• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sesuai tujuan khusus dalam penelitian maka analisis kerentanan pantai selanjutnya dibedakan atas analisis menggunakan pendekatan CVI-biasa dan pendekatan CVI-MCA. Pada pendekatan CVI-biasa input analisis menggunakan empat sistim ranking USGS dan sistim ranking nilai minimum-maksimum data tiap variabel. Pada pendekatan CVI-MCA input analisis sistim ranking menggunakan aturan jangkauan persentil pada data hasil standarisasi tiap variabel.

3.6.1 Pendekatananalisis CVI-biasa

Penilaian kerentanan dalam metode CVI memiliki konsep sederhana. Potensi kerentanan (ranking) tiap variabel dinilai berdasarkan kisaran nilainya masing-masing menurut sistim ranking yang ditetapkan oleh USGS. Ranking

 

   

variabel terdiri atas 5 diskrit (1=sangat rendah, 2=rendah, 3 moderat, 4=tinggi, 5=sangat tinggi). Selanjutnya potensi kerentanan simultan (indeks kerentanan) dinilai berdasarkan hasil perhitungan masing-masing nilai ranking tiap variabel melalui persamaan, sebagai berikut (Thieler and Hammer-Klose, 2000 ; serta

Pendleton et al. 2004A ; 2004B):

... (6)

di mana; CVI = nilai (skor) Indeks Keretanan Pantai, a = ranking variabel

geomorfologi, b = ranking variabel perubahan garis pantai, c = ranking variabel

slope pantai, d = ranking variabel rerata tinggi gelombang, e = ranking variabel

rerata pasang surut, f = ranking variabel perubahan muka laut.

Berdasarkan nilai skor dari persamaan (6) maka distribusi kategori kerentanan (indeks) di sepanjang kawasan pantai yang dinilai menggunakan aturan jangkauan kuartil (25%, 50%, dan 75%). Dengan pendekatan ini masing-

masing shoreline grid dikelompokkan menurut skornya masing-masing terhadap

kelas diskrit kategori menggunakan aturan jangkauan kuartil tersebut. Berdasarkan aturan jangkauan kuartil ini maka kategori indeks kerentanan dibedakan atas kategori; rendah (skor <25%), moderat (skor 25 – 50%), tinggi (50 – 75%, dan sangat tinggi (>75%).

3.6.2 Pendekatan Analisis CVI-MCA

Standarisasi data tiap variabel dilakukan menggunakan matriks yang

terdiri atas baris dan kolom. Pada baris diisi dengan seluruh shoreline grid (51

buah) yang menjadi basis data penilaian kerentanan, sedangkan kolom diisi dengan masing-masing data keeanam variabel kerentanan.

Standarisasi nilai variabel selanjutnya dilakukan dengan menambahkan 2

buah baris virtual atau 2 buah shoreline grid virtual. Baris virtual tambahan

pertama berisi nilai-nilai terendah dari tiap variabel, sebaliknya baris virtual kedua berisi nilai tertinggi dari tiap variabel. Kedua nilai tertinggi dan terendah tiap variabel tersebut datanya dikoleksi dari hasil ekstraksi data keenam variabel di daerah kajian (AOI), juga bersumber dari kajian literatur keenam variabel di berbagai tempat di dunia.

 

Nilai standarisasi bagi tiap variabel (kriteria) dalam tiap shoreline grid

selanjutnya ditentukan menggunakan persamaan sebagai berikut; (Susilo, 2006);

... (7)

di mana; = nilai standar dari variabel ke-i pada shoreline grid ke-n, = nilai

asli dari variabel ke-i pada shoreline grid ke-n, = nilai variabel tertinggi,

= nilai variabel terendah.

Bobot dari tiap variabel atau kelompok variabel diasumsikan sama. Sehingga dalam standarisasi ini tidak melibatkan bobot dari masing variabel atau kelompok variabel.

