• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis SWOT merupakan analisis lanjutan dari hasil analisis ekonometrika pengaruh belanja aparatur dan belanja publik terhadap kesejahteraan masyarakat yang diukur melalui indikator PDRB per kapita dan IPM untuk menyusun rancangan program yang aplikatif. Hasil analisis SWOT disajikan dalam Tabel 20 berikut.

Tabel 20. Hasil Analisis SWOT

SWOT ANALISIS LINGKUNGAN BOBOT RATING SKOR

INTERNAL

Penerimaan/pendapatan daerah Pemerintah Kota Bekasi yang cukup besar (Penerimaan

tahun 2005 Rp. 693 milyar) (Lampiran 6) 0.19 3.00 0.58

Anggaran belanja (APBD) Pemerintah Kota Bekasi yang cukup besar (APBD tahun 2005

Rp. 772 milyar) (Lampiran 6) 0.17 2.95 0.49

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Bekasi yang cukup besar (PAD tahun

2005 Rp. 121 milyar) (Lampiran 6) 0.20 2.90 0.58

Belanja aparatur dan belanja publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan indikator PDRB per kapita dan IPM (Lampiran

24-25) 0.23 2.86 0.66

Mekanisme penyusunan perencanaan pembangunan di Kota Bekasi telah sesuain dengan UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional 0.21 2.67 0.56

TOTAL 1.00 2.87

Rasio belanja aparatur dan belanja publik terhadap APBD periode 1997-2005 masing- masing 52,56% dan 47,44% (Lampiran 34). Rasio belanja bidang ekonomi, kesehatan, dan pendidikan terhadap APBD berturut-turut

1,51%, 3,26% dan 7,66% (Lampiran 35-36) 0.21 2.71 0.58

Kota Bekasi belum mempunyai perencanaan pembangunan ekonomi untuk menunjang visi

Pemda Kota Bekasi. 0.21 2.71 0.58

Political will dan komitmen kepala daerah terhadap alokasi belanja untuk kesejahteraan

masyarakat masih kurang kuat. 0.21 3.10 0.66

Arah untuk pencapaian visi Pemda Kota Bekasi sampai dengan tahun 2005 masih

belum jelas 0.20 2.86 0.56

Renstra Pemerintah Kota Bekasi dan Renstra SKPD belum jadi acuan pencapaian kinerja

Pemerintah Daerah dan SKPD 0.16 2.48 0.40

TOTAL 1.00 2.79

KEKUATAN (S)

67

Lanjutan Tabel 20.

SWOT ANALISIS LINGKUNGAN BOBOT RATING SKOR

EKSTERNAL

Adanya program PPK-IPM Provinsi Jawa

Barat di Kota Bekasi (tahun 2007-2008) 0.21 3.00 0.63

Penerapan Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah, akan diberlakukan mulai tahun 2007 0.19 2.90 0.56

Adanya Political will dan komitmen DPRD terhadap alokasi belanja untuk kesejahteraan

masyarakat. 0.21 3.48 0.74

Dana perimbangan dari pemerintah pusat

yang cukup besar (tahun 2005 Rp. 536 milyar)

(Lampiran 6) 0.18 3.05 0.55

Adanya keterlibatan stakeholders (LSM, swasta/ pengusaha, perguruan tinggi) dalam penyusunan perencanaan dan pengawasan

pelaksanaan APBD 0.20 3.00 0.61

TOTAL 1 3.09

Pemilihan kepala daerah (walikota) secara

langsung (tahun 2008) 0.23 2.86 0.65

Belum konsistennya aturan (undang-undang, peraturan pemerintah) dalam pelaksanaan

otonomi daerah 0.20 3.10 0.61

Adanya upaya pemberantasan KKN (korupsi,

kolusi, nepotisme) yang terlalu agresif. 0.19 3.00 0.56

Adanya kelompok kepentingan (pressure

group) dalam penyusunan APBD 0.20 3.24 0.64

Adanya kecenderungan (gejala) masyarakat untuk tidak mau terlibat dalam musrenbang

(musyawarah perencanaan pembangunan) 0.19 3.24 0.63

TOTAL 1 3.08

PELUANG (O)

ANCAMAN (T)

Keterangan :

Skala nilai bobot antara 0,00 – 1,00; Bobot 0,00 berarti pengaruh faktor internal/eksternal terhadap tujuan/acuan tidak ada (tidak berpengaruh); Bobot 1,00 berarti pengaruh faktor internal/eksternal terhadap tujuan/acuan sangat besar (sangat berpengaruh).

