• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.6. Metode Analisis Data

3.6.2. Analisis Kuantitatif

Untuk melihat mana yang lebih menguntungkan dari dua pola pengusahaan ayam ras pedaging di Kabupaten Karanganyar dilakukan dengan cara membandingkan pendapatan dan efisiensi biaya produksi terhadap penerimaannya antara pola mandiri dan pola kemitraan. Selain itu, pelaksanaan kemitraan juga memberikan pengaruh terhadap distribusi produk (pemasaran ayam ras pedaging) sehingga untuk melengkapi perbandingan dari sisi produksi juga dilakukan

perbandingan pemasaran ayam ras pedaging dari kedua pola pengusahaan. Analisis pemasaran yang dilakukan meliputi analisis terhadap saluran pemasaran (deskriptif) analisis marjin pemasaran dan analisis keterpaduan pasar.

1. Analisis Pendapatan Usahaternak

Analisis pendapatan usahaternak memerlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran (biaya-biaya) selama usahaternak dijalankan dalam satu siklus produksi, yakni 35 hari. Penerimaan usahaternak merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual di tingkat peternak. Sedangkan biaya atau pengeluaran adalah total nilai penggunaaan sarana produksi peternakan, baik yang diperoleh dengan cara membeli tunai, sewa atau kredit selama proses produksi ayam ras pedaging berlangsung.

TR = Pa Qa ... (1) dimana:

TR : Total penerimaan dari usahaternak ayam ras pedaging (Rp) Pa : Harga ayam ras pedaging (Rp/ekor)

Qa : Total produksi (ekor)

TC = FC + VC ... (2) FC = PsQs + PtpQtp + PtmQtm + PapQap ... (3) VC = PbQb + PpQp + PovQov + PskmQskm + PgmQgm + PkdQkd + PgQg +

PlQl + PtkQtk ... (4) dimana:

TC : Total biaya usahaternak ayam ras pedaging (Rp) FC : Total biaya tetap usahaternak ayam ras pedaging (Rp) VC : Total biaya variabel usahaternak ayam ras pedaging (Rp) Ps : Harga sewa kandang (Rp/buah/periode)

Qs : Total kandang (buah)

Ptp : Nilai depresiasi tempat pakan (Rp) Qtp : Total tempat pakan (buah)

Ptm : Nilai depresiasi tempat minum (Rp) Qtm : Total tempat minum (buah)

Pap : Nilai depresiasi alat pemanas (Rp) Qap : Total alat pemanas (buah)

Pb : Harga DOC (Rp) Qb : Total DOC (ekor) Pp : Harga pakan (Rp)

Qp : Total pakan yang dipakai (kg) Pov : Harga obat dan vaksin (Rp)

Qov : Total obat dan vaksin yang dihabiskan (ml) Pskm : Harga sekam (Rp)

Qskm : Total sekam yang digunakan (kg) Pgm : Harga gula merah (Rp)

Qgm : Total gula merah (kg)

Pkd : Harga kunyit dan daun pepaya (Rp)

Qkd : Total kunyit dan daun pepaya yang digunakan (kg) Pg : Harga gas (Rp)

Qg : Total gas yang digunakan (tabung) Pl : Harga listrik (Rp/kwh)

Ql : Total penggunaan listrik (kwh) Ptk : Upah tenaga kerja (Rp)

Qtk : Total tenaga kerja (orang)

π

= TR - TC ... (5) dimana:

π

: Total pendapatan usahaternak ayam ras pedaging (Rp)

Untuk memudahkan analisis perbandingan penerimaan, biaya dan pendapatan usahaternak ayam ras pedaging antara pola mandiri dan pola

kemitraan maka semua penerimaan, biaya dan pendapatan dihitung per ekor ayam ras pedaging. Perhitungan biaya diasumsikan bahwa peternak membeli secara tunai.

