Hasil analisis rasio alokasi belanja aparatur dan belanja publik tersaji
dalam Lampiran 33-36. Berdasarkan hasil analisis Lampiran 33
menunjukkan bahwa rasio belanja aparatur dalam kurun waktu 1983-2005
sebesar 49,33% dan rasio belanja publik dalam kurun waktu yang sama
sebesar 50,67% (Gambar 10). Komposisi rasio belanja aparatur dan belanja
publik tersebut merupakan komposisi yang cukup baik dan akan lebih baik
lagi apabila rasio belanja publik jauh lebih besar daripada rasio belanja
aparatur. Sebagaimana pendapat Hakim (2006 : 28), menyatakan bahwa
semakin tinggi rasio belanja aparatur (rutin) terhadap APBD maka semakin
kecil dana yang digunakan untuk pembangunan ekonomi di wilayah dan akan
semakin kecil dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat. Sebaliknya semakin kecil rasio belanja aparatur (rutin) terhadap
APBD maka semakin besar dana yang digunakan untuk pembangunan
ekonomi di wilayah dan akan semakin besar dampak terhadap peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
BELANJA APARATUR 49,33
BELANJA PUBLIK 50,67
BELANJA APARATUR BELANJA PUBLIK
Gambar 10. Perbandingan Rasio Belanja Aparatur dan Belanja Publik
Periode 1983-2005
Periode 1983-2005 merupakan periode gabungan antara Kabupaten
Bekasi dan Kota Bekasi. Dalam periode 1983-1996 Kota Bekasi masih
bergabung dengan Kabupaten Bekasi. Sejak tahun 1997 Kota Bekasi
memekarkan diri dan berpisah dengan Kabupaten Bekasi. Lampiran 34
menganalisis rasio alokasi belanja aparatur dan belanja publik Pemerintah
Kota Bekasi (periode 1997-2005).
Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 34, rasio alokasi belanja
aparatur Pemerintah Daerah Kota Bekasi dalam kurun waktu tahun 1997-
2005 sebesar 52,56% artinya dari anggaran belanja Pemerintah Daerah Kota
Bekasi sebesar Rp. 3.002.644.000.000 yang dialokasikan untuk belanja
aparatur sebesar Rp. 1.484.689.000.000. Rasio belanja publik sebesar
47,44% berarti bahwa dari anggaran belanja Pemerintah Daerah Kota Bekasi
sebesar Rp. 3.002.644.000.000 yang dialokasikan untuk belanja publik
sebesar Rp. 1.517.955.000.000.
51
Dari hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kebijakan Pemerintah
Kota Bekasi dalam pengalokasian anggaran belanja (APBD) dalam kurun
waktu 1997-2005 belum tepat, karena mengkomposisikan rasio belanja
aparatur lebih tinggi dari pada rasio belanja publik (52,56% : 47,44%). Hal
demikian berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat yang semakin kecil (Hakim, 2006:28). Walaupun pada dua tahun
terakhir menunjukkan perubahan komposisi rasio belanja yang lebih baik,
dimana rasio belanja publik terhadap APBD pada tahun 2004 sebesar
60,64% dan tahun 2005 sebesar 63,57% (Gambar 11).
32,46 63,97 65,69 58,56 58,25 55,31 63,02 39,36 36,43 67,54 36,03 34,31 41,44 41,75 44,69 36,98 60,64 63,57 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 1997/1998 1998/1999 1999/2000 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Tahun Rasio Belanja (%)
Belanja Aparatur Belanja Publik
Gambar 11. Perbandingan Rasio Belanja Aparatur dan Belanja Publik
Pemerintah Kota Bekasi Periode 1997-2005
Sejalan dengan kondisi di atas, hasil analisis yang disajikan dalam
Lampiran 35-36 menunjukkan bahwa rasio alokasi belanja bidang ekonomi
terhadap belanja publik hanya sebesar 2,84%. Artinya dari anggaran
belanja publik selama tahun 2001-2005 sebesar Rp. 1.549.715.571.966 yang
dialokasikan untuk bidang ekonomi untuk pembangunan ekonomi daerah
hanya sebesar Rp. 42.007.958.353. Sedangkan rasio belanja bidang
ekonomi terhadap total APBD Kota Bekasi menunjukkan angka yang lebih
kecil lagi yaitu sebesar 1,51%. Alokasi belanja bidang kesehatan terhadap
belanja publik sebesar 5,70% berarti bahwa dari anggaran belanja publik
sebesar Rp. 1.549.715.571.966 yang dialokasikan untuk bidang kesehatan
sebesar Rp. 98.252.041.527. Sedangkan rasio belanja bidang kesehatan
terhadap total APBD Kota Bekasi sebesar
3,26%. Alokasi belanja bidang
pendidikan terhadap belanja publik sebesar 13,91% mengandung arti bahwa
dari anggaran belanja publik sebesar Rp. 1.549.715.571.966 yang
dialokasikan untuk bidang pendidikan sebesar Rp. 224.681.853.761.