Skala nilai rating antara 1,00 – 4,00; Rating 1,00 berarti pengaruh faktor internal/eksternal terhadap tujuan/acuan kecil sekali; Rating 2,00 berarti kecil; Rating 3,00 berarti besar; dan Rating 4,00 berarti besar sekali.

Skala total nilai skor antara 1,00 – 4,00; Skor 1,00 berarti pengaruh faktor internal/eksternal terhadap tujuan/acuan kecil sekali; Skor 2,00 berarti kecil; Skor 3,00 berarti besar; dan Skor 4,00 berarti besar sekali.

Tabel 20 menunjukkan bahwa skor untuk kekuatan (strength) sebesar 2,87, skor untuk kelemahan (weakness) sebesar 2,79, skor untuk peluang (opportunity) sebesar 3,09 dan skor untuk tantangan (threat) sebesar 3,08. Dengan cara mengurangkan kelemahan dari kekuatan dan tantangan dari peluang maka diperoleh angka masing-masing sebesar 0,08 dan 0,01. Kondisi demikian menunjukkan bahwa hasil analisisnya berada pada kuadran pertama (agressive) yaitu strategi pencapaian tujuan organisasi dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan kekuatan

(strength) yang dimiliki untuk meraih peluang (opportunity) yang ada

secara optimal (Gambar 13 ).

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 O S T W conservative agressive defensive diversive

69

Gambar 13 menunjukkan strategi S-O yaitu strategi pencapaian tujuan organisasi dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan kekuatan

(strength) yang dimiliki untuk meraih peluang (opportunity) yang ada

secara optimal. Kekuatan yang dimiliki yang harus dimanfaatkan secara optimal terdiri dari (1) Belanja aparatur dan belanja publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan indikator PDRB per kapita dan IPM; (2) Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Bekasi yang cukup besar; (3) Penerimaan/pendapatan daerah Pemerintah Kota Bekasi yang cukup besar; (4) Mekanisme penyusunan perencanaan pembangunan di Kota Bekasi telah sesuai dengan UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; dan (5) Anggaran belanja (APBD) Pemerintah Kota Bekasi yang cukup besar. Sedangkan peluang yang ada yang harus dimanfaatkan secara optimal sebagai berikut : (1) adanya

political will dan komitmen DPRD terhadap alokasi belanja untuk

kesejahteraan masyarakat; (2) Adanya program PPK-IPM Provinsi Jawa Barat di Kota Bekasi tahun 2007 dan 2008; (3) Adanya keterlibatan stakeholders (LSM, swasta/pengusaha, perguruan tinggi) dalam penyusunan perencanaan dan pengawasan pelaksanaan APBD; (4) Penerapan Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang akan diberlakukan mulai tahun 2007; dan (4) Dana perimbangan dari Pemerintah Pusat cukup besar. Unsur dominan dalam kekuatan (strength) adalah adanya anggaran (APBD) Kota Bekasi yang cukup besar dan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Sedangkan unsur dominan dalam peluang

(opportunity) yaitu adanya program PPK-IPM, keterlibatan stakeholders

dalam penyusunan perencanaan dan pengawasan pelaksanaan APBD dan penerapan Permendagri No. 13 tahun 2006.

Berdasarkan kekuatan dan peluang di atas, rancangan program yang akan direkomendasikan sebagai berikut : (1) Replikasi PPK -IPM (Program Pend anaan Kompetisi Indeks Pembangunan Manusia) tingkat Kota Bekasi; (2) Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan

partisipatif; dan (3) Internalisasi Permendagri nomor 13. Mekanisme analisis penyusunan program yang akan direkomendasikan kepada Pemerintah Kota Bekasi sebagaimana Gambar 14 .

KEKUATAN

1. APBD signifikan thd Kese- jahteraan Masyarakat 2. PAD besar

3. Pendapatan daerah besar 4. Perencanaan sesuai UU

No. 25

5. Belanja daerah besar

PELUANG

1. Political will dan komitmen DPRD 2. PPK-IPM 3. Keterlibatan stakeholders 4. Permendagri No.13 5. Dana Perimbangan PROGRAM YANG DIREKOMEN- DASIKAN 1. Replikasi PPK- IPM 2. Internalisasi Permendagri 13 PROGRAM HASIL ANALISIS SWOT 1. Replikasi PPK-IPM 2. Perencanaan Partisipatif 3. Internalisasi Permendagri 13 HASIL SWOT

