• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3.4 Analisis Kelayakan Finansial Terhadap Produk

Agar supaya rancangan proses untuk mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan dapat dilakukan tingkat kelayakannya untuk dikembangkan dan diterapkan lebih jauh, diperlukan analisis evaluasi kelayakan finansial. Menurut Sutojo (1993) analisis finansial dapat memberikan gambaran tentang struktur permodalan bagi perusahaan yang mencakup seluruh kebutuhan modal untuk dapat melaksanakan aktivitas mulai dari perencanaan sampai pabrik beroperasi. Kemudian dilakukan penilaian aliran dana yang diperlukan dan kapan dana tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta apakah proyek tersebut menguntungkan atau tidak.

Analisis kelayakan finansial yang umumnya dilakukan terhadap pengembangan proses meliputi : Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) dan Payback Periode (PBP), serta analisis sensitivitas yang memberikan nilai tambah dari produk yang dikaji. Evaluasi kelayakan finansial dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sempai seberapa jauh industri pengolahan formulasi sebagai larvasida nabati yang berbahan baku minyak biji kamandrah mempunyai prospek dikembangkan berdasarkan aspek finansial. Menurut Sutedjo (1993) evaluasi aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan, baik untuk dana tetap maupun modal kerja awal. Selain itu aspek finansial mengkaji struktur pembiayaan serta sumber dana yang menguntungkan, sumber dana modal yang digunakan, beberapa bagian jumlah kebutuhan dana itu yang wajar untuk dibiayai dengan pinjaman dari pihak ke tiga serta dari mana sumbernya dan berapa

besarnya. Data yang dipergunakan dalam kajian finansial mengacu dari hasil penelitian KKP3T lanjutan tahun 2008 yang telah mendapatkan satu formulasi larvasida nabati bentuk granula yang sustain released dari minyak biji kamandrah (Iswantini 2008). Pengkajian finansial pembuatan larvasida nabati dari minyak biji kamandrah menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut :

1. Industri larvasida nabati dari minyak kamandrah diperkirakan berkapasitas olah sebesar 310.697.000 g /tahun.

2. Pembelian bahan biologis biji kamandrah diperhitungkan sebesar Rp. 5.000,- /kg.

3. Umur ekonomis proyek ditetapkan selama 10 tahun berdasarkan umur ekonomis investasi mesin dan peralatan. Dengan asumsi umur ekonomis bangunan selama 20 tahun, untuk mesin, peralatan dan fasilitas selama 10 tahun dan kendaraaan 5 tahun.

4. Tingkat produksi pada tahun pertama 80% pada tahun kedua 90% dari total produksi yang direncanakan. Pada tahun ketiga dan tahun berikutnya produksi mencapai 100% dari total yang direncanakan.

5. Biaya administrasi dalam menjalankan perusahaan dihitung 2% dari nilai investasi.

6. Besarnya residu proyek yang dikerjakan pada tahun ke-10 merupakan nilai buku pada tahun tersebut.

7. Modal investasi maupun modal kerja bersumber dari pinjaman bank dan equity dengan debt equity ratio sebesar 50:50.

8. Pinjaman bank dengan suku bunga per tahun sesuai dengan saat perhitungan yaitu 15% berlaku bai kredit investasi maupun kredit modal kerja yang berlaku pada saat itu. Bunga masa kontruksi dibebankan pada tahun-tahun berikutnya.

9. Perhitungan penyusutan mesin dan peralatan, bangunan dan fasilitas produksi menggunakan straight-line method, salvage value sebesar 10% nilai awal. 10.PPh (pajak penghasilan) disesuaikan dengan peraturan pemerintah tentang

pajak pendapatan badan usaha dan perseroan. Besarnya pajak yang dibayarkan berdasarkan SK Menkue RI No. 598/KMK.04/1994 Pasal 21 bahwa apabila pendapatan hasil industri mengalami kerugian maka tidak dikenakan pajak,

namun apabila pendapatan per tahun kurang dari Rp. 25.000.000,- akan dikenakan pajaj 10%. Apabila pendapatan berada pada kisaran Rp. 25.000.000,- sampai Rp 50.000.000,- akan dikenakan pajak 10% dari Rp 25.000.000,- yang pertama dan ditambah 15% dari pendapatan yang telah dikurangai Rp 25.000.000,-. Apabila pendapatan berada diatas Rp. 50.000.000,- maka dikenakan pajak 10% dari Rp 25.000.000,- ditambah 15% dari Rp 25.000.000,- dan ditambah lagi 30% dari pendapatan yang telah dikurangi Rp 50.000.000,-.