Sedangkan rasio belanja bidang pendidikan terhadap total APBD Kota Bekasi
sebesar7,66%.
Dalam kurun waktu 2001-2005, alokasi belanja bidang pendidikan
lebih besar dibandingkan dengan alokasi belanja untuk bidang ekonomi dan
kesehatan. Walaupun demikian, belanja untuk bidang pendidikan masih
berada dibawah harapan undang-undang dasar yang mewajibkan anggaran
belanja untuk bidang pendidikan minimal 20% dari total anggaran pemerintah
(daerah).
Berdasarkan komposisi kegiatan/proyek dalam bidang ekonomi
selama tahun 2001-2005 (Lampiran 7, 10, 13, 16 dan 19) menunjukkan
bahwa kegiatan/proyek yang bernilai nominal Rp. 500.000.000 atau lebih
sebagian besar merupakan kegiatan/proyek yang tidak secara langsung
menyentuh kebutuhan ekonomi masyarakat. Seperti Proyek Penyertaan
Modal pada Bank Jabar Cabang Bekasi, Proyek Pengadaan Tanah untuk
Rumah Potong Hewan (RPH), Proyek Pembangunan RPH, Proyek
Pembangunan Pusat Promosi Handycraft dan Makanan Etnik, dan Kegiatan
Pengembangan Budidaya Perikanan Darat (Tabel 14). Kegiatan-kegiatan
tersebut berupa kegiatan/proyek yang bersifaf kegiatan fisik (pembangunan
gedung) yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat.
Begitu juga penyertaan modal ke Bank Jabar Cabang Bekasi merupakan
53
kegiatan/proyek yang tidak ada hubungan langsung dengan pengembangan
ekonomi masyarakat, karena nasabah Bank Jabar cabang Bekasi tidak
hanya penduduk Kota Bekasi tetapi juga meliputi penduduk Kabupaten
Bekasi bahkan dari Kabupaten/Kota lainnya.
Tabel 14. Kegiatan/Proyek Bidang Ekonomi pada Periode 2001-2005 di
Pemerintah Kota Bekasi
TAHUN
KEGIATAN/PROYEK
BIAYA (Rp)
2001
- Proyek pengadaan tanah untuk RPH.
- Proyek penyertaan modal Bank Jabar cabang
Bekasi.
- Proyek Bantuan Peduli Kota Bekasi.
700.000.000
786.748.853
500.000.000
2002
- Proyek pembangunan rumah potong hewan
(RPH)
- Proyek penyertaan modal Bank Jabar cabang
Bekasi
- Proyek Peduli Kota Bekasi
900.000.000
715.000.000
650.000.000
2003
- Peduli kota bekasi
- Lanjutan pembangunan RPH
1.055.000.000
2.000.000.000
2004
- Lanjutan pembangunan RPH tahap II
- Pengembangan budidaya perikanan darat
- Pembangunan pusat promosi handycraft dan
makanan etnik bekasi
- Latihan ketrampilan kerja (LKK) dan magang
500.000.000
1.100.000.000
750.000.000
550.000.000
2005
- Pemberdayaan dan pameran produk UKM
- Pembangunan RPH tahap IV
- Penguatan program ekonomi lemah (peduli
bekasi)
- Lanjutan pembangunan pusat promosi
handycraft dan makanan etnik
650.000.000
2.920.487.000
1.000.000.000
600.000.000
Sumber : Diolah dari Pemerintah Kota Bekasi (2001-2005)
Kegiatan/proyek bidang ekonomi dengan nominal anggaran Rp.