2. R/C Ratio

Untuk mengukur efisiensi masing-masing usahaternak terhadap setiap penggunaan satu unit input maka digunakan nilai ratio antara jumlah penerimaan

dengan jumlah biaya yang secara sederhana dapat diturunkan dari rumus:

TC TR Ratio

R/C = ... (6)

3. Analisis Marjin Pemasaran

Besarnya marjin pemasaran ayam ras pedaging dalam satu pola rantai pemasaran (saluran pemasaran) dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

= = + = i n 1 i i i kp ) (bp M ... (7) dimana :

M : Marjin total dari satu saluran pemasaran lembaga pemasaran (Rp) bpi : Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran ke-i

(Rp)

kpi : Keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke-i (Rp) n : Jumlah lembaga pemasaran yang terlibat dalam satu pola saluran

pemasaran

Untuk mengetahui distribusi marjin pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam satu pola saluran pemasaran maka perlu dihitung proporsi biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran terhadap total marjin pemasaran dengan persamaan sebagai berikut:

% 100 x M bp Sbp i i = ... (8)

% 100 x M kp Skp i i = ... (9) dimana :

Sbpi : Share biaya pemasaran yang dikeluarkan lembaga pemasaran ke-i Skpi : Share keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran ke-i

Sedangkan untuk melihat tingkat efisiensi biaya pemasaran yang dikeluarkan terhadap keuntungan pemasaran tiap-tiap lembaga pemasaran maka dalam analisis ini juga dihitung ratio keuntungan pemasaran terhadap biaya

pemasaran. i i bp kp kp/bpratio= ... (10) Semua hasil perhitungan kemudian dibahas dengan cara membandingkan marjin pemasaran ayam ras pedaging pola mandiri dengan pola kemitraan.

4. Analisis Indeks Keterpaduan Pasar

Keterpaduan pasar menunjukkan seberapa jauh pembentukan harga suatu komoditi pada suatu tingkat lembaga pemasaran tertentu dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran lainnya. Pada penelitian ini, analisis keterpaduan pasar berfungsi untuk mengetahui transmisi harga ayam ras pedaging dari tingkat pasar retail terhadap harga yang berlaku di tingkat peternak. Keterpaduan pasar dapat diduga dengan menggunakan model keterpaduan pasar autoregresi yang dikembangkan oleh Timmer (1987) dalam (Hoesin, 1994). Model ini dapat digunakan untuk mengukur bagaimana harga di pasar produsen dipengaruhi oleh harga di pasar acuan (retail) dengan mempertimbangkan harga di masa lalu dan harga saat ini. Model keterpaduan pasar autoregresi adalah sebagai berikut :

dimana :

Pft = Harga di pasar produsen(peternak) pada periode ke- t (Rp/kg) Pft-1 = Lag harga di pasar produsen (peternak) pada periode ke- t-1

(Rp/kg)

Prt = Harga di pasar acuan (retail) pada periode ke- t (Rp/kg) Prt-1 = Lag harga di pasar acuan (retail) pada periode ke- t-1 (Rp/kg) Xt = Dummy kemitraan (1=peserta kemitraan, 0=mandiri)

et = Galat baku

Persamaan 11 diestimasi dengan metode OLS (Ordinary Least Square)

dengan menggunakan program Minitab 13. Koefisien parameter yang diperoleh dari hasil estimasi digunakan untuk menghitung IMC (index market connection)

yang dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

) d (d ) d (1 IMC 1 3 1 − + = ... (12)

Index market connection (IMC) adalah keeratan hubungan antara pasar

produsen dan pasar konsumen dan nilai ini akan menunjukkan keefisienan (efisiensi harga) sistem suatu pasar. Jika IMC lebih kecil dari satu, menunjukkan bahwa integrasi pasar produsen dan pasar konsumen akan makin erat. Hal ini menunjukkan sistem pemasaran yang ada makin efisien karena informasi perubahan harga yang ada di pasar konsumen segera ditransmisikan ke pasar produsen. Sebaliknya Jika IMC > 1, menunjukkan tidak adanya keterkaitan (integrasi pasar) antara pasar konsumen dengan pasar produsen, dimana hal ini dicerminkan dari perubahan harga di pasar konsumen ditransmisikan terhadap harga di pasar produsen.

Koefisien d2 menunjukkan seberapa jauh perubahan harga di pasar konsumen diteruskan kepada harga di pasar produsen. Keterpaduan (integrasi)

pasar jangka panjang dapat dicapai jika koefisien d2 ≤1. Perubahan harga yang terjadi bersifat netral dalam proporsional persentase jika koefisien d2 = 1.

3.7. Metode Penelitian

Dokumen terkait