Gambar 14. Hasil Analisis Penyusunan Program untuk Rekomendasi

PPK-IPM adalah program percepatan peningkatan indeks pembangunan manusia yang dibiayai oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat bagi kabupaten/kota di Jawa Barat yang memenangkan kompetisi program peningkatan IPM di kabupaten/kota. Kriteria utama kabupaten/kota yang dapat memenangkan PPK-IPM adalah (1) Program PPK-IPM yang disusun oleh kabupaten/kota bersifat inovatif dan memiliki dampak di tingkat provinsi Jawa Barat dan Nasional; (2) Kesiapan dari kabupaten/kota untuk melaksanakan PPK-IPM; dan (3) Adanya keterlibatan stakeholders mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Jadi PPK-IPM merupakan program pembangunan partisipatif yang melibatkan berbagai stakeholders pembangunan manusia dengan memanfaatkan secara optimal sumberdaya lokal yang dimiliki.

71

Replikasi PPK-IPM adalah aplikasi model program PPK-IPM di tingkat Kota/Kabupaten yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan indeks pembangunan manusia. Replikasi PPK-IPM programnya disusun oleh pemerintah tingkat kecamatan bersama-sama dengan stakeholders yang selanjutnya dikompetisikan di tingkat Kota Bekasi. Replikasi PPK-IPM juga programnya dapat disusun oleh dinas-dinas teknis bersama-sama dengan

stakeholders di tingkat Kota Bekasi yang selanjutnya dikompetisikan antar

dinas di tingkat Kota Bekasi. Kelebihan dari program PPK-IPM ini yaitu perencanaannya bersifat partisipatif karena penyusunannya dilakukan oleh pemerintah tingkat kecamatan atau dinas tenis tingkat Kota Bekasi bersama-sama dengan stakeholders, Alokasi anggaran (APBD) yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bersifat inovatif. Sedangkan kelemahan dari program replikasi PPK-IPM ini yakni program- program yang disusun secara inovatif terkendala dengan peraturan- peraturan perundang-undangan yang masih bersifat konservatif.

Peningkatan kualitas perencanaan partisipatif artinya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan di Kota Bekasi secara normatif telah sesuai dengan Undang -undang Nomor 25 tahun 2004, tetapi keterlibatan stakeholders dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan masih perlu ditingkatkan baik jumlah maupun variasi stakeholders yang dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan. Perencanaan partisipatif ini berkaitan langsung dengan program replikasi PPK-IPM karena salah satu bagian dari PPK-IPM adalah perencanaan partisipatif yang disusun oleh pemerintah bersama-sama dengan

stakeholders.

Internalisasi Permendagri Nomor 13 tahun 2006 adalah upaya peningkatan pemahaman terhadap Permendagri Nomor 13 tahun 2006 bagi aparat pemerintah Kota Bekasi mulai dari tingkat kelurahan sampai dengan tingkat kota melalui sosialisasi dan pelatihan -pelatihan. Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan penjabaran dari Undang-undang nomor 17

tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang -undang tersebut merupakan salah satu undang -undang yang lahir pada era otonomi daerah. Kelebihan dari Permendagri Nomor 13 tahun 2006 adalah adanya pemisahan yang jelas antara belanja aparatur dan belanja publik, dalam belanja aparatur hanya mengandung belanja gaji pegawai; penerapan kode rekening yang rigit dan rinci sehingga mengurangi penyimpangan anggaran; dan berbasis pada kinerja. Sedangkan kelemahannya yaitu penerapan program dan kegiatan pembangunan semuanya ditentukan oleh Permendagri Nomor 13 tahun 2006 secara seragam, sehingga menimbulkan kesan sentralistik.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa rancangan program untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui alokasi belanja publik yang dapat direkomendasikan bagi pemerintah Kota Bekasi adalah (1) Replikasi PPK-IPM dan (2) Internalisasi Permendagri Nomor 13 tahun

2006 (Gambar 14). Replikasi PPK-IPM memungkinkan untuk

melaksanakan perencanaan secara partisipatif, pengalokasian anggaran belanja daerah (APBD) sesuai dengan kebutuhan masyarakat, melibatkan berbagai stakeholders dalam pembangunan, memanfaatkan secara optimal potensi sumberdaya lokal (daerah), memunculkan inovasi dan kreasi daerah, dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan Internalisasi Permendagri Nomor 13 tahun 2006 merupakan sarana untuk menunjang keberhasilan program replikasi PPK-IPM, karena dalam permendagri tersebut terkandung aturan-aturan penggunaan keuangan daerah (APBD).

