• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Matriks Internal-Eksternal ( Internal-External Matrix )

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6. Implikasi Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret di Kabupaten Sambas.

5.4.3. Analisis Matriks Internal-Eksternal ( Internal-External Matrix )

Gabungan kedua matriks IFE dan EFE akan menghasilkan matriks Internal- Eksternal (IE) yang berisikan Sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE. Nilai IFE yang diperoleh adalah sebesar 2,512 dan nilai EFE adalah 2,509 (Gambar 10). Perpaduan dari kedua nilai tersebut menunjukan bahwa strategi pengembangan serat sabut kelapa berkaret (sebutret) ini terletak pada sel ke lima, yaitu sel stabilitas yang dapat dikelola dan dilakukan dalam pengembangan kedepannya dengan penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Berdasarkan gambaran dari matriks Internal-Eksternal (IE) di atas yang menyatakan bahwa pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret di Kabupaten Sambas yaitu dengan cara penetrasi pasar dan pengembangan produk. Menurut David (2009) mengatakan bahwa penetrasi pasar (market penetration) adalah strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar. Sedangkan pengembanagn produk (product development) menurut David (2009) adalah sebuah strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini.

Skor Total IFE = 2,512

Kuat Rataan Lemah 4,0 3,0 2,0 1,0 II III V VI VIII IX Gambar 10. Matriks IE Tinggi Skor Total EFE = 2,509 3,0 I IV VII Rataan 2,0 Rendah 1,0

4.8.Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret.

Berdasarkan analisis SWOT pada Tabel 26 dan posisi pengembangan agroindustri sebutret di Kabupaten Sambas pada matriks IE (Gambar 10), maka dapat dirumuskan strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan usaha serat sabut kelapa berkaret, yaitu:

a. Melakukan pendataan ulang yang lebih akurat tentang kepemilikan, fungsi dan tataguna lahan yang ada di kabupaten sambas dengan mengoptimalkan koordinasi antar instansi yang terkait terutama dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Dinas Pertanian, Badan Pertanahan Nasional, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Kecamatan-kecamatan sampai ke desa-desa, agar data yang dimiliki menjadi seragam. Hal ini bertujuan agar lahan-lahan perkebunan karet dan kelapa yang sudah ada dan hutan-hutan yang tersisa tidak beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat agar ketersediaan bahan baku tetap terjaga. Selain itu juga untuk menghindari adanya kepemilikan ganda dan memperjelas status kepemilikan pada lokasi tanah yang ada.

b. Melakukan studi kelayakan investasi usaha sebutret dengan terperinci agar kedepannya industri yang telah dijalankan tidak mengalami masalah. Oleh karena itu dalam studi tersebut harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu aspek pasar (meliputi permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan), aspek teknis dan produksi (meliputi skala produksi, proses produksi, mesin dan fasilitas, perlengkapan, penanganan limbah dan tata letak), aspek keuangan (meliputi sumber pendanaan, biaya, keuntungan dan tingkat pengembalian), aspek manajemen (meliputi struktur organisasi dan tenaga kerja), aspek hukum (meliputi badan hukum, jaminan hukum dan perizinan) dan aspek sosial ekonomi (meliputi devisa negara dan daerah, kesempatan kerja, dampak pada industri lain dan dampak pada masyarakat). c. Memproduksi sebutret yang sesuai dengan keinginan dan citarasa konsumen.

Artinya bahwa sebelum barang-barang yang telah diproduksi dipasarkan, terlebih dahulu dilakukan segmentasi pasar (market segmentation), targeting dan positioning. Segmentasi pasar didefinisikan sebagai pembagian pasar menjadi bagian-bagian konsumen yang berbeda menurut kebutuhan dan

kebiasaan belanja mereka. Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Sedangkan Positioning adalah penetapan posisi pasar, yang tujuannya adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing yang ada di pasar ke dalam benak konsumen (David, 2009), sehingga produk yang telah dihasilkan tepat sasaran. Selain itu, diharapkan produk yang dihasilkan sesuai dengan perkembangan zaman yang mengedepankan kenyamanan kepada sipemakai produk.