500.000.000 atau lebih yang benar-benar langsung menyentuh kebutuhan
ekonomi masyarakat meliputi : Proyek Bantuan Peduli Kota Bekasi, Kegiatan
Latihan Ketrampilan Kerja (LKK) dan Magang, dan Kegiatan Pemberdayaan
dan Pameran Produk UKM. Kegiatan/Proyek Bantuan Peduli Kota Bekasi
yang dimulai sejak tahun anggaran 2001 dirancang untuk memfasilitasi
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam hal penyediaan modal
usaha melalui fasilitas kredit lunak dengan bunga 9 % per tahun dan tanpa
agunan. Setiap UMKM bisa mengajukan kredit dengan batas maksimal
Rp. 10.000.000 per orang dengan batas waktu pengembalian paling lama
dua tahun.
Berdasarkan evaluasi kegiatan/proyek yang dilaksanakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BEPEKA) tahun 2005 menunjukkan bahwa
proyek/kegiatan Bantuan Peduli Bekasi tahun anggaran 2001, 2002, dan
2003 dinyatakan bermasalah (tidak tepat sasaran). Kegagalan
proyek/kegiatan Bantuan Peduli Bekasi tahun anggaran 2001-2003 diduga
disebabkan beberapa hal, antara lain : (1) tidak adanya agunan kredit
membuka peluang korupsi, kolusi dan nepotisme; (2) Tidak kredibelnya
pengelola proyek/kegiatan sehingga dapat diintervensi oleh kepentingan
pihak luar dan membuka peluang salah sasaran; (3) Adanya interest pribadi
dari penanggung jawab proyek/kegiatan; dan (4) Tidak adanya
pendampingan proyek/kegiatan. Untuk itu proyek/kegiatan Bantuan Peduli
Bekasi tahun anggaran 2005 mekanismenya diperbaiki dengan cara (1)
Adanya agunan/jaminan kredit, minimal BPKB motor; (2) Bank
penyelenggara kredit dipindahkan dari Bank Jabar ke Bank BRI cabang
Bekasi untuk menghindari tumpang-tindih antara proyek/kegiatan Bantuan
Peduli Bekasi tahun 2001-2003 yang telah dinyatakan bermasalah dengan
proyek/kegiatan Bantuan Peduli Bekasi tahun 2005; (3) Mengaktifkan kembali
tim survey dan monitoring lintas SKPD untuk mensurvey kelayakan usaha
UMKM yang akan meminjam kredit dan memonitoring pengembalian bantuan
peduli bekasi.
Proyek/kegiatan di bidang kesehatan periode tahun 2001-2005
(Lampiran 8, 11, 14, 17 dan 20) dengan nilai nominal Rp. 500.000.000 atau
lebih hampir semuanya merupakan proyek/kegiatan yang menyentuh
55
langsung kebutuhan masyarakat (Tabel 15), hanya Proyek/Kegiatan
Penambahan Daya Listrik dari 164 KVA - 850 KVA untuk rumah sakit umum
daerah (RSUD) dan Proyek Pembangunan Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit yang tidak secara langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.
Pengaruhnya terhadap peningkatan kesehatan masyarakat yang diukur
dengan indikator angka harapan hidup (AHH) ternyata cukup signifikan
(Lampiran 30).
Tabel 15. Kegiatan/Proyek Bidang Kesehatan pada Periode 2001-2005 di
Pemerintah Kota Bekasi
TAHUN
KEGIATAN/PROYEK
BIAYA (Rp)
2001
- Proyek pengadaan obat.
- Proyek pengadaan peralatan medis rawat
inap.
- Proyek pengadaan perlengkapan ruang
eksekutif.
700.000.000
600.000.000
761.997.000
2002
- Proyek pelayanan kesehatan keluarga miskin
(gakin)
- Proyek pengadaan alat-alat kesehatan
- Proyek rehabilitasi/pembangunan sarana dan
prasarana kesehatan.
