• Tidak ada hasil yang ditemukan

9. Gudang Umum 1 Gudang Peti Mati

3.3 Analisis Konteks Lingkungan

3.3.1 Analisis Pemilihan Lokasi

Berdasarkan Lokasi yang akan digunakan untuk perencanaan

kompleks Gereja Paroki ini berada di kota Semarang, Jawa Tengah. Di

ambil lokasi di kecamatan Mijen karena lokasi berada di kawasan umat 4

wilayah yang mencakup wilayah Ngaliyan, wilayah Mijen, wilayah

Kedungpane dan wilayah Boja.

Batas Administratif kota Semarang sebelah Utara dibatasi oleh Laut

Jawa dengan panjang garis pantai mencapai 13,6 Km, sebelah Selatan

dengan Kabupaten Semarang, Sebelah Timur dengan Kabupaten

Demak, Sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal.

Kota Semarang memiliki posisi Geostrategis karena berada pada

Alarm

Kebakaran Smoke Sprinkler

Detector

Petugas pemadam kebakaran, APAR, Hydrant Skema 16. Skema Pemadaman Kebakaran

terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah, dan daerah pantai, dengan

kemiringan dan tonjolan.

Kota Semarang memiliki sepuluh Bagian Wilayah Kota (BWK)

dengan kecamatan Mijen masuk ke dalam Bagian Wilayah Kota IX kota

Semarang.

Secara Adminitrasi Kecamatan Mijen terdiri dari 14 Kelurahan yaitu

: Kedungpane, Jatibarang, Pesantren, Cangkiran, Tambangan, Mijen,

Ngadirjo,Jatisari, Polaman, Wolopo, Purwosari, Bubakan, Wonoplumbon,

dan Karangmalang. Merupakan kecamatan terluas di kota Semarang dan

terletak pada Ketinggian 253,00 mdpl sehingga penggunaan lahan yang

terdapat di kecamatan Mijen bercirikan pedesaan yang tersebar di seluruh

wilayah, sedangkan yang bercirikan perkotaan berada di wilayah pusat

aktifitas yaitu kelurahan wonolopo, Mijen dan Cangkiran yang

menunjukkan perkembangan kawasan terbangun yang signifikan.

Kecamatan Mijen merupakan salah satu Kecamatan dari 16

kecamatan yang berada di Kota Semarang. Kota Semarang memiliki luas

wilayah 373,70 Km² dengan kecamatan Mijen merupakan salah satu

wilayah terluas dengan luas wilayah 57,55 Km² dan Kecamatan

Gunungpati dengan luas wilayah 54,11 Km². Kota Semarang terletak

dalam posisi astronomis diantara garis 6º50’ - 7º10’ LS dan garis 109º35’ - 110º50’ BT.

Batas-batas Kabupaten Kecamatan Mijen :

 Sebelah Timur : Kecamatan Gunungpati

 Sebelah selatan : Kabupaten Semarang

 Sebelah utara : Kecamatan Ngalian Iklim di daerah Kecamatan Mijen, Semarang :

 Kondisi iklim kecamatan Mijen secara klimatologi seperti kondisi umum di Indonesia yaitu mempunyai iklim tropik basah.

 Pada bulan September – Mei 21,1ºC – 24,6 ºC

 Kelembapan udara relatif minimum 61% pada bulan September

 Kelembapan udara relatif maksimum 83% pada bulan Januari

 Curah hujan rata-rata 9.891 mm

Kecamatan Mijen (BWK IX)

Potensi Kecamatan Mijen :

 Banyak terdapat pertanian dan perkebunan (area hijau).

 Memiliki aksesibilitas yang mudah dan memadai sebagai wilayah suburban berupa jalan arteri primer dan arteri

sekunder.

 Tingkat kemacetan, polusi udara, dan kebisingan yang tidak Keterangan : 1. Kelurahan Cangkiran 2. Kelurahan Bubakan 3. Kelurahan Karangmalang 4. Kelurahan Polaman 5. Kelurahan Purwosari 6. Kelurahan Tambangan 7. Kelurahan Wonolopo 8. Kelurahan Mijen 9. Kelurahan Jatibarang 10. Kelurahan Kedungpane 11. Kelurahan Ngadirgo 12. Kelurahan Wonoplumbon 13. Kelurahan Jatisari 14. Kelurahan Pesantren Keterangan : 15. Kelurahan Cangkiran 16. Kelurahan Bubakan 17. Kelurahan Karangmalang 18. Kelurahan Polaman 19. Kelurahan Purwosari 20. Kelurahan Tambangan

 Merupakan daerah lereng I (kemiringan 0%-2%), mempermudah aksesibilitas urban seperti sepeda dan pejalan

kaki.

