwa Maskur Hasibuan telah terpenuhi.

Hal ini dikuatkan karena pada tahun 2009 Dinas Pendidikan Kota Padang Sidimpuan benar mendapat Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Kota Padang Sidimpuan dari APBN sebesar Rp.14.110.000.000.- (Empat belas milyar seratus sepuluh juta rupiah) ditambah dana sharing (pendamping) dari APBD sebesar Rp.1.410.000.000.-(Satu milyar empat ratus sepuluh juta rupiah) sehinggal total DAK tahun 2009 sebesar Rp.15.521.000.000.-( Lima belas milyar

66

lima ratus dua puluh satu juta rupiah), disamping itu Dinas Pendidikan Kota Padang Sidimpuan juga menganggarkan untuk biaya umum pelaksanaan DAK tersebut sebesar Rp.143.550.000.000.- ( Seratus empat puluh tiga juta lima ratus lima puluh ribu rupiah). Serta keseluruhan dananya telah dicairkan oleh Badan Pengelola Keuangan Asset Daerah (BPKAD) Kota Padang Sidimpuan untuk masing-masing rekening sekolah penerima DAK tersebut melalui Bank Sumut Kota Padang Sidimpuan secara 3 (tiga) tahap dan telah dicairkan dan dipergunakan oleh masing-masing kepala sekolah penerima DAK tersebut.

Majelis Hakim mempertimbangkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum Pasal 18 UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU.RI Nomor : 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang rumusannya berbunyi sebagai berikut :

1. Selain dipidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam KUHP, sebagai pidana tambahan adalah :

1) Perampasan barang bergerak yang berwujud atau tidak berwujud atau barang tidak bergerak yang digunakan untuk dan atau yang diperoleh dari tindak pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana korupis dilakukan, begitu pula harga barang yang menggantikan barang-barang tersebut;

2) Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harga benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;

3) Penutupan seluruh atau sebagian perusahan untuk waktu paling lama 1 (Satu) tahun.

4) Pencabuta seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada terpidana.

2. Dalam Hal terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (Satu) bulan sesudah putusan pengadilan telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.

3. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk memabayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam undang- undang ini dan lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.

Berdasarkan rumusan yang termaktub dalam Pasal 18 UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU.RI Nomor : 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang pemberantasan tindak Pidana Korupsi, maka Majelis Hakim mempertimpakan apakah dakwaan Penuntut Umum, yaitu telah terjadi kerugian keuangan negara harus dibebankan kepada terdakwa.

Berdasarkan fakta Hukum terdakwa Maskur Hasibuan. S.Sos ada menerima uang dari beberapa kepala sekolah penerima Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun anggaran 2009 Bidang Pendidikan Kota Padang Sidimpuan sebesar Rp.1.644.712.209.- ( Satu milyar enam ratus empat puluh empat juta tujuh ratus dua belas ribu dua ratus sembilan rupiah), dimana uang tersebut tidak dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan peruntukannya serta kegunaan bagi kegiatan DAK tersebut.

Oleh karena itu, jika terdakwa tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (Satu) bulan sesudah putusan pengadilan telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka patut dan berdasarkan hukum harta bendanya disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut atau jika terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti tersebut, maka dipidna dengan pidana penjara paling lamanya sebagaimana yang ditentukan dalam amar putusan. Majelis Hakim mempertimbangkan dakwaan Jaksa Penuntut Umum dalam pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP yaitu : adalah mereka yang melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan perbuatan pidana ;

Dalam penyertaan, pelaku ( Subyek) disyaratkan lebih dari seorang, baik bertindak sendiri-sendiri atau bersama-sama dan bersekutu. masing-masing peserta menyadari perbuatannya serta akibat-akibat yang akan timbul dari perbuatan masing-masing peserta merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yaitu untuk mewujudkan akibat yang dikehendakinya.

Berdasarkan uraian diatas, bila dikaitkan dengan fakta hukum dalam persidangan, para kepala sekolah penerima DAK Bidang pendidikan Kota Padang Sidimpuan tahun anggaran 2009 menyerahkan sejumlah uang yang diambil dari DAK, kemudin diserahkan sebagian kepada Drs. Panonganan Muda dan sebagian lagi diserahkan kepada Maskur Hasibuan baik diruang kerja terdakwa maupun diruang kerja dan dihapan Drs. Panonganan Muda. dengan demikian telah terbukti bahwa terdakwa telah bersama-sama melakukan tindak pidana korupsi, sehingga unsur tindak pidana turut serta melakukan perbuatan korupsi terpenuhi akibat dari pada perbuatannya. serta telah memenuhi seluruh unsur dari Pasal 3 ayat (1) jo. Pasal 18 UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU.RI Nomor : 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan UU. RI Nomor : 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. oleh sebab itu, maka terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana turut serta melakukan korupsi.

2) Putusan Pengadilan Tinggi (Banding)

Pengadilan Tinggi dalam hal ini telah memabaca dan memperhatikan surat- surat yang berhubungan dengan perkara ini :

1. Membaca surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum Register Perkara Nomor : PDS-05/Ft.1/PSP/07/2010, tanggal 11 Agustus 2010

2. Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

3. Membaca Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan Tanggal 30 Desember 2010 Nomor : 465/PID.SUS/2010/PN-PSP

Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan tersebut, Penasehat Hukum terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum telah menyatakan banding pada tanggal 30 Desember 2010 dan tanggal 31 Desember 2010, dengan Nomor : 35/Akta.Pid/2010/PN-PSP dan permintaan banding diberitahukan kepada Jaksa Penuntut Umum dan Penasehat Terdakwa masing-masing tanggal 4 Januari 2011. Terdakwa telah mengajukan Memori Bandingnya yang diterima dikepaniteraan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan pada tanggal 12 januari 2011, dan Memori Banding tersebut telah diberitahukan dan disampaikan kepada Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 27 Januari 2011. Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan Memori Banding tanggal 12 Januari 2011, diterima dikepaniteraan Pengadilan Negeri pada tanggal 17 Januari 2011 dan disampaikan atau diberitahukan serta diserahkan kepada terdakwa tanggal 20 Januari 2011. selanjutnya terdakwa mengajukan Kontra Memori Banding yang diterima dikepaniteraan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan tanggal 19 Desember 2010 dan diberitahukan atau diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 27 Januari 2011, Jaksa Penuntut Umum Mengajukan Kontra Banding pada tanggal 31 Januari 2011 diterima dikepaniteraan pada tanggal 1 Februari 2011, dan diberitahukan dan diserahkan kepada terdakwa tanggal 2 Februari 2011. Untuk itu, maka Jaksa Penuntut Umum dan terdakwa telah diberikan kesempatan untuk mempelajari berkas perkara dikepaniteraan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan sesuai dengan suratnya tanggal 11 Januari 2011 dengan Nomor : W2.U5.37/HK.01.10/2011 terhitung sejak tanggal 11 Januari s/d tanggal 19 Januari 2011 selama 7 hari kerja.

Permintaan banding yang diajukan oleh Terdakwa dan Jaksa Penuntut Umum adalah telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara serta syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-undang, maka permintaan banding tersebut secara yuridis formal diterima.

Berdasarkan Uraian diatas, maka Pengadilan Tinggi meneliti dan mempelajari dengan seksama perkara yang terdiri dari Berita Acara Pemeriksaan oleh Penyidik, Berita Acara Perdidangan, Salinan Resmi Putusan Pengadilan Negeri Padang Sidimpuan tangga 30 Desember 2010 Nomor : 465/Pid.B/2010/PN-PSP,

Dokumen terkait