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada bab -bab terdahulu dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Belanja aparatur dan belanja publik (APBD), penerapan otonomi daerah dan pemekaran wilayah berpengaruh signifikan terhadap PDRB per kapita. Pengaruh APBD dan pemekaran wilayah terhadap PDRB per kapita bersifat positif, sedangkan penerapan otonomi daerah pengaruhnya bersifat negatif.

2. Belanja aparatur dan belanja publik (APBD) berpengaruh signifikan terhadap IPM dan pengaruhnya bersifat positif. APBD juga berpengaruh secara signifikan terhadap indeks pendapatan dan indeks pendidikan, pengaruhnya bersifat positif. Pada indeks kesehatan, belanja publik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap indeks kesehatan dan pengaruhnya bers ifat positif, tetapi belanja aparatur memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap indeks kesehatan.

3. Rasio alokasi belanja aparatur dan belanja publik terhadap APBD periode 1983-2005 masing -masing 49,33% dan 50,67%. Pada periode 1977-2005 (sejak terbentuk Kota Bekasi tahun 1997 sampai tahun 2005), rasio alokasi belanja aparatur dan belanja publik terhadap APBD masing-masing 52,56% dan 47,44% dengan rasio belanja untuk bidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan terhadap APBD berturut-turut 1,51%, 3,26% dan 7,66%.

4. Rancangan program untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui alokasi belanja publik yang dapat direkomendasikan bagi Pemerintah Kota Bekasi adalah (1) Replikasi PPK-IPM dan (2) Internalisasi Permendagri Nomor 13 tahun 2006. Replikasi PPK- IPM adalah aplikasi model program PPK-IPM di tingkat Kota/Kabupaten yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan indeks pembangunan manusia.

Replikasi PPK-IPM programnya disusun oleh pemerintah tingkat kecamatan bersama-sama dengan stakeholders yang selanjutnya dikompetisikan di tingkat Kota Bekasi. Replikasi PPK-IPM juga programnya dapat disusun oleh dinas-dinas teknis bersama-sama dengan stakeholders di tingkat Kota Bekasi yang selanjutnya dikompetisikan antar dinas di tingkat Kota Bekasi. Kelebihan dari program PPK-IPM ini yaitu perencanaannya bersifat partisipatif karena penyusunannya dilakukan oleh pemerintah tingkat kecamatan atau dinas tenis tingkat Kota Bekasi bersama-sama dengan stakeholders, Alokasi anggaran (APBD) yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bersifat inovatif. Sedangkan kelemahan dari program replikasi PPK-IPM ini yakni program-program yang disusun secara inovatif terkendala dengan peraturan-peraturan perundang-undangan yang masih bersifat konservatif. Sedangkan Internalisasi Permendagri Nomor 13 tahun 2006 adalah upaya peningkatan pemahaman terhadap Permendagri Nomor 13 tahun 2006 bagi aparat pemerintah Kota Bekasi mulai dari tingkat kelurahan sampai dengan tingkat kota melalui sosialisasi dan pelatihan-pelatihan. Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan penjabaran dari Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang -undang tersebut merupakan salah satu undang-undang yang lahir pada era otonomi daerah. Kelebihan dari Permendagri Nomor 13 tahun 2006 adalah adanya pemisahan yang jelas antara belanja aparatur dan belanja publik, dalam belanja aparatur hanya mengandung belanja gaji pegawai; penerapan kode rekening yang rigit dan rinci sehingga mengurangi penyimpangan anggaran; dan berbasis pada kinerja. Sedangkan kelemahannya yaitu penerapan program dan kegiatan pembangunan semuanya ditentukan oleh Permendagri Nomor 13 tahun 2006 secara seragam, sehingga menimbulkan kesan sentralistik.

75

6.2 Saran-saran

1. Alokasi belanja aparatur dan belanja publik dalam APBD berpengaruh signifikan terhadap PDRB per kapita dan IPM (kesejahteraan masyarakat), pengaruhnya bersifat positif. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka perlu diupayakan adanya peningkatan APBD terutama untuk bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan dengan porsi alokasi APBD yang lebih besar.

2. Dalam kurun waktu tahun 1997-2005 rasio alokasi belanja aparatur lebih tinggi daripada belanja publik. Rasio belanja di bidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan terhadap belanja publik jauh lebih kecil lagi. Untuk itu perlu diupayakan peningkatan rasio belanja publik untuk bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan agar kesejahteraan masyarakat lebih meningkat dengan cara meningkatkan alokasi APBD untuk bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan dengan porsi alokasi yang lebih besar.