Adapun proses pengolahan serat sabut kelapa berkaret menurut Sinurat et al (2001) adalah sebagai berikut: Sabut lunak atau sabut keras yang telah direndam di dalam bak perendaman diolah dengan mesin pemisah untuk menghasilkan serat. Serat dibersihkan dan dipisahkan dari kotoran, kemudian dikeringkan dan disimpan dalam bak. Serat hasil pemisahan ini disebut serat alami, dan produk sebutret yang terbuat dari serat alami disebut sebutret alami. Serat alami dan produk dari serat yang telah mengalami pengeritingan disebut sebutret keriting. Proses pengeritingan dilakukan dengan memintal serat terlebih dahulu menggunakan mesin pemintal. Hasil pemintalan serat digulung pada beberapa rol penggulung. Selanjutnya, rol-rol penggulung tersebut dipindahkan dan ditempatkan secara bertingkat pada rak rol penggulung. Dengan menarik ujung-ujung pintalan serat dari rol-rol penggulung, kemudian menggabungkan dan memuntirnya dengan alat pembuat tali dan akan terbentuk tali atau tambang yang terdiri atas beberapa pintalan serat. Selanjutnya, tumpukan tali direndam dalam uap air mendidih selama 15-20 menit, lalu dipindahkan dan diperam atau dikeringkan pada suhu ruangan paling sedikit selama 14 hari di dalam bak pemeraman. Tali hasil pemeraman dibuka dan diurai lagi dengan menggunakan tangan (secara manual) dan diperoleh serat yang telah berubah menjadi serat keriting permanen. Sebelum proses pencetakan terlebuh dahulu yang dilakukan adalah membuat kompon lateks. Pembuatan kompon lateks tersebut dapat dilakukan selama proses pemeraman tali. Lateks kebun diolah dengan menggunakan mesin sentrifusi untuk menghasilkan kompon lateks pekat pendadihan. Bahan kimia yang berfase serbuk padat ditimbang dan diolah di dalam mesin ball milldan mengubahnya menjadi bahan dispersi. Selanjutnya lateks pekat dan bahan dispersi dicampur

dengan menggunakan mixer dan diperam selam 72 jam untuk menghasilkan kompon lateks. Setelah itu serat alami atau serat keriting ditaburkan dan dicetak dengan ketebalan yang seragam antara 2-4 cm untuk membentuk sheet tipis. Kompon lateks yang telah dipersiapkan disemprot dengan menggunakan alat penyemprot pada kedua permukaan sheet yaitu bagian atas dan bawah, dan diharapkan agar kabut kompon dapat menembus dan membasahi seluruh bagian dalam sheet. Sheetbasah yang baru disemprot dikeringkan terlebih dahulu pada suhu ruangan atau ditiup dengan udara menggunakan kipas angin atau dapat juga di dalam pengering yang bersuhu 400C, sebelum dimasukan ke dalam oven pemvulkanisasi. Sheet tebal dapat dibentuk dengan cara menumpuk beberapa sheet tipis yang telah dikeringkan, dengan terlebih dahulu dibubuhi dengan lapisan perekat dengan menyemprotkan sedikit kompon lateks pada permukaan sheet yang akan bersinggungan. Tumpukan sheet-sheet tipis ditekan di dalam cetakan penjepit secara perlahan dengan tangan atau alat tekan guna merapatkan kedua permukaan yang saling bersinggungan sehingga diperoleh kerapatan atau ketebalan sheet yang diinginkan. Selanjutnya kedua belah cetakan, atas dan bawah dikunci atau diikat dengan baut atau kawat pengikat yang terpasang pada cetakan, lalu cetakan yang berisi sheettebal dimasukan ke dalam oven pemvulkanisasi. Proses vulkanisasi berlangsung pada suhu 100 0C selama 60-90 menit, dengan kecepatan aliran udara panas di dalam oven vulkanisasi antara 0,125-0,213 m/dt. Sebagai tahap akhir pengolahan, sisi pinggir produk hasil vulkanisasi dipotong atau diratakan dengan menggunakan alat pemotong sebutret dan produk akhir dibungkus dan disimpan di dalam gudang.