11.Waktu pembayaran kredit investasi dilakukan 1 tahun setelah akad kredit dengan besarnya cicilan diperhitungkan sama setiap tahunnya.

12.Perhitungan biaya pemiliharaan 2% dari nilai investasi peralatan yang digunakan untuk menghasilkan produk.

13.Biaya pemasaran dan promisi dipandang perlu untuk meningkatakn omzet penjualan, biaya yang dikeluarkan sebesar 35% dari harga jual produk.

14.Kenaikan upah kerja juga diperhitungkan sebanyak 4,5% setiap tiga tahun. 15.Harga bahan baku biji kamandrah, peralatan dan lainnya didasarkan pada

harga saat dilakukan perhitungan yaitu pada akhir bulan Nopember – Desember 2011.

Evaluasi kelayakan finansial yang dilakuan untuk mengkaji sampai seberapa jauh prospek produk yang dihasilkan berupa industri formula larvasida hayati yang berbasis minyak biji kamandrah, dalam periode waktu tertentu yang meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) dan Payback Periode (PBP), serta analisis sensitivitas yang memberikan nilai tambah dari produk yang dikaji. Hasil perhitungan dan evalusi kelayakan finansial yang dilakukan untuk mengkaji seberapa jauh prospek produk yang dihasilkan dapat dijelaskan sebagai berikut :

Penentuan Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi (HPP) industri larvasida nabati ditentukan dengan metode Full costing sehingga diperoleh HPP dari produk larvasida nabati adalah Rp. 900,- dalam bentuk saset plastik yang berisi 10 g. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 56.

Proyeksi Penjualan Produk

Pendirian industri larvasida nabati dari minyak kamandrah direncanakan dengan kapasitas produksi 310.617.000 g per tahun. Tingkat produksi pada tahun pertama 80% (252.936.000), pada tahun ke-2 90% (284.553.000) dan tahun berikutnya berproduksi 100%. Pada tahun 1 proyeksi penjualan mencapai Rp. 63.234.000,-, tahun ke-2 Rp. 50.587.200,- dan tahun berikutnya berturut-turut Rp. 63.234.000,-. Proyeksi penjualan produk dari tahun 1 sampai tahun ke-10 dapat dilihat pada Lampiran 57.

Proyeksi Arus Kas

Sumber dana dari proyeksi aliran kas disusun berdasarkan pertimbangna rugi laba dari penerimaan penjualan produk dan penyusutan. Aliran dana dapat berguna dalam pembiayaan operasional industri larvasida nabati dari minyak kamandrah, seperti pada Lampiran 58.

Proyeksi Laba Rugi

Penentuan proyeksi laba rugi digunakan untuk menentukan tingkat profitabilitas suatu proyek dalam hal ini industri larvasida. Secara umum industri larvasida nabati direncanakan memberikan proyeksi yang signifikan, hal ini terbukti dengan kenaikan laba yang positif. Pajak penghasilan dihitung berdasarkan UU No. 17 tahun 2000. laba besih dihitung dengan pengurangan PPh atas laba sebelum pajak. Proyeksi laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 59.

Penentuan Kelayakan Proyek

Penentuan kelayakan rencana pendirian industri larvasida nabati dilakukan berdasarkan proyeksi neraca parameter kelayakan proyek antara lain IRR, PBP, NPV, Net B/C dan BEP serta analisis sensitivitas terhadap proyek yang akan didirikan. Dari hasil proyeksi neraca pada beberapa parameter kelayakan proyek industri larvasida nabati dapat disimpulkan bahwa industri ini mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut.

Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Sutojo (1993) IRR adalah tingkat suku bunga (discount rate) modal yang mengakibatkan nilai sekarang (NPV) dari aliran uang suatu proyek

sama dengan nol. Nilai IRR didasarkan atas kriteria layak jika nilai IRR lebih besar dari pada suhu bunga yang sedang berlaku. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai IRR 32,9%, nilai tersebut lebih tinggi dari tingkat suku bunga pinjaman 15% per tahun. Hasil perhitungan nilai IRR dapat dilihat pada Lampiran 60.

