• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelembagaan secara deskriptif dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengkaji kelembagaan formal dan informal yang ada di kawasan Agropolitan serta peranannya dalam kegiatan/program Pengembangan Agropolitan.

Penentuan Petani Sampel/responden

Lokasi penelitian diarahkan pada desa-desa di kawasan Agropolitan Waliksarimadu yang meliputi 5 (lima) kecamatan yaitu kecamatan Watukumpul, Belik, Pulosari, Moga, dan Randudongkal. Pengambilan sampel untuk menganalisis persepsi petani dilakukan dengan metode random sampling dengan jumlah responden sebanyak 54 orang.

Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini sumber data sekunder yang digunakan hanya bersumber dari Data Potensi Desa (Podes) dari BPS Pusat dan PDRB Kabupaten Pemalang dari BPS Kabupaten Pemalang. Hal ini disebabkan oleh kesulitan penulis untuk menemukan sumber data lain yang mungkin lebih valid untuk dianalisis.

Gambar 3. Kerangka Analisis Penelitian Data Infrastruktur dan fasilitas kecamatan Analisis Indeks Perkembangan Wilayah Kuisioner Persepsi tentang program Agropolitan terhadap tingkat

Analisis Chi Square, Koresponden,

Binomial Logit Model

Kesejahteraan Masyarakat

Evaluasi Dampak Program Pengembangan Agropolitan Persepsi tentang manfaat program Agropolitan Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan Wawancara, Peraturan-peraturan Analisis Deskriptif Peran kelembagaan Data Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I Analisis Deskriptif Tingkat Kemiskinan Data PDRB Kawasan Agropolitan, Jumlah penduduk

Analisis SSA, LQ, Pangsa Sektoral PDRB, Pendapatan per

Kapita, PDRB/ keluarga petani

Pergeseran Keunggulan Kompetitif, Sektor Basis, Pangsa Sktoral PDRB, Pendapatan per Kapita, PDRB/ keluarga

Kabupaten Pemalang

Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Pemalang terdiri atas 14 (empat belas) kecamatan dan 222 desa/kelurahan. Secara geografis Kabupaten Pemalang terletak pada posisi 109017’30”-109040’30” BT dan 7020’11”-8052’30” LS. Luas wilayah Kabupaten Pemalang adalah 1.115,30 km2 (11.530 ha). Batas wilayah administrasi kabupaten Pemalang adalah sebagai berikut:

- Sebelah utara : Laut Jawa

- Sebelah timur : Kabupaten Pekalongan - Sebelah selatan : Kabupaten Purbalingga - Sebelah barat : Kabupaten Tegal.

Secara topografi wilayah Kabupaten Pemalang meliputi daerah dataran rendah di bagian utara dan dataran tinggi di bagian selatan. Berdasarkan topografinya, Kabupaten Pemalang terdiri dari :

1 Daerah dataran pantai

Yaitu daerah dengan ketinggian antara 1 - 5 meter di atas permukaan air laut. Daerah ini meliputi 18 desa dan 1 kelurahan terletak di bagian utara wilayah Kabupaten Pemalang.

2 Daerah dataran rendah

Yaitu daerah dengan ketinggian antara 6 - 15 meter di atas permukaan air laut. Daerah ini meliputi 98 desa dan 5 kelurahan terletak di bagian utara wilayah Kabupaten Pemalang.

3 Daerah dataran tinggi

Yaitu daerah dengan ketinggian antara 16 - 212 meter di atas permukaan air laut. Daerah ini meliputi 35 desa, terletak di bagian tengah dan selatan wilayah Kabupaten Pemalang.

4 Daerah pegunungan

a. Daerah dengan ketinggian antara 213 - 924 meter di atas permukaan air laut. Daerah ini meliputi 55 desa, terletak di bagian selatan wilayah Kabupaten Pemalang.

b. Daerah dengan ketinggian 925 meter di atas permukaan air laut, terletak di bagian selatan meliputi 10 desa yang berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga.