Hasil dari produk yang telah dibuat pastinya tidak akan luput dari permasalahan. Ada beberapa faktor menurut Sinurat et al (2001) yang berpengaruh dalam proses pembuatan sebutret tersebut, antara lain:

a) Tingkat kekeringan pada sabut, karena sabut yang terlalu kering akan menyulitkan dalam proses pemisahan serat.

b) Besar kecilnya diameter gulungan pintalan pada rol penggulung, karena makin besar diameter rol penggulung makin cepat penarikan tali dari corong

pemuntir yang mengakibatkan pintalan menjadi mudah terputus. Diameter gulungan pintalan yang disarankan tidak melebihi dari 100 mm.

c) Penggunaan jenis serat, apakah serat alami atau tanpa pengeritingan ataupun serat keriting, sehingga untuk pembuatan sebutret yang relatif tebal hendaknya menggunakan serat keriting karena serat keriting mempunyai kepegasan yang lebih baik dibandingkan dengan serat alami.

d) Penggunaan jenis pengolahan kompon lateks, karena lateks yang dihasilkan dengan metode pusingan memiliki tingkat pampatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lateks dadih.

e) Jumlah kompon lateks yang disemprotkan.

f) Proses penekanan pada tumpukan sheet, karena kurangnya penekanan pada sheet akan berpengaruh pada tingkat kerapatannya sehingga menyebabkan besarnya rongga di dalam produk.

g) Tingkat kepegasan akan berkurang apabila produk terkena air dan berada dalam ruangan yang lembab. Kepegasan produk akan kembali normal apabila dipindahkan ke dalam ruangan yang kering. Hal ini terjadi karena serat-serat yang telah diselubungi oleh lapisan karet menjadi agak kaku dan cendrung kembali keposisi awal.

h) Alat penyemprot yang digunakan, karena kompon lateks dadih yang bersifat cendrung menggumpal sehingga proses penyemprotan akan terhenti yang disebabkan oleh terjadinya penyumbatan di dalam saluran nozle injektor jika kompresor tidak mampu memompakan udara dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan kompresor yang bertenaga 3-4 Hp atau sekitar 0,75 Hp. Contoh bentuk produk sebutret dari serat alami dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Produk sebutret dari serat alami (BPTK Bogor)

d. Melakukan kegiatan persiapan sumber daya manusia, sumber daya alam, infrastruktur dan sumber pendanaan. Peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan mengadakan pembinaan dan pelatihan dalam pengolahan produk sebutret dari instansi yang terkait seperti Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan perdagangan melalui Balai Latihan Kerja (BLK) ataupun dengan mengadakan kerjasama dengan institusi atau lembaga- lembaga yang berkompeten dibidang pengolahan sebutret. Adapun tujuannya adalah dapat memberikan pengetahuan dalam proses pembuatan sebutret dan meningkatkan pengelolaan usaha yang berupa peningkatan produk yang akan dihasilkan, manajemen produksi dan tenaga kerja, administrasi dan keuangan, pemasaran produk, serta tentang pemeliharaan mesin dan peralatan produksi. Kegiatan pembinaan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan, seminar, diskusi maupun dengan melakukan studi banding ke tempat-tempat yang telah memproduksi produk yang sama agar produk yang dihasilkan memiliki daya saing tinggi. Hasil dari pelatihan dan pembinaan tersebut diharapkan akan menciptakan tenaga kerja yang terampil dan bisa diandalkan dalam manajemen organisasi dan menghasilkan produk yang bermutu dan mampu bersaing dengan produk-produk sejenis yang berbahan baku dari sintetis baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional.

Persediaan sumber daya alam diarahkan untuk pengembangan industri hulu agar ketersediaan bahan baku tetap untuk industri pengolahan sebutret tetap terjaga keberlanjutannya dengan meningkatkan produktifitas kerja petani karet dan kelapa. Selain meningkatkan produktifitas kerja petani, hal-hal yang penting untuk dipertimbangkan adalah dalam pengumpulan bahan baku

tersebut. Proses pengumpulan bahan baku, khusus untuk komoditas kelapa dapat dilakukan dengan membeli langsung kepada petani melalui kelompok tani, pedagang pengumpul kelapa ataupun ke industri kopra atau pengolahan minyak kelapa yang ada di daerah yang bersangkutan. Sedangkan proses pengumpulan lateks karet melalui kelompok tani yang ada ataupun mendatangi langsung kepetani karet, jika ingin mendapatkan lateks karet dan bukan kepedagang pengumpul karet karena pedagang pengumpul hanya membeli produk dalam bentuk bokar dan sheet-sheet tipis yang telah melalui proses penggilingan manual.