3. Program peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui alokasi belanja publik (APBD) di Kota Bekasi perlu dilakukan secara partisipatif. Dengan cara partisipatif, maka diharapkan program yang telah direncanakan dan disepakati dapat diaplikasikan. Program yang direkomendasikan berdasarkan penelitian ini salah satunya adalah Replikasi PPK -IPM.

Adi, I.R. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Aritonang, B. 2005. Undang-Undang No. 17 tentang Keuangan Negara. Penerbit Pustaka Pergaulan. Jakarta.

Arsyad, L. 2004. Ekonomi Pembangunan. STIE. Yogyakarta.

Bappeda Kabupaten TK.II Bekasi dan Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten TK.II Bekasi. 198 8. Bekasi dalam Angka Tahun 1988. Bekasi.

Bappeda Kabupaten TK.II Bekasi dan Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten TK.II Bekasi. 1989. Bekasi dalam Angka Tahun 1989. Bekasi.

Bappeda Kabupaten TK.II Bekasi dan Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten TK.II Bekasi. 199 1. Bekasi dalam Angka Tahun 1991. Bekasi.

Bappeda Kabupaten TK.II Bekasi dan Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten TK.II Bekasi. 1992. Kabupaten Bekasi dalam Angka 1992. Bekasi.

Bappeda Kabupaten TK.II Bekasi dan Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten TK.II Bekasi. 1993. Kabupaten Bekasi dalam Angka 1993. Bekasi.

Bappeda Kabupaten TK.II Bekasi dan Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten TK.II Bekasi. 1994. Kabupaten Bekasi dalam Angka 1994. Bekasi.

Bappeda Kabupaten TK.II Bekasi dan Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten TK.II Bekasi. 1995. Kabupaten Bekasi dalam Angka 1995. Bekasi.

Bappeda Kabupaten TK.II Bekasi dan Kantor Biro Pusat Statistik Kabupaten TK.II Bekasi. 1996. Kabupaten Bekasi dalam Angka 1996. Bekasi.

Bappeda Kotamadya TK II Bekasi dan Kantor Biro Pusat Statistik Kotamadya TK II Bekasi. 1998. Kotamadya Bekasi dalam Angka 1998. Bekasi.

77

Bappeda Kotamadya TK II Bekasi dan Kantor Biro Pusat Statistik Kotamadya TK II Bekasi. 1998. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Tahun 1998. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 1999. Kota Bekasi dalam Angka 1999. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 1999. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Tahun 1999. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 2000. Kota Bekasi dalam Angka 2000. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 2000. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Tahun 2000. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 2002. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bekasi Tahun 2002. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 2002. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Bekasi Tahun 2001. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 2003. Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Mutu Hidup Kota Bekasi Tahun 2003. Kota Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 2003. Indeks Gini Tahun 2002. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 2004. Kota Bekasi d alam Angka 2004. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 2004. Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto dan Inflasi Kota Bekasi 2004. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 2004. Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Mutu Hidup Kota Bekasi Tahun 2004. Kota Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 2005. Kota Bekasi dalam Angka 2004/2005. Bekasi.

Badan Pusat Statistik Kota Bekasi dan Bappeda Kota Bekasi. 2006. Kota Bekasi dalam Angka 2005. Bekasi.

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi 3. Balai Pustaka. Jakarta.

Hakim, D.B. 2006. Manajemen Keuangan dan Invers tasi Daerah. Manajemen Pembangunan Daerah. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kantor Statistik Provinsi Jawa Barat. 1991. Penduduk Jawa Barat Hasil Sensus Penduduk 1990. Bandung.

Mangkoesoebroto, G. 2001. Ekonomi Publik. Edisi 3. BPFE- Yogyakarta. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. ANDI. Yogyakarta.

Pemerintah Kota Bekasi. 2001. Keputu san Walikota Bekasi. Nomor : 32 Tahun 2001. Tanggal 6 September 2001. Tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan Kegiatan dan Pro yek Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2001.

Pemerintah Kota Bekasi. 2002. Peraturan Daerah Kota Bekasi. Nomor : 12 Tahun 2002. Tanggal 22 Juli 2002. Tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2002.

Pemerintah Kota Bekasi. 2003. Keputusan Walikota Bekasi. Nomor : 24 Tahun 2003. Tanggal 15 Oktober 2003. Tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2003.

Pemerintah Kota Bekasi. 2004. Keputusan Walikota Bekasi. Nomor : 64 Tahun 2004. Tanggal 30 Juli 2004. Tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004.

Pemerintah Kota Bekasi. 2005. Keputusan Walikota Bekasi. Nomor : 22 Tahun 2005. Tanggal 1 Nopember 2005. Tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2005.