Tabel 3. Data Kependudukan di Kabupaten Pemalang Tahun 2005

Kecamatan Luas (Km2) Jumlah Rumah Tangga Banyaknya Penduduk Kepadatan Per Km2 Rata-rata Anggota Rumah Tangga 1. M o g a 41,41 15.544 68.288 1.649 4,4 2. Warungpring 26,31 9.161 43.457 1.652 4,7 3. Pulosari 87,52 12.540 53.057 606 4,2 4. B e l i k 124,54 23.728 102.253 821 4,3 5. Watukumpul 129,02 13.687 64.685 501 4,7 6. B o d e h 85,98 13.141 57.502 669 4,4 7. Bantarbolang 139,19 17.378 82.273 591 4,7 8. Randudongkal 90,32 22.678 104.421 1.156 4,6 9. Pemalang 101,93 40.770 180.334 1.769 4,4 10. T a m a n 67,41 33.747 163.286 2.422 4,8 11. Petarukan 81,29 35.665 153.158 1.884 4,3 12. Ampelgading 53,30 16.785 70.109 1.315 4,2 13. C o m a l 26,54 17.952 89.611 3.376 5,0 14. Ulujami 60,55 23.001 108.988 1.800 4,7 J u m l a h 1.115,30 295.777 1.341.422 1.203 4,5 Sumber : BPS Kabupaten Pemalang (2005)

Kawasan Agropolitan Waliksarimadu

Sejak tahun 2003 Kabupaten Pemalang mengembangkan kawasan Agropolitan untuk meningkatkan pembangunan perdesaan. Pengembangan kawasan Agropolitan dilaksanakan di 5 (lima) kecamatan yaitu kecamatan Watukumpul, Belik, Pulosari, Moga, dan Randudongkal yang meliputi 67 desa. Kawasan angropolitan tersebut diberi nama “Waliksarimadu” yang merupakan akronim dari 5 kecamatan tersebut. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

Kawasan ini mempunyai luas 47.281 ha (Tabel 4), dengan rincian penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Luas Kawasan Pengembangan Agropolitan

No Kecamatan Jumlah Desa/ Luas Wilayah Persentase terhadap Kelurahan (km2) luas kawasan (%)

1 Watukumpul 15 129,02 27,29 2 Belik 12 124,54 26,34 3 Pulosari 12 87,52 18,51 4 Moga 10 41,41 8,76 5 Randudongkal 18 90,32 19,10 Jumlah 67 472,81 100

Sumber: BPS Kabupaten Pemalang (2005)

Tabel 5. Penggunaan Lahan di Kawasan Agropolitan Waliksarimadu Tahun 2005

No Jenis Penggunaan

Lahan Luas (Ha)

Persentase (%) 1 Sawah 11.507,79 24,43 2 Bangunan dan sekitarnya 5.287,72 11,18 3 Tegalan/Kebun 12.311,98 26,04 4 Ladang/Huma 120,42 0,25 5 Tambak/Kolam 10,93 0,02 6 Kehutanan 16.236,86 34,34 7 Perkebunan 915,81 1,98 8 Lain-lain 889,49 1,88 Jumlah 47.281,00 100

Sumber: BPS Kabupaten Pemalang (2005)

Berdasarkan potensi agroklimat maka kawasan Agropolitan Waliksarimadu memiliki:

a. Iklim tipe A dan B (Oldeman), b. Jenis tanah alluvial dan latosol, c. Topografi berlereng,

d. Curah hujan tahunan 3.000 - 4.000 mm, e. Ketinggian tempat 300 – 1.500 m dpl.

Berdasarkan hal tersebut Kawasan Agropolitan Waliksarimadu merupakan kawasan yang memiliki potensi cukup besar dalam menghasilkan komoditas bernilai ekonomis yang sesuai dengan kondisi agroklimatnya.

Beberapa jenis komoditas unggulan yang ada di kawasan Agropolitan Waliksarimadu adalah komoditas sayuran dataran tinggi, buah-buahan,

perkebunan, peternakan, dan perikanan darat. Jenis sayuran yang menjadi unggulan adalah cabe, tomat, sawi, kobis, kentang, bawang daun, sawi, labu siam, wortel, kacang panjang, dan buncis. Buah-buahan yang menjadi unggulan kawasan adalah alpukat, nanas, manggis, dan durian. Sedangkan komoditas unggulan peternakan adalah sapi potong, ayam ras petelur dan pedaging. Komoditas perikanan darat yang dikembangkan adalah nila, emas, karper, dan gurami. Komoditas perkebunan rakyat yang menonjol adalah kopi, nilam, dan teh. Nilam banyak dikembangkan di wilayah kecamatan Watukumpul. Sedangkan teh dikembangkan di kecamatan Pulosari, Moga, dan Belik.