- Proyek pembangunan gedung kesehatan
tahap I.
- Proyek pengadaan alat instalasi gawat
darurat.
- Proyek pembangunan sistem informasi
manajemen rumah sakit.
- Proyek bantuan pengadaan obat.
800.000.000
500.000.000
955.000.000
1.000.000.000
1.751.000.000
750.000.000
1.400.000.000
2003
- Pengadaan obat-obatan
- Bantuan pelayanan kesehatan dasar
keluarga miskin.
- Pengadaan alat kesehatan.
- Pelayanan kesehatan keluarga miskin (gakin)
- Pelayanan RSUD
- Pembangunan klinik paru RSUD
1.400.000.000
750.000.000
540.000.000
1.400.000.000
7.390.024.450
594.000.000
Lanjutan Tabel 15.
TAHUN
KEGIATAN/PROYEK
BIAYA (Rp)
2003
- Pengadaan alat medis dan sarna
penunjangnya
- Penambahan daya listrik dari 164 KVA – 850
KVA
7.260.225.077
1.000.000.000
2004
- Pengadaan obat
- Rujukan gakin
- P2P/PL (Pencegahan dan pemberantasan
kejadian luar biasa)
- Peningkatan penunjang sarana kesehatan
khusus di Kec. Bantargebang
- Pengadaan alat kesehatan
- Pelayanan kesehatan keluarga miskin (gakin)
- Pelayanan RSUD
- Pengadaan bahan laboratorium dan radiologi
- Pengadaan obat-obatan RSUD
- Pembangunan gedung RSUD tahap II
- Rehab gedung farmasi, bougenvile dan rawat
inap
- Pengadaan penunjang alat medis, kamar
operasi
- Pengadaan alat-alat kesehatan
2.500.000.000
920.000.000
600.000.000
766.000.000
500.000.000
1.500.000.000
9.969.789.000
2.300.000.000
3.605.200.000
3.500.000.000
650.000.000
1.000.000.000
1.300.000.000
2005
- Pengadaan dan pemeliharaan alat kesehatan
medis dan non medis
- Pengadaan obat
- Pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin
- Peningkatan pelayanan kesehatan
- Pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin
- Pemasangan instalasi jaringan listrik RSUD
- Pengadaan alat obat-obatan RSUD
- Pengadaan bahan laboratorium dan radiologi
- Pengadaan alat-alat urology
- Pemberian makanan tambahan anak sekolah
(PMTAS)
600.000.000
3.000.000.000
1.000.000.000
683.000.000
12.146.849.000
2.000.000.000
2.000.000.000
4.444.515.000
2.300.000.000
500.000.000
Sumber : Diolah dari Pemerintah Kota Bekasi (2001-2005)
Proyek/kegiatan di bidang pendidikan periode tahun 2001-2005
(Lampiran 8, 11, 14, 17 dan 20) dengan nilai nominal Rp. 500.000.000 atau
lebih sebagian besar dari belanja pendidikan dalam setiap tahun anggaran
57
merupakan proyek/kegiatan pembangunan fisik (pembangunan/rehabilitasi
gedung sekolah) (Tabel 16).
Tabel 16. Kegiatan/Proyek Bidang Pendidikan pada Periode 2001-2005 di
Pemerintah Kota Bekasi
TAHUN
KEGIATAN/PROYEK
BIAYA (Rp)
2001
- Proyek rehabilitasi total dan rehabilitasi berat
SD/MI.
- Proyek Pembangunan SD Karang kitri.
- Proyek rehabilitasi SD di sekitas TPA
Bantargebang.
- Proyek tambahan lokal SLTP dan SMU
- Proyek bantuan pendidikan
- Proyek pembangunan sarana pendidikan
menengah
12.061.258.000
680.000.000
500.000.000
850.000.000
500.000.000
2.387.560.000
2002
- Proyek rehabilitasi SD
- Proyek bantuan MI/MTS/MA
- Proyek pengadaan mebelair SD
- Pryek pengadaan buku paket SD, SLTP, SMU
dan SMKN
- Proyek rehabilitasi pendidikan menengah
17.255.150.000
1.000.000.000
1.054.000.000
2.430.450.780
2.951.662.761
2003
- Bantuan dana pendamping pembangunan
USB SMU Jawa Barat
- Bantuan insentif bagi guru honorer RA,
MI,MDA, MTS, MA.