Payback Periode (PBP)

Nilai PBP atau periode waktu pada saat akumulasi pendapatan besarnya sama dengan dana yang dikeluarkan, yang dihitung pada nilai sekarang (present value), dimana nilai PBP industri larvasida nabati dari minyak biji kamandrah adalah selama 5,9 tahun.

Nilai Net Present Value (NPV)

Nilai NPV proyek pendirian industri formula larvasida hayati mempunyai nilai yang positif yaitu Rp. 25.509.663.712,- dengan tingkat suku bunga 15%. Hal ini mengindenfikasikan bahwa proyek yang dibangun layak untuk dilanjutkan. Menurut Gray et al. 1992 bahwa kriteria kelayakan apabila nilai NPB > 0.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio)

Nilai Net B/C ratio merupakan rasio antara jumlah present value yang positif dengan jumlah present value yang negatif. Kriteria kelayakan proyek, jika nilai Net B/C ratio > 1 atau = 1 dan tidak layak jika nilai Net B/C < 1. Dari hasil perhitungan, Net B/C ratio pada industri larvasida nabati dengan nilai 1,4 artinya industri ini layak untuk dikembangkan.

Break Event Point (BEP)

Perhitungan BEP, jika julah penjualan produk pada satu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang dibebankan, sehingga proyek tersebut tidak mengalami kerugian juga tidak memperoleh laba. Dari hasil perhitungan BEP, pendirian industri larvasida nabati dari minyak kamandrah pada kapasitas produksi adalah sebesar Rp. 1.148.694.000,-. Titik ini tercapai pada saat produksi sebesar 1.064.299 saset @ 10 g larvasida per tahun. Perhitungan BEP dapat dilihat pada Lampiran 61. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan kriteria investasi

pendirian industri larvasida nabati yang berbasis minyak kamandrah disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Kriteria kelayakan investasi pendirian industri larvasida nabati dari minyak kamandrah.

No Kriteria investasi Nilai

1 NPV (Rp) 25.509.663.712 2 IRR (%) 32,9 3 Net B/C 1,4 4 PBP (tahun) 5,9 5 BEP (Rp) 1.148.694.000 Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat kepekaan proyek terhadap penurunan harga jual produk dan kenaikan biaya bahan baku, input dan utilitas. Sensitivitas di ukur berdasarkan perubahan nilai NPV, IRR, Net B/C ratio dan PBP. Analisa dilakukan untuk melihat seberapa jauh proyek masih layak untuk dikembangkan bilamana terjadi perubahan faktor-faktor diatas. Menurut Gray (1992) analisis sensitivitas diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan kesalahan dalam menilai biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perhitungan nilai kriteria pada berbagai perubahan penurunan harga jual dan kenaikan harga bahan baku, input dan utilitas disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil analisis sensitivitas pendirian industri larvasida yang bersumber

dari ekstrak biji kamandrah.

No Kriteria investasi Penurunan harga jual 10%

Kenaikan harga bahan baku, input

dan utilitas 10%

Kenaikan harga bahan baku, input

dan utilitas 15% 1 NPV (Rp) (11.995.300.439) 3.203.645.841 (2.642.883.930)

2 IRR (%) 12,3 22,1 17,9

3 Net B/C 0,81 1,1 0,96

4 PBP (tahun) 13,4 9,2 10,7

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan pada kondisi kenaikan harga bahan baku, input dan utiltas sebesar 10% (Lampiran 61), akan menurunkan nilai NPV, IRR, Net B/C ratio serta memperpanjang PBP, tetapi nilai IRR masih diatas

tingkat bunga yang berlaku (15%), Net B/C ratio > 1 dan nilai NPV positif, hal ini menunjukkan bahwa pendirian industri tersebut masih layak dikembangkan.

Mengingat perhitungan yang digunakan pada analisis ini hanya menggunakan satu jenis produk dari satu bahan, maka industri ini akan lebih efektif bila menggunakan beberapa bahan dengan kombinasi beberapa produk yang dihasilkan. Dengan demikian efesiensi penggunaan tenaga kerja, proses produksi dan kapasitas mesin akan lebih optimal. Pada akhirnya akan berpengaruh terhadap jangka waktu pengembalian invesasi (PBP) tentunya akan lebih cepat sehingga keuntungan akan lebih cepat diperoleh.

Dokumen terkait