Sentra produksi komoditas tanaman sayuran berada di wilayah agropolitan kecamatan Belik. Pengembangan usaha budidaya sayuran ini didukung oleh keberadaan pasar sayuran terbesar di Kabupaten Pemalang yaitu Sub Terminal Agribisnis Pasar Gombong Kecamatan Belik.

Mata pencaharian utama penduduk di kawasan adalah petani. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian didominasi oleh petani (49,85%), selanjutnya buruh tani (19,37%), pedagang (12,06%), buruh industri dan bangunan (7,02%), sektor pengangkutan (2,55%), dan lain-lain (9,15%).

Dari aspek kelembagaan telah berkembang kelompok-kelompok tani dan asosiasi. Asosiasi yang berkembang saat ini adalah asosiasi petani kentang, Asosiasi Petani dan Pedagang Hortikultura (APPH) sebagai pengelola Sub Terminal Agribisnis Hortikultura, dan Asosiasi Petani Kopi (APEKI). Selain itu beberapa asosiasi telah membentuk koperasi asosiasi. Jumlah kelembagaan petani di kawasan Agropolitan sebagaimana pada Tabel 6.

Tabel 6. Kelembagaan Petani di Kawasan Agropolitan Waliksarimadu

No Jenis Penggunaan Lahan Jumlah 1 Kelompok Hamparan Usaha Tani 253

2 Kelompok Wanita Tani 5

3 Kelompok Taruna Tani 2

4 Kelompok Petani Kecil 64

5 KKA (Klinik Konsultasi Agribisnis) 1

6 P4S 3

7 LKM 2

8 Asosiasi 5

Jumlah 335

Selama pelaksanaan program Pengembangan Kawasan Agropolitan telah dilaksanakan beberapa kegiatan. Adapun jenis kegiatan yang dilaksanakan di kawasan Agropolitan Waliksarimadu dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jenis kegiatan yang telah dilaksanakan di dalam kawasan Agropolitan Waliksarimadu Kabupaten Pemalang

No Lokasi (Desa/

Kecamatan) Jenis Kegiatan

Volume / Biaya (Ribu) Sumber Dana Tahun Pelak-sanaan 1 Kawasan Agropolitan

Peningkatan kawasan Agropolitan Waliksarimadu

150.000 APBD Kab 2003 Bantuan pengembangan rehabilitasi

sarana dan prasarana

2.500 APB Kab 2003 Peningkatan lingkungan

pemukiman

100.000 APBD Kab 2003 Pembinaan mobilitas penduduk

kawasan

350.000 APBD Kab 2003 Bantuan bibit ternak besar 50.000 APBD Kab 2003 Pengembangan Agropolitan 135.000 APBD Kab 2004 Pengembangan komoditi

perkebunan

225.707 APBD Kab 2004 Bantuan bibit tanam durian program

sejuta pohon

145.000 APBD Kab 2004 Peningkatan air bersih pedesaan 420.000 APBD Kab 2004 Peningkatan sarana dan prasarana

kesehatan

400.000 APBD Kab 2004 Peningkatan sentra produksi

hortikultura

40.000 APBD Kab 2004 Pelatihan Sekolah Lapang

Pengendalian Hama Terpadu

14.768 APBD Kab 2004 Pengembangan kawasan

Agropolitan Waliksarimadu

125.000 APBD Prov 2005 Bantuan bibit buah-buahan program

sejuta pohon

85.000 APBD Prov 2005 Bantuan pengembangan sapi

kereman

50.000 APBD Prov 2004, 2005 Bantuan pemberdayaan ekonomi

peternakan

60.000 APBD Prov 2005

Bantuan pakan ternak 9.050 APBD Prov 2005

Pengembangan sentra produksi hortikultura

7.100 APBD Prov 2005 Pemberdayaan pengembangan

inseminasi buatan

No Lokasi (Desa/ Kecamatan)