- Pemberian beasiswa bagi siswa SD, MI,
SLTP,
MTS yang terancam DO
- Pemberian beasiswa bagi siswa yang
berprestasi SD, MI, SLTP, MTS, SLTA, MA
- Pengadaan buku paket pelajaran pokok SD,
SLTP, SLTA negeri dan swasta
- Pengadaan alat-alat peraga SD, SLTP, SLTA,
bermain TK/TPA dan pengadaan Alruran SD
- Subsidi penyelenggaraan pembiayaan (SPP)
SDN
- Pengadaan mebelair SD
600.000.000
822.500.000
530.000.000
510.000.000
510.000.000
500.000.000
1.050.000.000
1.000.000.000
Lanjutan Tabel 16.
TAHUN
KEGIATAN/PROYEK
BIAYA (Rp)
2003
- Rehabilitasi /peningkatan sarana SLTP dan
SLTA
- Rehabilitasi /peningkatan sarana SD
4.918.169.000
25.437.477.000
2004
- Rehabilitasi dan pembangunan sarana SD
- Rehabilitasi/peningkatan sarana SD/MI
- Luncuran rehabilitasi peningkatan sarana SD
- Rehabilitasi dan pembangunan sarana SLTP
dan SMU
- Bantuan insentif guru honorer RA, MDA, MI,
MTS, MA dan TPQ
- Penerimaan siswa baru PSB) tahun 2004-
2005
- Beasiswa bagi siswa berprestasi
- Beasiswa bagi siswa terancam DO
- Rintisan sekolah unggulan SD, MI, SMP, MTS,
SMU, MA.
- Peningkatan kelembagaan dan tenaga
pendidik
- Pengadaan mebelair untuk SD, SLTP, SMU
- Pengadaan buku perpustakaan
- Pengadaan alat laboratorium
- Insentif dana kelebihan mengajar guru SD dan
SPP SDN se kota bekasi
- Penyaluran dana subsidi biaya
penyelenggaraan pendidikan siswa SD/MI
- Bantuan simultan guru MI dan M. Diniyah
25.528.933.450
1.200.000.000
782.501.050
4.733.515.520
1.238.535.000
550.000.000
510.000.000
530.000.000
500.000.000
700.000.000
1.000.000.000
500.000.000
500.000.000
2.330.000.000
4.933.980.000
668.400.000
2005
- Biaya operasional penyelenggaraan
pendidikan di SDN, SMPN, SMAN dan SMKN
- Bantuan dana bagi siswa yang terancam putus
sekolah
- Bantuan biaya penerimaan siswa baru tingkat
SMP/MTS/SMA/MA/SMK negeri
- Pemberian insentif bagi guru honorer (RA,
MDA, MI, MTS, MA, TPQ), tutor (paket A,
B, C) dan tenaga pendidik pendidikan usia dini
- Pengembangan buku mata pelajaran
- Pengadaan buku perpustakaan
- Pemeliharaan gedung SD
- Pengadaan mebelair sekolah
6.810.000.000
700.000.000
700.000.000
1.899.240.000
6.000.000.000
500.000.000
1.500.000.000
2.450.000.000
59
Lanjutan Tabel 16.
TAHUN
KEGIATAN/PROYEK
BIAYA (Rp)
2005
- Luncuran pembangunan SD, SMP, SMA
- Bantuan revitalisasi SD/MI
- Pengadaan buku Iqro, juz Amma, dan Alquran
- Pengadaan peralatan laboratorium IPA
- Pengadaan peralatan laboratorium bahasa
- Pengadaan peralatan KBM melalui audio
visual
- Pengadaan komputer SD
- Dana stimulan MI, MTS, MA.