Saragih, J. P. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Siregar, H. 2005. Metode Analisis Kebijakan Pembangunan Daerah. Manajemen Pembangunan Daerah. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

79

Sumardjo. 2006. Pembangunan Kebutuhan Dasar Manusia. Magister Profesional Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. ANDI. Yogyakarta.

Tim Redaksi Fokusmedia. 2004. Undang -Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Fokusmedia. Bandung.

Tim Redaksi Fokusmedia. 2004. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Fokusmedia. Bandung.

Tim Redaksi Fokusmedia. 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Fokusmedia. Bandung.

Tripomo, T. dan Udan. 2005. Manajemen Strategi. Rekayasa Sains. Bandung.

Widarjono, A. 2005. Ekonometrika : Teori dan Aplikasi, untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.

TAHUN PDRB HARGA BERLAKU*) PDRB HARGA KONSTAN 1993*) PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN PDRB PER KAPITA HARGA BERLAKU

PDRB PER KAPITA HARGA KONSTAN 1993 1983 670,263 1,616,105 1,373,073 488,148 1,176,999 1984 785,861 1,762,796 1,459,432 538,470 1,207,865 1985 921,469 1,916,225 1,551,224 594,027 1,235,299 1986 1,059,274 2,015,333 1,648,788 642,456 1,222,312 1987 1,237,837 2,096,277 1,752,489 706,331 1,196,171 1988 1,519,325 2,349,535 1,862,712 815,652 1,261,352 1989 1,763,807 2,545,709 1,979,868 890,871 1,285,798 1990 2,198,437 2,887,601 2,104,392 1,044,690 1,372,178 1991 2,673,770 3,248,472 2,221,266 1,203,715 1,462,442 1992 3,357,241 3,754,966 2,344,630 1,431,885 1,601,517 1993 4,359,188 4,359,188 2,435,092 1,790,153 1,790,153 1994 5,411,247 5,037,983 2,569,040 2,106,330 1,961,037 1995 6,602,198 5,761,757 2,720,174 2,427,123 2,118,158 1996 4,772,681 3,649,659 1,351,329 3,531,842 2,700,792 1997 5,425,274 3,852,950 1,429,646 3,794,837 2,695,038 1998 7,002,827 3,063,199 1,507,663 4,644,822 2,031,753 1999 7,468,242 3,213,465 1,550,012 4,818,183 2,073,187 2000 8,875,599 3,359,448 1,550,012 5,726,149 2,167,369 2001 10,080,200 3,536,111 1,609,989 6,261,037 2,196,357 2002 11,032,393 3,732,084 1,686,069 6,543,263 2,213,482 2003 11,914,288 3,917,126 1,767,029 6,742,554 2,216,786 2004 12,947,199 4,113,936 1,845,005 7,017,433 2,229,770

Keterangan : *) dalam jutaan rupiah; PDRB ini menggunakan harga konstan 1993, data sebelumnya memiliki harga konstan yang berbeda-beda kemudian ditransformasi sehingga seluruhnya menggunakan tahun dasar yang sama (1993). Sumber : Bappeda dan BPS Kabupaten Bekasi 1989-1996; BPS dan Bappeda Kota Bekasi 1998-2004;Kantor Statistik Provinsi-

Lampiran 2. APBD Nominal dan APBD Riil Pemerintah Kota Bekasi Tahun Anggaran 1983/1984-2005