Jenis Kegiatan Volume /

Biaya (Ribu) Sumber Dana Tahun Pelak-sanaan

Pengembangan kesehatan ternak dan masyarakat veteriner

70.000 APBD Prov 2005 Pengembangan ternak besar 40.000 APBD Kab 2005 Pengembangan Kawasan

Agropolitan Waliksarimadu

123.000 APBD Kab 2006 Peningkatan Penyuluhan Pertanian 75.000 APBD Kab 2006 Perbaikan jalan antara kecamatan

Moga-Pulosari

APBD Kab 2006 Perbaikan jalan Belik-Gombong APBD Kab 2006 Bantuan modal kelompok tani 6 kelompok APBD Prov

(BBMKP)

2007 Bantuan Permodalan Agribisnis 3 kelompok APBD Prov

(BBMKP)

2007

Magang Agribisnis 7 orang APBD Prov

(BBMKP)

2007

Pembangunan Embung 3 Unit APBD Prov

(BBMKP)

2007

Prima Tani 1 Unit APBN,

APBD Prov, Kab (BPTP/ Dispertan)

2007

Bantuan bibit tanaman jarak pagar 15.000 btg APBD Kab 2007

Perbaikan jalan APBD Kab 2007

Bantuan sarana IB dan obat-obatan 1 Paket APBD Kab 2007

Kecamatan Belik

2 Kecamatan Belik

Pembuatan gerbang kawasan Agropolitan

1 unit / 30.000

APBN 2005

Pembangunan Gedung BPP 1 Unit APBD Prov 2007 3 Gombong/ Belik Pembangunan STA Hortikultura 800 m2

/682.837

APBN 2003,

2004

Pembuatan jalan poros desa 7,5 km, lebar 2,5 m / 795.800

APBN 2003

Pembuatan jalan lingkar pasar menuju STA

300 m, lebar 1,5 m / 125.000

APBN 2003

Gaduhan sapi dari Dinas Pertanian Prov Jateng

50 ekor / 190.000

No Lokasi (Desa/ Kecamatan)

Jenis Kegiatan Volume /

Biaya (Ribu) Sumber Dana Tahun Pelak-sanaan

Bantuan Sapi Keremen 30 ekor / 120.000

APBD Prov 2004 Penguatan Modal Kelompok Tani 1 Paket /

40.000

APBD Prov 2004 Bantuan Kelompok Hortikultura 12.000 APBD Prov 2005

Bantuan keranjang sayuran 20 buah 2005

Pembangunan rumah komposting 1 buah APBN 2006

Pembangunan Green House 800 m2 APBN 2006

Pembuatan Embung 1 Buah APBN 2006

Bantuan Permodalan Usaha Agribisnis

5.000 APBD Prov 2006 Pembangunan Green House beserta

Tower Air untuk Strawbery, Bunga Potong, dan Tanaman Hias.

1 Unit APBD Kab 2007

Bantuan Indukan tanaman hias 1 Paket APBD Prov 2007 Pembuatan Etalase Bunga 40 unit Swadaya

Masyarakat

2007 4 Kuta/ Belik Penumbuhan Modal Kelompok

Tani Tomat

1 Paket / 40.000

APBN 2003

Kemitraan Kelompok Tani 1 Paket / 40.000

APBD Prov 2004

Penguatan Modal 40.000 APBD Prov 2005

Bantuan Permodalan Usaha Agribisnis

5.000 APBD Prov 2006 Bantuan Alat Vacuum Frying 1 Unit APBD Prov 2006 5 Beluk/ Belik Bantuan Alat Vacuum Frying 1 Unit APBD Prov 2005 6 Belik/Belik Pembangunan rumah minyak nilam 1 Unit APBN 2006

Pengadaan sarana penyulingan minyak nilam

1 Unit APBD Kab 2007

Kecamatan Pulosari

7 Penakir/ Pulosari

Perbaikan jalan poros desa 3,5 km, lebar 2,5 m/ 1.475.000 APBN 2004, 2005 8 Kecamatan Pulosari

Bantuan Budidaya Lebah Madu 1 Paket/ 12.100

APBD Kab 2004 Bantuan bibit jeruk 5.000 btg APBD Prov 2006

No Lokasi (Desa/

Kecamatan) Jenis Kegiatan

Volume / Biaya (Ribu) Sumber Dana Tahun Pelak-sanaan 9 Karangsari/ Pulosari

Pembangunan STA Perkebunan 1 Unit/ 290.220

APBN 2005

Pembangunan jalan poros desa 1.200 m APBN 2006 10 Gambuhan/

Pulosari

Bantuan sapi kereman 30 ekor APBD Prov 2005 11 Pulosari/

Pulosari

Bantuan kelompok hortikultura 26.000 APBD Prov 2005 Bantuan alat packing sayuran

(wrapping)