- Pembangunan dan rehabilitasi madrasah
- Lanjutan pembangunan/rehabilitasi sarana
pendidikan
- Pemberdayaan/rehabilitasi sarana pendidikan
SD
- Pembangunan / rehabilitasi bangunan sarana
pendidikan
501.268.400
630.000.000
500.000.000
500.000.000
500.000.000
500.000.000
800.000.000
750.000.000
600.000.000
23.307.679.000
2.140.000.000
27.504.330.800
Sumber : Diolah dari Pemerintah Kota Bekasi (2001-2005)
Perbandingan belanja bidang pendidikan untuk proyek/kegiatan fisik
(pembangunan/rehab gedung dan pengadaan mebelair) dan proyek/kegiatan
sarana pendidikan lainnya (beasiswa, pengadaan buku, insentif untuk guru,
bantuan operasional pendidikan, dan sebagainya) selama periode tahun
anggaran 2001-2005 memiliki rata-rata rasio 76,44% : 23,56% artinya dari
keseluruhan belanja di bidang pendidikan sebesar Rp.224,681,853,761 yang
dibelanjakan untuk proyek/kegiatan pembangunan/rehabilitasi gedung
sekolah dan pengadaan mebelair sebesar Rp. 162.998.202.981 dan
proyek/kegiatan sarana pendidikan lainnya sebesar Rp. 61.683.650.780.
Rasio belanja pembangunan/rehab gedung sekolah dan belanja sarana
pendidikan lainnya tersaji dalam Gambar 12.
89.24 10.76 82.78 17.22 76.88 23.12 65.66 34.34 67.67 32.33 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00
RASIO BELANJA PENDIDIKAN (%)
2001 2002 2003 2004 2005
TAHUN
PEMBANGUNAN/REHAB GEDUNG SARANA PENDIDIKAN LAINNYA
Gambar 12. Perbandingan Rasio Belanja Pembangunan/Rehab Gedung
Pendidikan dan Sarana Pendidikan Lainnya Periode 1997-
2005 di Kota Bekasi
Alokasi belanja untuk bidang pendidikan, baik proyek/kegiatan
pembangunan/rehabilitasi gedung sekolah dan pengadaan mebelair dan
proyek/kegiatan saran pendidikan lainnya berdampak signifikan terhadap
peningkatan pendidikan masyarakat Kota Bekasi yang diukur dengan
indikator rata-rata lama sekolah (RLS) dan angka melek huruf (AMH)
(Lampiran 31 dan 32).
V.
RANCANGAN PROGRAM
5.1 Identifikasi Faktor Kunci Keberhasilan (Key Success Factors/KSF)
Identifikasi KSF dilakukan dengan cara menyusun daftar KSF potensial yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui alokasi belanja publik. KSF potensial diperoleh dari hasil analisis kuantitatif yang telah dilakukan pada Bab IV dan hasil analisis kualitatif melalui observasi dan pengamatan langsung di lapangan. Hasil identifikasi KSF untuk acuan alokasi belanja publik untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, sebagai berikut :
- Rasio belanja publik dan belanja aparatur terhadap APBD.
- Rasio belanja bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan terhadap belanja publik dan APBD.
- Belanja aparatur dan belanja publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan indikator PDRB per kapita dan IPM.
- Political will dan komitmen kepala daerah terhadap alokasi belanja
untuk kesejahteraan masyarakat.
- Visi Pemerintah Kota Bekasi yaitu Bekasi kota jasa dan perdagangan.
- Renstra Pemerintah Kota Bekasi dan Renstra SKPD.
- Anggaran belanja (APBD) Pemerintah Kota Bekasi yang cukup besar (APBD tahun 2005 Rp. 772 milyar).
- Penerimaan/pendapatan daerah Pemerintah Kota Bekasi yang cukup besar (Penerimaan tahun 2005 Rp. 693 milyar).
- Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Bekasi yang cukup besar (PAD tahun 2005 Rp. 121 milyar).
- Sumberdya manusia (SDM) perencana pembangunan ekonomi pada Pemda Kota Bekasi.
- Perencanaan pembangunan ekonomi Kota Bekasi, sebagai pedoman pembangunan ekonomi Kota Bekasi.
- Mekanisme perencanaan pembangunan di Kota Bekasi.