Kendala Kecamatan Mijen :

 Sangat jauh dari pusat kota yang memiliki fasilitas utama untuk perdagangan dan jasa, sehingga tidak strategis.

 Infrastruktur dan jaringan utilitas yang memadai masih belum merata.

Kelurahan Wonolopo

 Memiliki luas 403,815 ha

 Jumlah penduduk ± 6.407 dengan kepadatan ± 16 jiwa/ha

 Luas fungsi wisata/rekreasi 1,025 ha

 Jumlah permukiman penduduk : 1.473

 Jumlah sekolah dasar (SD) : 3

 Jumlah transportasi : - Motor : 811 - Mobil : 64 - Taxi : 0 - Bus : 3 - Angkot : 0 Kelurahan Mijen  Memiliki luas 804,708 ha

 Jumlah permukiman penduduk : 1.025

 Jumlah sekolah dasar (SD) : 0

 Jumlah transportasi : - Motor : 753 - Mobil : 125 - Taxi : 0 - Bus : 0 - Angkot : 0 Kelurahan Jatibarang  Memiliki luas 226,787 ha

 Jumlah penduduk ± 4.888 dengan kepadatan ± 22 jiwa/ha

 Luas fungsi wisata/rekreasi 0,75 ha

 Jumlah permukiman penduduk : 719

 Jumlah sekolah dasar (SD) : 3

 Jumlah transportasi : - Motor : 420 - Mobil : 28 - Taxi : 0 - Bus : 0 - Angkot : 0

3.3.2 Analisis Pemilihan Tapak

3.3.2.1 Studi Luas Tapak

Menurut Peraturan Daerah Kota Semarang 14 Tahun 2011

Tentang Rencana tata ruang wilayah Kota Semarang BWK IX

tahun 2011-2031 :

a. Bangunan Fasilitas Umum Peribadatan Koefisien Dasar

Bangunan (KDB) 40%

b. Koefisien Lantai Bangunan untuk Fasilitas Peribadatan

maksimal 2 lantai dan KLB 0,8

Garis Sempadan Bangunan dan Pagar terhadap Jalan, untuk

Fasilitas Umum yaitu Peribadatan adalah :

 Ruas Jalan Arteri Primer, GSB yang ditetapkan adalah 32 meter

 Ruas Jalan Arteri Sekunder, GSB yang ditetapkan adalah 29 meter

 Ruas Jalan Kolektor Primer, GSB yang ditetapkan adalah 26 meter

 Ruas Jalan Kolektor Sekunder, GSB yang ditetapkan adalah 23 meter

 Ruas Jalan Lokal Sekunder, GSB yang ditetapkan adalah 17 meter.

Perhitungan Luas Lahan dan Bangunan

Program Besaran Luas Bangunan Total Luasan

KDB 40 %

KLB 0,8

Luas Lahan

= Luas Total Bangunan : KLB

10.236, 9 m2 = 8.189,53 m2 : 0,8 Luas Lantai Dasar = Luas Lahan x KDB 4.094,8 m2 = 10.236, 9 m2 x 40% Luas Open Space

= Luas Lahan – Luas lantai dasar

6.142,1 m2

= 10.236, 9 m2 – 4.094,8 m2

Jumlah Lantai

= Luas Total Bangunan : Luas Lantai Dasar

2 lantai = 8.189,53 m2 : 4.094,8 m2

Luas Kebutuhan

Tapak

= Luas Lantai Dasar + open space + Area

Parkir 18.199,7 m2

= 4.094,8 m2 + 6.142,1 m2 + 7.962,8 m2

Tabel 31. Perhitungan Luas Lahan dan Bangunan Sumber : Analisis Pribadi

3.3.2.2 Alternatif Tapak

Pemilihani tapak ditinjau dari kelayakan beberapa faktor yaitu :

 Tapak berada di tengah – tengah 4 wilayah umat Kompleks Gereja Katholik Paroki Mijen

 Tapak berada pada bagian yang merupakan subkota yaitu

dapat didirikan fasilitas peribadatan

 Tapak mudah dijangkau secara aksesbilitasnya yang dilewati kendaraan umum (bus, angkutan umum).