1 Unit APBD Kab 2005 Pembangunan halte sayuran 1 Unit/

75.000

APBD Kab, Masyarakat

2005 Bantuan Permodalan Usaha

Agribisnis

20.000 APBD Prov 2006 Bantuan Alat Vacuum Frying 1 Unit APBD Prov 2006

Bantuan Ternak Sapi 15 ekor APBD Kab 2006

12 Batursari / Pulosari

Pembangunan jalan poros desa 800 m APBN 2006 13 Clekatakan /

Pulosari

Pembangunan Halte Sayuran 200 m2 APBD Prov (Kimtaru)

2007 14 Cikendung /

Pulosari

Pembangunan Biogas 6 Unit APBD Kab 2007

Kecamatan Watukumpul

15 Jojogan/ Watukumpul

Pembangunan penyulingan minyak nilam

150.000 APBN, Masyarakat

2005 Pembangunan halte sayuran 1 Unit/

25.000

APBD Kab, Masyarakat

2005

Pembuatan Embung 1 Unit APBN 2006

Kecamatan Moga

16 Kecamatan Moga

Bantuan bibit gurami, peralatan, perbaikan kolam, dan pakan

1.000 ekor / 20.000

APBD Prov 2004 Pembuatan gerbang Agropolitan 1 unit/

30.000

APBN 2005

Bantuan bibit gurami, pakan, obat-obatan, pembuatan kolam

17.000 ekor / 14.000

APBD Kab 2005 Pengembangan dan peningkatan

SDM petani perkebunan

20.000 APBD Kab 2005 Bantuan bibit jeruk keprok 10.000 btg /

5.000

Masyarakat 2005

No Lokasi (Desa/

Kecamatan) Jenis Kegiatan

Volume / Biaya (Ribu) Sumber Dana Tahun Pelak-sanaan

Bantuan kegiatan Sonic-Bloom 50 Ha / 2.500

Masyarakat 2005 Perbaikan gedung Balai Benih

Hortikultura

1 Buah APBN 2006

Bantuan Bibit Jeruk 15.000 btg APBD Prov, APBD Kab

2006 Bantuan bibit tanaman jeruk

Keprok Tawangmangu

15.000 btg APBD Prov 2007 17 Banyumudal/

Moga

Bantuan bibit salak pondoh 1.250 btg / 5.000

Masyarakat 2005

Bantuan sapi 20 ekor APBD Prov 2006

18 Moga/ Moga Bantuan Permodalan Usaha Agribisnis

4.500 APBD Prov 2006

Kecamatan Randudongkal

19 Kalitorong/ Randudongkal

Bantuan bibit rambutan 1.000 btg/ 5.000

Masyarakat 2005 20 Kecamatan

Randudongkal

Bantuan bibit varietas Fatmawati 1 Ha APBD Kab 2005 Pelebaran jalan menuju STA

Peternakan

7.000 Masyarakat 2005 21 Randudongkal/

Randudongkal

Pembangunan STA Peternakan (RPH) 1 Unit/ 630.281 APBN, APBD Kab 2004, 2005 Perbaikan BPP Randudongkal 1 Unit APBN 2006 22 Karangmoncol/

Randudongkal

Bantuan ternak kambing 75 ekor APBD Kab 2006 Bantuan ternak kambing 50.000 APBD Kab 2007 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang (2008)

Perubahan Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK)

Analisis dengan indeks perkembangan wilayah merupakan modifikasi dari analisis skalogram. Analisis skalogram untuk menentukan hirarki wilayah berdasarkan pada jumlah dan jenis fasilitas saja sedangkan analisis indeks perkembangan wilayah menggunakan perkalian antara rasio jumlah fasilitas dan rasio jumlah wilayah yang memiliki fasilitas kemudian distandardisasi. Karena sifatnya rasio maka peningkatan jumlah fasilitas suatu wilayah tidak selalu meningkatkan indeks perkembangan wilayahnya bila di wilayah lain peningkatan jumlah fasilitasnya lebih tinggi.