Dari beberapa KSF potensial di atas, selanjutnya dipilih lima KSF yang benar-benar berpengaruh besar pada acuan alokasi belanja publik untuk kesejahteraan masyarakat (Tabel 17).
Tabel 17. Key Success Factors (KSF) Acuan Alokasi Belanja Publik untuk Kesejahteraan Masyarakat
NO KEY SUCCESS FAKTORS (KSF) BOBOT
1 Rasio belanja bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan terhadap belanja publik dan APBD
30
2 Penerimaan/pendapatan daerah 20
3 Perencanaan pembangunan ekonomi Kota Bekasi 20
4 Political will dan komitmen kepala daerah terhadap
alokasi belanja untuk kesejahteraan masyarakat
15
5 Visi Pemerintah Kota Bekasi yaitu Bekasi kota jasa dan perdagangan
15
JUMLAH 100
Tabel 17 menunjukkan bahwa KSF Rasio belanja bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan terhadap belanja publik dan APBD merupakan KSF yang memiliki pengaruh paling besar terhadap acuan alokasi belanja publik untuk kesejahteraan masyarakat dengan bobot 30. Hal ini sejalan dengan hasil analisis pengaruh belanja aparatur dan belanja publik terhadap kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan indikator PDRB per kapita dan IPM (Tabel 6 dan 8), menunjukkan bahwa belanja aparatur dan belanja publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengaruhnya bersifat positif. Alokasi belanja untuk bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan dengan memprioritaskan proyek/kegiatan yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat mempunyai pengaruh besar bagi kesejahteraan masyarakat (Tabel 14-16).
KSF penerimaan/pendapatan daerah, perencanaan pembangunan ekonomi Kota Bekasi, political will dan komitmen kepala daerah terhadap alokasi belanja untuk kesejahteraan masyarakat, dan visi Pemerintah Kota
63
Bekasi yaitu Bekasi kota jasa dan perdagangan masing-masing merupakan KSF yang memiliki pengaruh besar terhadap acuan alokasi belanja publik untuk kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh KSF penerimaan/pendapatan daerah, KSF ini sangat menentukan terhadap besarnya alokasi belanja aparatur dan belanja publik (APBD) yang akan dialokasikan setiap tahun anggaran. Penetapan besarnya APBD di dalamnya termasuk pula menentukan besarnya rasio belanja aparatur dan belanja pulik yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Contoh lainnya adalah KSF political will dan komitmen kepala daerah terhadap alokasi belanja untuk kesejahteraan masyarakat, dalam penyusunan dan penetapan APBD jika kepala daerah tidak memiliki political will dan komitmen terhadap kesejahteraan masyarakat, maka APBD yang dialokasikan tidak akan digunakan untuk proyek/kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan masyarakat atau porsi anggaran untuk kesejahteraan masyarakat yang akan dialokasikan relatif kecil.
5.2 Identifikasi Situasi Internal dan Eksternal
Isu-isu strategis yang telah teridentifikasi dari hasil observasi dan pengamatan langsung di lapangan untuk acuan alokasi belanja publik untuk kesejahteraan masyarakat, sebagai berikut :
- Pemilihan kepala daerah (walikota) secara langsung (tahun 2008). - Adanya program PPK-IPM Provinsi Jawa Barat di Kota Bekasi
(tahun 2007-2008).
- Penerapan Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, akan diberlakukan mulai tahun 2007.
Dampak dari isu-isu strategis di atas terhadap KSF yang mempunyai pengaruh sangat besar untuk acuan alokasi belanja publik untuk kesejahteraan masyarakat, dideskripsikan (Tabel 18) sebagai berikut : (1) Dampak dari isu strategis : Pemilihan kepala daerah (walikota) secara langsung (tahun 2008) terhadap organisasi (KSF) adalah
bahwa pemilihan kepala daerah (walikota) yang akan dilaksanakan pada tahun 2008 akan menyedot APBD yang seharusnya untuk proyek/kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebutuhan masyarakat; (2) Dampak dari isu strategis : Adanya program PPK -IPM Provinsi Jawa Barat di Kota Bekasi (tahun 2007-2008) yaitu dengan adanya program PPK-IPM Provinsi Jawa Barat di Kota Bekasi (Kota Bekasi merupakan salah satu pemenang kompetisi program PPK -IPM Jawa Barat Bacth II) yang akan dilaksanakan pada tahun 2007 dan 2008 merupakan kegiatan akselerasi peningkatan IPM Jawa Barat dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 50 milyar untuk dua tahun anggaran; dan (3) Dampak dari isu strategis : Penerapan Permendagri No. 13 tahun 2006 yang akan diberlakukan mulai tahun 2007 adalah bahwa penerapan Permendagri No. 13 tahun 2006 akan meningkatkan alokasi APBD untuk kesejahteraan masyarakat, karena Permendagri No. 13 tahun 2006 menitikberatkan pada proses penyusunan APBD dan alokasi APBD berdasarkan pada prestasi kinerja SKPD dan bukan berdasarkan kebutuhan anggaran SKPD.