Hasil dari standarisasi menyebabkan nilai tiap variabel memiliki kisaran minimum dan maksimum antara 0 hingga 1. Berdasarkan pendekatan pada metode CVI yang membagi selang ranking variabel atas 5 diskrit maka pembagian kelima diskrit ranking pada nilai tiap variabel hasil standarisasi diterapkan menggunakan aturan jarak persentil yaitu: 0,20; 0,40; 060; dan 0,80. Dengan pembagian seperti demikian, diskrit kategori ranking tiap variabel pada nilai tiap variabel hasil standarisasi menjadi: sangat rendah (<0,2), rendah (0,2-0,4), moderat (0,4-0,6), tinggi (0,6-0,8), dan sangat tinggi (>0,8). Dari sistim ranking tersebut penghitungan nilai skor indek kerentanan mengacu pada pendekatan yang sama seperti pada persamaan (6).

Jika diperhatikan bahwa dengan mensimulasikan ranking variabel dalam

seluruh shoreline grid tiap kawasan pantai berisi seluruh nilai ranking tertinggi (5)

dan sebaliknya yakni nilai ranking terendah (1) maka pada prinsipnya akan dihasilkan kisaran luaran skor indeks terkecil 0,41 (dihasilkan oleh nilai ranking 1

pada seluruh shoreline grid) dan terbesar 51,03 (dihasilkan oleh nilai ranking 5

pada seluruh shoreline grid). Dengan demikian baik pada pendekatan CVI biasa

maupun pendekatan CVI-MCA, atau pun penilaian kerentanan di manapun berdasarkan pendekatan CVI dengan penghitungan skor indeks seperti pada persamaan (6) akan senantiasa menghasilkan luaran skor nilai yang bersifat baku.

Berdasarkan sifat baku seperti itu maka hubungan nilai skor antar kawasan pantai di manapun dilakukan penilaian kerentanan menggunakan pendekatan

 

   

metode CVI akan senantiasa menghasilkan luaran kisaran nilai skor indeks minimum dan maksimum yang memenuhi hubungan seperti berikut:

0,41 ≤ min ≤ Skor CVI suatu kawasan ≤ max ≤ 51.03. ... (8) Dari hubungan nilai skor indeks seperti pada persamaan (8) maka standarisasi nilai skor indeks khusus bagi pendekatan CVI-MCA dapat dilakukan menggunakan pendekatan normalisasi nilai skor indeks yang diformulasikan sebagai berikut (Teknomo, 2006);

... (9)

di mana; NS = skor nilai indeks baru, OS = skor nilai indeks asli, nub = batas

tertinggi skor nilai indeks baru, nlb = batas terendah skor nilai indeks baru, oub =

batas tertinggi skor nilai indeks asli, olb = batas terendah skor nilai indeks asli.

Dengan normalisasi maka kisaran nilai skor indeks minimum (0,41) dan maksimum (51,03) berubah masing-masing menjadi 0 dan 1. Sehingga pembagian diskrit kategori indeks kerentanan berdasarkan aturan jangkauan kuartil seperti halnya pada pendekatan CVI-biasa akan memenuhi hubungan seperti berikut:

0 ≤ min ≤ Skor CVI ≤ max ≤ 1 ... (10) 0 ≤ Skor CVI ≤ 1 ... (11) Dengan dilakukannya standarisasi ranking variabel dan normalisasi nilai skor indeks kerentanan maka penilaian kerentanan pantai untuk skala berbeda dapat dilakukan. Untuk penilaian kerentanan pantai skala lokal yang relatif (spesifik) dapat menggunakan persamaan (10), selanjutnya penilaian kerentanan kawasan tersebut pada skala diatasnya (regional dan global) atau penilaian untuk perbandingan kerentanan antar kawasan pantai dapat menggunakan persamaan (11).

Selengkapnya, algoritma standarisasi nilai variabel dan normalisasi skor indeks kerentanan pantai berdasarkan pendekatan metode integrasi CVI-MCA ditampilkan seperti pada Gambar 24.

 

Gambar 24 Algoritma standarisasi nilai variabel dan skor indeks untuk

penentuan ranking dan kategori indeks kerentanan pantai berdasarkan pendekatan metode integrasi CVI-MCA

Dokumen terkait