Perubahan indeks perkembangan kecamatan yang dibandingkan adalah antara kecamatan-kecamatan di dalam kawasan dan di luar kawasan pada saat sebelum pelaksanaan program Agropolitan (tahun 2000), saat mulai dilaksanakan (tahun 2003) dan setelah pelaksanaan (tahun 2006). Kawasan agropolitan terdiri atas lima kecamatan yaitu Kecamatan Moga, Pulosari, Belik, Watukumpul, dan Randudongkal. Sedangkan luar kawasan sebagai pembanding dipilih kecamatan yang mempunyai kondisi mirip yaitu kecamatan Warungpring, Bodeh, dan Bantarbolang.

Bila dilihat dari nilai rata-rata di dalam kawasan Agropolitan mempunyai indeks perkembangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan di luar kawasan. Hal ini disebabkan di dalam kawasan terdapat kecamatan yang cukup maju yaitu Kecamatan Randudongkal yang mempunyai jumlah infrastruktur yang lebih banyak dibandingkan kecamatan lain. Letaknya yang strategis dengan sarana jalan yang menghubungkan kecamatan-kecamatan di sekitarnya dengan pusat kota membuat kecamatan ini menjadi pusat pelayanan bagi kecamatan-kecamatan di bagian selatan.

Bila dilihat perkembangannya maka di Kecamatan Randudongkal indeks perkembangannya selalu meningkat dan tetap tertinggi di dalam kawasan dan luar kawasan pembanding (Tabel 8). Kecamatan Randudongkal sejak sebelum penetapan kawasan Agropolitan merupakan kecamatan yang mempunyai jumlah dan jenis fasilitas lebih banyak sehingga ditetapkan sebagai pusat agropolis. Perkembangan indeks perkembangan yang meningkat dan selalu dalam urutan

tertinggi di dalam kawasan dan luar kawasan (pembanding) mengindikasikan bahwa di Kecamatan Randudongkal terjadi perkembangan jumlah infrastruktur yang melebihi perkembangan kecamatan-kecamatan lain sejak sebelum pelaksanaan program Agropolitan.

Tabel 8 Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) Tahun 2000, 2003, dan 2006

2000 2003 2006

No Kecamatan

IPK Urutan IPK Urutan IPK Urutan

Kawasan Agropolitan 1 Moga 29.8562 3 29.2153 4 28.1604 5 2 Pulosari 20.7137 7 18.0550 7 18.8887 7 3 Belik 28.1329 5 30.1130 3 31.6343 3 4 Watukumpul 25.5305 6 22.6116 6 22.6890 6 5 Randudongkal 46.2596 1 48.9514 1 51.3353 1 Rata-rata 30.0986 29.7893 30.5415

Luar Kawasan Agropolitan (Pembanding)

6 Warungpring 9.9500 8 6.7886 8 6.9726 8

7 Bodeh 30.1047 2 26.6442 5 28.3466 4

8 Bantarbolang 29.2229 4 30.8109 2 31.6898 2

Rata-rata 23.0925 21.4146 22.3364

Di Kecamatan Moga indeks perkembangan selalu menurun dari tahun 2000 sampai 2006. Demikian pula urutannya menurun dari tahun 2000 sampai tahun 2006. Hal ini berarti di Kecamatan Moga perkembangan infrastrukturnya lebih rendah daripada di kecamatan lain baik di dalam kawasan Agropolitan maupun di luar kawasan Agropolitan.

Di Kecamatan Pulosari dan Watukumpul urutan nilai indeks perkembangan tetap sejak tahun 2000 sampai tahun 2006. Hal ini mengindikasikan bahwa di kedua kecamatan ini mempunyai perkembangan jumlah infrastruktur relatif seimbang dengan perkembangan di kecamatan-kecamatan lain.

Kecamatan Belik mempunyai indeks perkembangan yang meningkat dari sebelum pelaksanaan program Agropolitan (tahun 2000) sampai setelah pelaksanaan program Agropolitan (tahun 2006) yang mengindikasikan bahwa di Kecamatan Belik terjadi perkembangan jumlah infrastruktur yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain.