Tabel 18. Hasil Analisis Situasi Eksternal Acuan Alokasi Belanja Publik untuk Kesejahteraan Masyarakat
NO ISU STRATEGIS DAMPAK PADA ORGANISASI (KSF)
1 Pemilihan kepala daerah (walikota)
Alokasi anggaran dalam APBD terkonsentrasi pada kegiatan pemilihan kepala daerah
2 Adanya program PPK-IPM Adanya dana tambahan dari Provinsi Jawa Barat sebesar Rp. 50 milyar untuk kegiatan akselerasi peningkatan IPM
3 Penerapan Permendagri
No. 13 tahun 2006
Alokasi APBD didasarkan pada prestasi kinerja SKPD
Hasil identifikasi Isu internal yang menggambarkan kondisi internal organisasi yang aktual pada saat ini untuk acuan alokasi belanja publik untuk kesejahteraan masyarakat, dideskripsikan (Tabel 19) sebagai berikut : (1) Rasio belanja aparatur dan belanja publik terhadap APBD
65
periode 1997 -2005 masing-masing 52,56% dan 47,44% (Lampiran 34). Rasio belanja bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan terhadap APBD berturut-turut 1,51%, 3,26% dan 7,66% (Lampiran 35-36); (2) Penerimaan/pendapatan daerah Pemda Kota Bekasi tahun 2005 Rp. 693 milyar (Lampiran 6); (3) Kota Bekasi belum mempunyai perencanaan pembangunan ekonomi untuk menunjang visi Pemda Kota Bekasi; (4)
Political will dan komitmen kepala daerah terhadap alokasi belanja untuk
kesejahteraan masyarakat masih kurang kuat; dan (5) Arah untuk pencapaian visi Pemda Kota Bekasi sampai dengan tahun kelima (tahun 2005) masih belum jelas.
Tabel 19. Hasil Analisis Situasi Internal Acuan Alokasi Belanja Publik untuk Kesejahteraan Masyarakat
NO KEY SUCCESS
FAKTORS (KSF)
ISU INTERNAL
1 Rasio belanja bidang
ekonomi, kesehatan, dan pendidikan terhadap belanja publik dan APBD
Rasio belanja aparatur dan belanja publik terhadap APBD periode 1997- 2005 masing-masing 52,56% dan 47,44% (Lampiran 34). Rasio belanja bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan terhadap APBD berturut- turut 1,51%, 3,26% dan 7,66% (Lampiran 35-36) 2 Penerimaan/pendapatan daerah Penerimaan/pendapatan tahun 2005 Rp. 693 milyar (Lampiran 6) 3 Perencanaan pembangunan ekonomi Kota Bekasi
Kota Bekasi belum mempunyai perencanaan pembangunan ekonomi untuk menunjang visi Pemda Kota Bekasi.
4 Political will dan komitmen
kepala daerah terhadap alokasi belanja untuk kesejahteraan masyarakat
Adanya political will dan komitmen kepala daerah terhadap alokasi belanja untuk kesejahteraan masyarakat walaupun masih kurang kuat.
5 Visi Pemerintah Kota
Bekasi yaitu Bekasi kota jasa dan perdagangan
Adanya arah untuk pencapaian visi Pemda Kota Bekasi, walaupun sampai dengan tahun 2005 masih belum jelas pencapaiannya.