Selain itu, hal-hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kegiatan pembangunan infrastruktur yang berupa jalan karena dari total 842,15 km jalan yang ada sekitar 64,52 % jalan yang masih berbentuk jalan tanah dan berkerikil. Pembangunan jembatan yang menghubungkan antara kecamatan Tekarang dengan Perigi Piyai di Kecamatan Tebas dan jembatan yang merupakan akses dari ibu kota Kecamatan Teluk Keramat dengan ibu kota Kabupaten yaitu antara Teluk Keramat dengan Tanjung Harapan. Penyediaan tenaga listrik yang masih terjadi pemadaman bergilir disemua wilayah Kabupaten Sambas dan jaringan telekomunikasi yang masih belum terjangkau dan masih belum dapat dinikmati oleh semua masyarakat Kabupaten Sambas sebagai faktor penunjang untuk akses pembangunan industri pengolahan serat sabut kelapa berkaret di daerah-daerah yang menjadi sentra produksi karet dan kelapa. Agar pengembangan agroindustri sebutret dapat berjalan diperlukan sumber pendanaan. Pendanaan adalah suatu indikator penting dalam mendeteksi apakah suatu usaha dapat dijalankan atau tidak. Usaha tersebut dapat didanai baik dengan modal sendiri, modal asing, ataupun gabungan keduanya, akan dapat mencapai keuntungan yang ekonomis. Bagaimana struktur modal tersebut disusun agar dapat meminimumkan biaya modal (cost of capital), sehingga akan optimal penggunaannya. Sumber dana yang didapat dari modal asing yaitu: sumber dana yang didapatkan dari luar perusahaan (kreditur) yang tidak ikut memiliki perusahaan tersebut seperti bank, perusahaan asing, dan lain sebagainya. Sumber dana dari modal asing biasanya berwujud hutang, baik hutang jangka panjang, maupun hutang jangka pendek. Sumber dana dari

internal perusahaan yang akan melakukan aktivitas usaha. Sumber dana ini disebut juga sebagai sumber dana modal sendiri. Sumber dana modal sendiri biasanya berwujud modal saham. Jika usaha pengembangan sebutret tersebut dijalankan dalam bentuk koperasi maka modal koperasi diperoleh dari simpanan pokok, wajib dan sukarela dari anggota.

e. Membangun industri pengolahan sebutret yang berbasis kerakyatan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan petani dan peningkatan ekonomi daerah, baik melalui pendirian Koperasi, BUMD, maupun dengan melakukan kerjasama (mitra) dengan pihak swasta.

Kemitraan yang dilakukan dengan pihak swasta diharapkan akan menciptakan:

a) Saling memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan pasokan bahan baku dan kelompok mitra memerlukan penampungan hasil dan bimbingan. b) Saling memperkuat dalam arti baik kelompok mitra maupun perusahaan

mitra sama-sama memperkuat kedudukan masing-masing dalam meningkatkan daya saing usahanya.

c) Saling menguntungkan, yaitu kelompok mitra maupun perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan dan kesinambungan usaha.

Adapun bentuk kerjasama atau kemitraan dapat dilakukan dengan berbagai pola kerjasama, antara lain:

a) Pola Sub-kontrak, pola ini merupakan hubungan kemitraan yang dilakukan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi barang-barang yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

b) Pola Dagang umum, pola ini merupakan hubungan kemitraan yang dilakukan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan mitra.

c) Pola Keagenan, pola ini merupakan hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa perusahaan mitra.

d) Pola Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA), pola ini merupakan hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan/atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan komoditas kelapa dan karet.

Tabel 29. Alternatif lokasi pembangunan agroindustri sebutret berdasarkan keunggulan dan kelemahan dari masing-masing daerah

Kecamatan Keunggulan Kelemahan

Teluk Keramat

- Memiliki luas lahan karet terbesar.

- Memiliki jumlah penduduk kedua terbesar.

- Berbatasan langsung dengan kecamatan penghasil kelapa terbesar di kab. Sambas.