 Tapak Kompleks Bangunan Gereja Katholik Paroki Mijen ini diijinkan oleh warga sekitar untuk pembangunan sebuah

gedung gereja Katholik

GEREJA

PERMUKIMAN LAMA PERMUKIMAN BARU

Skema 17. Lokasi Kelayakan Site Sumber : Analisis Pribadi, 2016

 Alternatif Tapak A

Lokasi : Jl. Langensari, Kelurahan Wonolopo

Gambar 32. Peta Udara tapak A

Sumber diunduh dari : Google earth (Agustus 2016)

Gambar 33. Peta Teknik Tapak A Sumber : Dokumen Pribadi

ASPEK KEKUATAN ALAMI

Iklim Beriklim tropis lembab dengan suhu rata-rata berkisar antara 25°C –

34°C.

Topografi memiliki kemiringan 0% - 2%

Vegetasi Memiliki potensi untuk ditanami tanaman tahunan dan tanaman

hortikultura.

Potensi Sumber Air Sumber air bersih berasal dari PDAM, dan sumur buatan

Arah Angin Dominan arah Tenggara  Barat laut

Keadaan Lingkungan

Tapak merupakan dekat dengan permukiman warga dan terdapat kapel yang warga setempat mendukung direncanakannya Kompleks Gereja Paroki. Hal ini didapat ketika wawancara dengan warga sekitar, jika kapel terdapat acara ibadat keagamaan, ta’mir masjid dekat lokasi ikut mendukung acara dengan cara menjaga keamanan tapak

ASPEK KEKUATAN BUATAN

Peraturan Pemerintah

Peraturan daerah kota Semarang nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Semarang tahun 2011-2031 dan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) nomor 8 tahun 2004 tentang BWK IX (Kecamatan Mijen) tahun 2000 – 2010.

Regulasi

KDB : max. 40% KLB : 0,8

GSB Jl. Langensari : 17 meter

Persyaratan Kompleks sebuah gereja Paroki memiliki lahan minimal

5000 m2

Fungsi dan Hirarki  Sub pusat pelayanan kota ; perdagangan dan jasa, pendidikan,

kesehatan, peribadatan, pelayanan umum

ASPEK AMENITAS ALAMI

View View from site ; view yang terlihat dari tapak berupa persawahan,

perkebunan milik swasta, dan permukiman warga.

Topografi Relatif datar dengan kemiringan lahan 0 – 2 %.

Air Curah hujan sebesar 126 m

3 per tahun dan tingkat kelembaban 50%

hingga 70%. Dengan periode bulan basah bulan November hingga bulan April.

ASPEK AMENITAS BUATAN

Jaringan Kota / Kawasan

 Akses jalan utama melalui Jl. RM. Hadisoebeno Mijen yang dapat

dicapai melalui permukiman Bukit Semarang Baru

 Terapat jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan drainase tertutup,

dan sampah.

Citra Arsitektural Permukiman penduduk disekitar dukuh Langenasari memiliki langgam

Arsitektur Jawa

Tabel 32. Analisis Tapak A Sumber : Dokumen Pribadi

Potensi Alternatif Tapak A :

 warga mendukung untuk perencanaan sebuah Kompleks Gereja

Katholik Paroki

 Memiliki daya dukung dan kestabilan tanah yang baik.

 Memiliki vegetasi lingkungan yang memadai.

 Memiliki kekayaan budaya khas oleh warga setempat yang dapat mendukung tema Desain yang diterapkan

 Suasana hening dan nyaman, sangat cocok untuk tempat beribadah Kendala Alternatif Tapak A :

 Lahan Eksisting sawah milik swasta (bukan pemerintah)

 Di sisi Timur dan Barat masih banyak tedapat perkampungan warga.

 Akses Jalan Langensari tidak cocok sebagai akses masuk dan keluar ke tapak karena lebar yang hanya 5m.