TAHUN

BELANJA APARATUR

BELANJA

PUBLIK TOTAL BELANJA

PRICE DEFLATOR

BELANJA

APARATUR BELANJA PUBLIK TOTAL BELANJA

1983/1984 2,706 2,752 5,458 2.411149732 6,525 6,635 13,160 1984/1985 3,465 7,133 10,598 2.243139701 7,772 16,000 23,773 1985/1986 4,428 1,835 6,263 2.079531938 9,208 3,816 13,024 1986/1987 6,711 6,511 13,222 1.902561843 12,768 12,388 25,156 1987/1988 6,046 3,710 9,756 1.693499978 10,239 6,283 16,522 1988/1989 6,729 6,318 13,047 1.546433419 10,406 9,770 20,176 1989/1990 7,827 9,350 17,177 1.443303461 11,297 13,495 24,792 1990/1991 10,052 14,153 24,205 1.313479228 13,203 18,590 31,793 1991/1992 13,399 21,074 34,473 1.214940395 16,279 25,604 41,883 1992/1993 16,693 32,022 48,715 1.11846788 18,671 35,816 54,486 1993/1994 23,973 36,266 60,239 1 23,973 36,266 60,239 1994/1995 33,932 39,339 73,271 0.931020706 31,591 36,625 68,217 1995/1996 39,618 48,823 88,441 0.872702848 34,575 42,608 77,183 1996/1997 55,121 63,253 118,374 0.76469792 42,151 48,369 90,520 1997/1998 10,194 21,214 31,408 0.710185329 7,240 15,066 22,306 1998/1999 47,950 27,012 74,962 0.437423201 20,974 11,816 32,790 1999/2000 66,247 34,605 100,852 0.415804566 27,546 14,389 41,935 2000 72,282 51,147 123,429 0.378503806 27,359 19,359 46,718 2001 206,622 155,744 362,366 0.350797702 72,483 54,635 127,117 2002 246,445 195,593 442,038 0.338284178 83,368 66,166 149,534 2003 212,467 330,314 542,781 0.3287755 69,854 108,599 178,453 2004 248,674 375,283 623,957 0.317747182 79,015 119,245 198,261 2005 281,225 490,780 772,005 0.317747182 89,358 155,944 245,302 JUMLAH 1,622,806 1,974,231 3,597,037 725,855 877,484 1,603,339

Sumber : Bappeda dan BPS Kabupaten Bekasi 1989-1996; BPS dan Bappeda Kota Bekasi 1998-2005; Pemda Kota Bekasi 2001-2005.

APBD NOMINAL APBD RIIL

(dalam jutaan rupiah)

Lampiran 3. Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Bekasi Tahun 1983-2005

TAHUN *) PENDAPATAN JUMLAH

APARATUR PUBLIK 1983/1984 10,034 2,706 2,752 5,458 1984/1985 11,149 3,465 7,133 10,598 1985/1986 6,520 4,428 1,836 6,264 1986/1987 13,410 6,711 6,511 13,223 1987/1988 10,111 6,046 3,710 9,756 1988/1989 13,756 6,729 6,318 13,048 1989/1990 19,423 7,827 9,351 17,177 1990/1991 26,646 10,052 14,153 24,205 1991/1992 37,330 13,399 21,074 34,473 1992/1993 50,927 16,693 32,022 48,716 1993/1994 60,239 23,973 36,233 60,206 1994/1995 73,071 33,932 39,339 73,271 1995/1996 94,873 39,618 48,823 88,441 1996/1997 118,374 55,121 48,823 103,944 1997/1998 31,407 10,194 21,214 31,408 1998/1999 81,426 47,950 27,012 74,962 1999/2000 120,763 66,247 34,605 100,852 2000 154,690 72,282 51,147 123,429 2001 377,922 193,393 138,601 331,994 2002 467,921 234,143 189,210 423,353 2003 582,078 342,965 201,271 544,236 2004 640,655 236,290 364,115 600,405 2005 693,295 281,225 490,780 772,005

Keterangan : *) Tahun 1997/1998 Pemekaran Kota Bekasi dari Kab. Bekasi. Sumber : Bappeda dan BPS Kabupaten Bekasi 1989-1996;

BPS dan Bappeda Kota Bekasi 1998-2005. BELANJA

Lampiran 4. Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Bekasi Tahun Anggaran 2001-2005 (dalam rupiah) NO URAIAN JUMLAH 2001 2002 2003 2004 2005 (2001-2005) 1 Penerimaan/Penda patan Daerah 364,366,550,886 442,038,798,753 522,407,542,033 584,815,729,057 693,295,367,464 2,606,923,988,193 2 Pengeluaran/Belanja 364,366,550,886 442,038,798,753 542,780,939,457 623,957,445,749 772,005,871,763 2,745,149,606,608 a Belanja Aparatur 206,622,473,947 246,445,421,814 212,466,796,136 248,673,962,575 281,225,380,170 1,195,434,034,642 b Belanja Publik 157,744,076,939 195,593,376,939 330,314,143,321 375,283,483,174 490,780,491,593 1,549,715,571,966 - Bidang Ekonomi 5,869,748,853 5,553,210,000 8,682,012,500 8,780,000,000 13,122,987,000 42,007,958,353 - Bidang Kesehatan 4,227,997,000 8,113,250,000 21,606,249,527 32,008,473,000 32,296,072,000 98,252,041,527 - Bidang Pendidikan 19,363,268,000 26,479,232,541 41,360,921,000 51,204,594,020 86,273,838,200 224,681,853,761 - Lainnya 128,283,063,086 155,447,684,398 258,664,960,294 283,290,416,154 359,087,594,393 1,184,773,718,325 Sumber : Pemerintah Kota Bekasi (2001-2005)