- Tidak memiliki lahan perkebunan kelapa. - Akses transportasi ke jalan

utama kabupaten kurang mendukung karena harus menggunakan kapal penyeberangan sungai Sambas besar.

Jawai

- Memilliki luas lahan kelapa terbesar.

- Berbatasan langsung dengan kecamatan penghasil karet terbesar di kab. Sambas.

- Lahan perkebunan karet yang ada masih belum berproduksi.

- Akses transportasi ke jalan utama kabupaten kurang mendukung karena harus menggunakan kapal penyeberangan sungai Sambas besar.

Tebas

-. Memiliki jumlah penduduk terbesar.

- Memiliki akses transportasi yang strategis karena dilewati oleh jalan utama yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kab. Sambas.

- Dekat dengan pelabuhan laut Sintete yang dimiliki oleh kab. Sambas.

- Luas perkebunan karet hanya menempati urutan ke 13 terbesar dari 19 kec. yang ada di kab. Sambas. - Luas perkebunan kelapa

hanya menempati urutan ke 10 terbesar terbesar dari 19 kec. yang ada di kab. Sambas.

Susunan organisasi dalam suatu usaha disesuaikan dengan kebutuhan, karena susunan organisasi dalam setiap perusahaan akan berbeda yang didasarkan pada besar kecilnya usaha yang dijalankan. Jika usaha tersebut dalam bentuk koperasi, secara umum bentuk organisasinya meliputi Rapat Anggota Tahunan (RAT), pembina, pengurus, pengawas, unit usaha dan anggota. Sedangkan bentuk organisasi dalam badan usaha atau perusahaan secara umum meliputi direktur/ketua, sekretaris, bendahara, divisi pengolahan,

divisi pengendalian mutu, divisi pengadaan bahan baku dan divisi pemasaran. Dimana setiap divisi-divisi tersebut memiliki staf atau karyawan yang menjalankan tugasnya masing-masing yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing divisi.

Gambar 12. Peta administrasi Kabupaten Sambas

Berdasarkan pada ketersedian bahan baku, jumlah tenaga kerja dan kemudahan akses transportasi, menurut analisis dari peneliti ada beberapa alternatif lokasi yang cocok untuk dijadikan sebagai tempat pembangunan agroindustri serat sabut kelapa berkaret yang didasarkan pada keunggulan dan kelemahan dari masing-masing daerah kecamatan tersebut. Adapun yang menjadi keunggulan dan kelemahannya adalah seperti yang tercantum dalam Tabel 29. Mengenai letak kecamatan yang akan direkomendasikan sebagai

alternatif untuk menjadi lokasi berdirinya usaha agroindustri dapat dilihat pada Gambar 12.

f. Melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang berkompeten dalam bidang pengolahan sebutret seperti dengan Balai peneltian Teknologi Karet Bogor (BPTK Bogor) ataupun dengan pengusaha sebutret yang ada di Cilacap dan lain-lain dalam rangka proses alih teknologi. Kerjasama yang dilakukan tersebut dapat dalam bentuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut tentang proses pengolahan sebutret agar tercipta produk yang berkualitas dengan memodifikasi bentuk dan jenis produk (diversifikasi produk) sehingga tercapai tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah sehingga mampu bersaing baik dalam negeri maupun luar negeri dan dapat bersaing dengan produk rumah tangga yang berbahan baku dari sintetis.

g. Menyediakan peralatan dan mesin proses produksi untuk menghasilkan produk sebutret. Adapun peralatan dan mesin yang digunakan dalam proses tersebut (Sinurat et al, 2001) antara lain seperti:

a) Bak perendam yang berfungsi untuk merendam sabut kering.

b) Mesin pemisah serat yang berfungsi untuk memisahkan antara serat halus dan serat kasar.