Sedangkan di luar kawasan Agropolitan perubahan indeks perkembangan dari tahun 2000 sampai tahun 2006 relatif bervariasi. Di Kecamatan Warungpring nilai indeks perkembangan wilayahnya tetap terendah yang berarti jumlah infrastruktur paling sedikit dibandingkan kecamatan lain sejak tahun 2000 sampai tahun 2006. Hal ini dapat dipahami karena Kecamatan Warungpring yang merupakan kecamatan baru hasil pemekaran pada tahun 2001. Setelah pemekaran perkembangannya infrastrukturnya masih rendah karena kepadatan penduduknya yang rendah.

Di Kecamatan Bodeh nilai indeks perkembangan maupun urutannya menurun dari tahun 2000 sampai tahun 2003 tetapi meningkat lagi pada tahun 2006. Hal ini berarti terjadi penurunan perkembangan jumlah infrastruktur dibandingkan kecamatan lain pada tahun 2000 sampai 2003, tetapi meningkat kembali pada tahun 2006.

Kecamatan Bantarbolang yang relatif maju karena letaknya yang lebih strategis ke ibu kota kabupaten mempunyai indeks perkembangan yang selalu meningkat, demikian juga dengan urutannya. Hal ini berarti terjadi perkembangan infrastruktur di kecamatan ini lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain.

Bila dilihat dari rata-rata nilai indeks perkembangan di dalam kawasan dan luar kawasan mempunyai kecenderungan yang sama yaitu menurun pada tahun 2000 ke tahun 2003 dan meningkat kembali pada tahun 2006. Hal ini berarti perubahan indeks perkembangan wilayah di dalam kawasan dengan di luar kawasan tidak berbeda nyata.

Salah satu faktor yang meningkatkan nilai indeks perkembangan wilayah adalah program pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah. Pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan kemudahan untuk pelayanan sosial dan ekonomi. Karena kawasan Agropolitan yang dikembangkan bukan daerah yang baru dibangun maka tidak banyak pembangunan fasilitas baru oleh Pemerintah maupun dengan swadaya masyarakat. Pembangunan yang dilaksanakan dalam program juga termasuk perbaikan fasilitas yang berarti tidak menambah jumlah fasilitas dan jenis fasilitas tetapi meningkatkan kualitasnya saja.

Beberapa pembangunan infrastruktur yang telah dilaksanakan di kawasan Agropolitan di antaranya adalah:

1. pembangunan/perbaikan jalan meliputi jalan antara kecamatan Moga-Pulosari, antara Belik-Gombong, jalan poros desa dan lingkar ke pasar Gombong, jalan poros desa Penakir, Karangsari, Batursari, pelebaran jalan ke STA Peternakan di Randudongkal,

2. pembangunan sarana penunjang produksi dan percontohan seperti green house, pembangunan embung, pembangunan rumah pengomposan, pembangunan rumah penyulingan minyak nilam, dan perbaikan gedung Balai Benih Hortikultura.

3. pembangunan sarana pemasaran berupa subterminal agribisnis (STA) untuk komoditas sayuran, perkebunan, dan peternakan (RPH), halte sayuran,

4. pembangunan sarana penyuluhan berupa perbaikan gedung BPP kecamatan Belik dan Randudongkal.

Infrastruktur-infrastruktur di atas tidak diperhitungkan dalam indeks perkembangan kecamatan sehingga tidak langsung mempengaruhi nilai indeks. Pengembangan kawasan dengan penyediaan infrastruktur penunjang sistem agribisnis sebagaimana tersebut di atas diharapkan dapat meningkatkan perekonomian wilayah sehingga dapat meningkatkan perkembangan infrastruktur sesuai dengan perkembangan wilayah tersebut. Tetapi hal itu belum terlihat, terbukti dari perubahan indeks perkembangan yang relatif hampir sama antara di kawasan dan di luar kawasan Agropolitan.

Faktor yang menentukan permintaan akan infrastruktur di suatu wilayah selain aktivitas ekonomi adalah jumlah penduduk. Perkembangan jumlah penduduk dalam kawasan yang meningkat dengan laju pertumbuhan yang hampir sama dengan di luar kawasan menyebabkan kebutuhan infrastruktur juga relatif tidak berbeda antara kawasan dan luar kawasan Agropolitan.