TAHUN ANGGARAN

Lampiran 5. Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Bekasi Tahun Anggaran 2001-2002 (dalam rupiah) NO URAIAN 2001 2002 (1) (2) (3) (4) I PENERIMAAN

1 Bagian sisa lebih perhitungan angaran tahun lalu 28,790,200,762 45,928,733,003

2 Bagian Pendapatan Asli Daerah 51,771,761,053 65,700,264,730

a. Pajak daerah 21,999,219,200 27,524,714,504

b. Retribusi daerah 23,630,793,000 33,444,122,550

c. Laba perusahaan daerah 486,748,853 714,427,676

d. lain-lain PAD yang sah 5,655,000,000 4,017,000,000

3 Bagian Dana Perimbangan 272,191,293,071 309,281,998,020

a. Bagi hasil pajak 70,705,060,395 92,940,468,000

b. Bagi hasil bukan pajak SDA 7,044,576,676 6,601,530,020

c. Dana Alokasi Umum 194,441,656,000 209,440,000,000

d. Dana darurat 0 300,000,000

4 Bagian Pinjaman Daerah 5,358,296,000 2,714,996,000

a. Pos pinjaman dalam negeri 0

b. Pos pinjaman luar negeri 5,358,296,000 2,714,996,000 5 Bagian lain-lain penerimaan yang sah6,255,000,000 18,412,807,000

a. Penerimaan dari propinsi 6,255,000,000 2,272,807,000

b. Penerimaan dari kab/kota lainnya 0 14,000,000,000

c. Penerimaan lain-lainnya 0 2,140,000,000 JUMLAH PENERIMAAN 364,366,550,886 442,038,798,753 II PENGELUARAN 1 Belanja Rutin 206,622,473,947 246,445,421,814 a. Belanja pegawai 143,137,959,767 162,640,587,558 b. Belanja barang 19,897,629,100 25,924,690,280 c. Belanja pemeliharaan 6,414,339,000 8,714,380,800 d. Belanja perjalanan 1,435,050,000 1,999,420,000 e. Belanja lain-lain 27,504,007,681 39,718,673,589 f. Angsuran pinjaman 474,175,440 665,000,000 g. Bantuan keuangan 867,550,648 549,697,027

h. Pengeluaran tidak termasuk bagian lain2,037,000,000 3,167,159,000 i. Pengeluaran tidak tersangka 4,854,762,311 3,065,813,560

2 Belanja Pembangunan 157,744,078,940 195,593,378,941

a. Sektor industri 205,000,000 350,000,000

b. Sektor pertanian dan kehutanan 1,348,000,000 1,200,000,000

c. Sektor sumberdaya air dan irigasi 200,000,000 0

d. Sektor tenaga kerja 500,000,000 450,000,000

e. Sektor perdagangan, pengembangan usaha daerah,

keuangan daerah dan koperasi 5,456,748,853 3,473,210,000 f. Sektor transportasi, meteorologi, dan geofisika49,957,532,344 50,982,960,160 g. Sektor pertambangan dan energi 75,000,000 150,000,000 h. Sektor pariwisata dan telekomunikasi daerah210,000,000 890,000,000 i. Sektor pembangunan daerah dan transmigrasi2,274,546,400 4,480,588,900 j. Sektor lingkungan hidup dan tata ruang3,266,057,000 30,860,681,100

85

Lanjutan Lampiran 5. (dalam rupiah)

NO URAIAN

2001 2002

(1) (2) (3) (4)

k. Sektor pendidikan, kebudayaan nasional, kepercayaan terhadap

Tuhan YME, pemuda dan olahraga 20,406,888,000 28,494,232,541 l. Sektor kependudukan dan keluarga sejahtera545,000,000 1,030,000,000 m. Sektor kesehatan,

kesejahteraan sosial, peranan

wanita, anaj dan remaja 4,841,700,600 9,528,250,000

n. Sektor perumahan dan pemukiman32,855,252,742 29,903,299,998

o. Sektor agama 1,845,000,000 1,375,000,000

p. Sektor ilmu pengetahuan dan teknologi2,038,500,000 3,313,278,240

q. Sektor hukum 700,000,000 760,000,000

r. Sektor aparatur pemerintah dan pengawasan29,963,851,000 27,776,876,000 s. Sektor publik, penerangan,

komunikasi dan media massa 485,000,000 100,000,000

t. Sektor keamanan dan ketertiban umum570,000,000 475,000,000

JUMLAH PENGELUARAN 364,366,552,887 442,038,800,755

Sumber : Pemerintah Kota Bekasi (2001-2002)

Dokumen terkait