Menurut Sinurat (2000) mesin pemisah serat sabut kelapa terdiri dari dua unit utama, yaitu unit penggilas dan unit pemisah (seperti pada Gambar 13). Adapun cara kerja mesin pemisah serat sabut kelapa adalah motor listrik penggerak (1) (Gambar 13a.) berfungsi untuk menggerakkan poros rotor unit pemisah (2) dengan V-belt, dan poros rotor menggerakkan poros unit penggilas (3) dengan V-belt dan gigi-gigi pengubah (reducing gear). Unit penggilas yang terdiri dari dua buah rol berfungsi untuk menekan, menggeser dan memecahkan gabus pengikat serat sabut kelapa. Unti pemisah (2) terdiri atas stator dan rotor. Sabut yang telah digilas dalam unit penggilas jatuh dan diumpankan ke dalam unit pemisah melalui saluran pengumpan (7). Selanjutnya di dalam stator (1) pada Gambar 13a. sabut akan dibanting, digeser, dicabik dan diceraiberaikan oleh sudu-sudu rotor yang terdiri atas sudu-sudu pemukul (6) dan pemindah (7). Stator (1)

dilengkapi dengan sudu-sudu penyangga (5) yang berfungsi sebagai penahan sabut. Serat yang terpisah dikeluarkan melalui saluran serat (6) pada Gambar 13b. sedangkan gabus dan serat-serat pendek dikeluarkan melaui saluran gabus (5). Mesin akan digerakkan oleh motor listrik yang bertenaga 5 Hp (horsepower) dengan putaran 1440 rpm (rotasi permenit) dapat menghasilkan serat panjang dan sedang sebanyak 35,3%, 6,9% serat pendek, 49% gabus (debu sabut kelapa) dan 16,8% bagian yang hilang. Gambar tentang alat pemisah serat dapat dilihat pada Gambar 13a dan Gambar 13b.

Gambar 13a. Mesin pemisah serat sabut kelapa (tampak depan) (Sinurat, 2000)

Gambar 13b. Mesin pemisah serat sabut kelapa (tampak samping kanan) (Sinurat, 2000)

Keterangan:

1. Motor 5.Saluran gabus 2. Unit pemisah 6. Saluran serat 3. Unit penggilas 7. Hopper 4. Kerangka

c) Mesin pemintal yang berfungsi untuk pemintalan serat.

Menurut Sinurat (2000) mesin pemintal serat terdiri dari empat unit utama, yaitu motor listrik (1), corong pemuntir (8), rangka pemutar (9), dan rol penggulung (13) seperti pada Gambar 15. Adapun cara kerja dari mesin pemintal serat sabut kelapa adalah mesin pemintal serat digerakkan oleh motor listrik yang bertenaga 1 Hp dengan laju putaran 1470 rpm. Motor listrik (1) menggerakkan poros pulley (3) dan pulley (6) dengan transmisi B-velt atau pulley (2), selanjutnya dengan transmisi atau pulley (6) menggerakkan poros (7) yang juga sebagai poros roda gigi penggerak kedua corong pemuntir (8). Demikian juga dengan pulley (3) yang menggerakkan poros (4) berfungsi sebagai poros penggerak rangka pemutar (9). Rangka pemutar (9) menggerakkan poros (10), dan selanjutnya menggerakkan rol penggulung (13) dengan transmisi roda- roda gigi (11) dan roda friksi (12). Serat yang akan dipintal akan ditumpuk di atas pengumpan (14). Serat-serat tersebut dimasukan secara manual melalui lobang pengumpan ke dalam corong pemuntir (8). Serat yang telah dipuntir oleh corong pemuntir (8) dimasukan lagi ke dalam corong tetap hingga ke lobang poros berongga (10) dan selanjutnya dipuntir dan ditekan (dilemaskan) lagi oleh rol pemuntir. Pintalan serat yangkeluar dari roll pemuntir digulung oleh rol penggulung (13). Setelah rol penggulung (13) terisi penuh, pintalan serat akan dipindahkan atau digulung pada rol yang lain dan akan dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan tali dengan cara menggabungkan beberapa pintalan serat. Hasil dari pemintalan dengan tenaga 1 Hp dengan laju putaran 1470 rpm dapat menghasilkan 109,86 m/jam. Gambar tentang alat pemintal serat dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini:

Gambar 14. Alat pemintal serat (Sinurat, 2000) d) Alat pemintal tali.

Alat pemintal ini berfungsi untuk membentuk tali dengan menggabungkan 2-4 pintalan serat. Alat ini terdiri dari dua unit utama, yaitu rak dan palang pemutar. Rak berfungsi sebagai dudukan rol-rol penggulung, dan palang berputar yang dilengkapi dengan tiga buah roda

Dokumen terkait