 Alternatif Tapak B

Lokasi : Jl. Rm. Hadi Soebeno raya

Gambar 34. Peta Udara tapak B Sumber diunduh dari: google earth (agustus 2016)

Gambar 35. Peta Teknik Tapak B Sumber : Dokumen Pribadi

ASPEK KEKUATAN ALAMI

Iklim Beriklim tropis lembab dengan suhu rata-rata berkisar antara 25°C –

34°C.

Topografi Memiliki varian kemiringan 0% - 2% (Semarang Barat).

Vegetasi Memiliki potensi untuk ditanami tanaman tahunan dan tanaman

hortikultura.

Potensi Sumber Air Sumber air bersih berasal dari PDAM, dan sumur bor buatan

Arah Angin Dominan arah Tenggara  Barat laut.

Keadaan Lingkungan

Tapak berupa pertokoan dan berada di jalan kolektor sekunder (Jl. Rm. Hadi Soebeno). Tapak merupakan dekat dengan permukiman warga dan terdapat kapel yang warga setempat mendukung direncanakannya Kompleks Gereja Paroki. Hal ini didapat ketika wawancara dengan warga sekitar, jika kapel terdapat acara ibadat keagamaan, ta’mir masjid dekat lokasi ikut mendukung acara dengan cara menjaga keamanan tapak

ASPEK KEKUATAN BUATAN

Peraturan Pemerintah

Peraturan daerah kota Semarang nomor 14 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota Semarang tahun 2011-2031 dan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) nomor 8 tahun 2004 tentang BWK IX (Kecamatan Mijen) tahun 2000 – 2010.

Regulasi KDB : max. 40% KLB : 0,8

GSB Jl. Rm. Hadi Soebeno, GSB 29

Fungsi dan Hirarki

 Pusat perkantoran, perdagangan, dan jasa.

 Sub pusat pelayanan kota ; perdagangan dan jasa, pendidikan,

kesehatan, peribadatan, pelayanan umum.

ASPEK AMENITAS ALAMI

View View from site ; view yang terlihat dari perkebunan, jalan raya, dan permukiman penduduk.

View to site ; view yang terlihat dari Jalan Rm. Hadi Soebeno

Topografi Sebagian besar berjenis tanah semi keras Aluvial Hidromorf Grumosol

(abu-abu tua).

Air Curah hujan sebesar 126 m3 per tahun dan tingkat kelembaban 50%

hingga 70%.

ASPEK AMENITAS BUATAN

Jaringan Kota / Kawasan

 Berada di samping jalan kolektor Sekunder Jl. Rm. Hadi Soebeno

Mijen

 Akses jalan utama melalui Jl. Rm. Hadi Soebeno

 Terapat jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan drainase tertutup,

dan sampah.

Citra Arsitektural Bangunan di sekitar tapak dominan pertokoan dengan style arsitektur modern. Permukiman penduduk disekitar memiliki karakter arsitektur

Potensi Alternatif Tapak B :

 Lokasi berada di jalan kolektor sekunder yang merupakan jalan besar dengan lebar 20 meter sehingga mempermudah aksesibilitas.

 warga mendukung untuk perencanaan sebuah Kompleks Gereja

Katholik Paroki.

 Memiliki daya dukung dan kestabilan tanah yang baik. Kendala Alternatif Tapak B :

 Pinggir jalan raya Mijen (semarang – boja) sehingga sangat ramai dipagi hari dan sore hari

 Aksesibilitas yang relatif ramai dan berpotensi menimbulkan kemacetan.

 Memiliki vegetasi lingkungan yang kurang memadai.

Berdasarkan potensi dan kendala pada alternatif tapak, maka dapat disimpulkan :

Kriteria Bobot Alternatif Tapak A Alternatif Tapak B

Skor Skor x bobot Skor Skor x bobot Jaringan infrastruktur dan

utilitas lingkungan

25 % 9 2,25 10 2,5

Aksesibilitas pada tapak dan di luar tapak

30 % 6 1,4 9 2,1

Berada di tengah dari 4 wilayah Paroki

30 % 9 2,7 9 2,7

Keadaan lingkungan sekitar 15 % 6 0,9 5 0,75

TOTAL 7,25 8,05

Tabel 34. Pemilihan Site dengan Scoring Sumber : Analisis Pribadi

Dokumen terkait