Bila dilihat dari pembangunan infrastruktur selama pelaksanaan kegiatan Pengembangan Agropolitan maka terjadi kesenjangan pembangunan antar kecamatan dalam kawasan Agropolitan. Pembangunan infrastruktur selama ini banyak dilakukan di desa Gombong kecamatan Belik, sedangkan di kecamatan lain misalnya kecamatan Watukumpul relatif terabaikan. Hal ini berakibat

kecamatan Watukumpul semakin tertinggal dari kecamatan lain dalam kawasan Agropolitan.

Pembangunan di kawasan Agropolitan memang belum dapat menjangkau seluruh kecamatan karena keterbatasan anggaran sehingga masih belum memenuhi semua rencana yang tersusun dalam masterplan. Padahal bila sebagian rencana jangka menengah itu dilaksanakan khususnya pembangunan infrastruktur, dimungkinkan dapat meningkatkan perkembangan wilayah. Kendala yang mungkin menyebabkan tidak terealisasi semua rencana adalah cakupan kawasan Agropolitan Waliksarimadu yang terlalu luas, yaitu di lima kecamatan. Di tengah keterbatasan anggaran yang ada, bila pembangunan dibagi ke wilayah yang luas menyebabkan fokus pengembangan suatu wilayah jadi berkurang. Akibatnya perkembangan wilayah dalam kawasan Agropolitan relatif tidak berbeda dengan di luar kawasan Agropolitan setelah lima tahun pelaksanaan.

Selain itu pembangunan infrastruktur seharusnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Bangunan STA Perkebunan Unit Prosesing Kopi di Desa Karangsari Kecamatan Pulosari belum digunakan oleh para petani untuk aktivitas agribisnis. Kendala pemanfaatannya diakibatkan oleh letaknya yang agak jauh dari pemukiman sehingga keamanan kurang. Hal ini menyebabkan bangunan dan peralatannya dirusak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Para petani kopi terutama di desa Gambuhan yang menjadi sentra pengembangan kopi belum memanfaatkan bangunan ini karena merasa terlalu jauh dan merepotkan. Akhirnya mereka lebih suka mengolah kopi di desanya sendiri sebagaimana sebelumnya. Pembangunan gedung tersebut kemungkinan belum melibatkan aspirasi para petani kopi.

Sedangkan pembangunan green house dilakukan sebagai percontohan kepada masyarakat (petani) tentang budidaya tanaman bernilai ekonomi tinggi. Usaha agribinisnis dilakukan oleh Pemerintah dengan melibatkan kelompok tani hortikultura, tidak langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Dalam pembangunan infrastruktur penunjang aktivitas ekonomi yang ada di dalam kawasan Agropolitan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Tetapi karena koordinasi kurang maka pembangunan infrastruktur selama ini mengesankan terlalu diserahkan ke instansi teknis. Kawasan

Agropolitan hanya menjadi lokasi kegiatan dari instansi teknis saja sehingga belum memperhatikan kebutuhan prioritas untuk pengembangan kawasan sesuai dengan rencana dalam masterplan.

Tingkat Kemiskinan

Analisis untuk mengetahui perubahan tingkat kemiskinan dilakukan dengan membandingkan tingkat kemiskinan pada saat sebelum pelaksanaan progam Agropolitan (tahun 2000), mulai pelaksanaan program (tahun 2003), dan keadaan setelah pelaksanaan program (2006). Data yang digunakan adalah persentase Jumlah Keluarga Prasejahtera dan Sejahtera I dari Data Potensi Desa (Podes) yang dikeluarkan oleh BPS. Hal ini sesuai dengan kriteria dari BKKBN yang mengklasifikasikan keluarga miskin sebagai keluarga pra-sejahtera dan sejahtera I. Keluarga pra-sejahtera merupakan keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan. Keluarga sejahtera I didefinisikan sebagai keluarga yang sudah dapat memenuhi kebutuhan sangat mendasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.

Ada kelemahan data yang dipakai untuk menunjukkan tingkat kemiskinan keluarga prasejahtera dan sejahtera I dengan menggunakan data dari Podes. Sebagai data hasil survei dan bukan hasil sensus dimungkinkan terjadi bias tentang jumlah keluarga prasejahtera dan sejahtera I. Hal ini dapat terlihat di salah

Dokumen terkait