• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2006. Penelitian dilakukan di kebun percobaan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo Kampus Darmaga Bogor. Analisis tanah, pupuk dan kandungan N, P, K daun dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanain IPB. Analisis Asetilene Reduction Assay (ARA) dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah IPB. Analisis luas daun dilakukan di Laboratorium Ekologi Tanaman.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih kacang tanah varietas lokal Bogor, pupuk organik: inokulan rhizobium, pupuk MTM (Mikroflora Tanah Multiguna), dan biokompos yang berasal dari Balittan, pupuk kandang kambing yang berasal dari Leuwikopo. Pupuk anorganik: Urea, TSP, dan KCL. Bahan kimia yang digunakan: parafin, H2SO4, NaOH, HCL, H3B3 bahan yang digunakan untuk

pencampuran pada uji kandungan N, P dan daun. gas asetilen digunakan untuk bahan uji Asetilene Reduction Assay (ARA).

Alat ya ng digunakan: Neraca analitik, oven, cangkul, tugal, LAI meter (Leaf Area Index) alat unt uk pengukuran luas daun, kertas merang untuk media tanam uji UKDdp benih kacang tanah, germinator digunakan untuk mengecambahkan benih, spectrophotometer digunakan untuk penguk uran kandungan P daun dengan metode pengabuan kering. Flemphotometer alat yang digunakan untuk pengukuran kandungan K daun, Titri meter alat yang digunakan untuk mengukur kandungan N daun dengan metode titrasi, GC (Gas Chromatogaphy) alat untuk pengukuran aktifitas enzim nitrogenase dan alat tulis menulis.

Metode penelitian

Percobaan ini merupakan percobaan faktor tunggal dengan Rancangan Acak Kelompok. Faktor tunggal adalah aplikasi pupuk organik dan pupuk anorganik yang terdiri dari:

PI = Pupuk anorganik dosis rekomendasi (20 kg/ha Urea, 45 kg/ha TSP dan 50 kg /ha KCl)

P2 = Pupuk kandang kambing (5 ton/ha)

P3 = Pupuk kandang kambing (5 ton/ha) dan Pupuk anorganik 20 kg/ha Urea, 45 kg/ha TSP, 50 kg/ha KCI

P4 = Inokulan rhizobium (40 g / 2000 M2)

P5 = Inokulan rhizobium (40 g / 2000 M2) dan Pupuk anorganik 10 kg/ha Urea, 22.5 kg/ha TSP, 25 kg/ha KCI

P6 = Biokompos (5 ton /ha)

P7 = Inokulan rhizobium (40 g / 2000 M2), Biokompos (5 ton /ha). P8 = MTM (200 g/ha)

P9 = MTM (200 g/ha) dan Pupuk anorganik 20 kg/ha Urea, 22.5 kg/Ha TSP, 25 kg/ha KCI

Dengan demikian terdapat 9 perlakuan. Setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga diperoleh 27 satuan percobaan.

Model matematika dari rancangan yang digunakan adalah: Yij = µ + Ti + Bj + Σij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan ke- i dan ulangan ke-j

µ = Nilai tengah umum

Ti = Pengaruh perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)

Bj = Pengaruh blok ke-j (j = 1, 2, 3)

Data hasil percobaan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam, jika menunjukkan pengaruh nyata maka selanjutnya dilakukan uji perbandingan nilai tengah dengan menggunakan uji DMRT pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan Penelitian

a. Persiapan lahan

Tanah seluas 300 M diolah satu kali dengan menggunakan traktor tangan, setelah itu dilakukan pengapuran dengan kapur dolomit dosis 4 ton/ha, satu minggu kemudian dibuat petakan dengan ukuran 2 x 5 m, jarak antar ulangan 1 meter.

b. Aplikasi pupuk organik dan pupuk anorganik

Inokulasi benih menggunakan inokulan rhizobium dengan dosis 40 g/ha, kemudian dikonversikan kedalam luas lahan penelitian perpetak 2 x 5 m.

Kemudian didapatkan hasilnya 0.2 g/perlakuan benih. Pemberian rhizobium dengan cara benih dibasahi secukupnya, lalu inokulan rhizobium ditaburkan ke benih. Setelah itu, benih dimasukkan ke dalam lubang tanam. Dihindari kontak langsung dengan sinar matahari.

MTM diberikan dengan cara mencampurkan dengan tanah. MTM 200g/ha di konversikan kedalam luas lahan penelitian perpetak 2 x 5 m. Tanah sebanyak 80 g di tambahkan MTM 0.2 g, kemudian diaduk sampai rata. Cara pemberian di lahan yaitu dengan membagi 80g tanah + MTM menjadi 10 bagian yang masing- masing diberikan dalam 10 larikan yang kita buat. MTM diberikan satu minggu setelah tanam. Pupuk kandang kambing, biokompos dan pup uk N, P, K diberikan sebelum tanam dengan cara ditebar langsung.

c. Penanaman

Benih yang telah diinokulasi dengan rhizobium ditanam, dengan jarak tanam 20 x 50 cm. Benih yang tidak diinokulasi dengan rhizobium langsung ditanam. Setiap lubang diisi satu butir benih.

d. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiangan, pembumbunan dan pencegahan hama dan penyakit. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam. Pencegahan hama dan penyakit dilakukan bila ada serangan.

e. Pemanenan

Panen dilakukan pada umur ± 90 hari setelah tanam. f. Pasca panen

Perlakuan setelah panen mencakup pembersihan, penjemuran. Sampai kadar air polong mencapai ± 40%. Penjemuran dilakukan 3 hari.

Pengamatan

Pengamatan meliputi tolok ukur pertumbuhan dan produksi tanaman serta mutu benih.

Tolok Ukur Pertumbuhan

• Tinggi tanaman (cm).

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada 20, 40, dan 60 HST dengan cara mengukur dari pangkal tanaman sampai ujung cabang utama

• Jumlah cabang.

Jumlah cabang dihitung pada 20, 40, dan 60 HST. Dengan menghitung semua cabang yang keluar dari batang utama.

• Jumlah daun.

Jumlah helaian daun dihitung pada 20, 40, dan 60 HST. Yang dihitung pada daun telah membuka sempurna.

• Luas daun (cm2).

Diukur dengan menggunakan LAI (Leaf Area Indeks) meter. Pengukuran dilakukan pada umur 20, 40, dan 60 HST.

• Kandungan N, P, dan K pada daun

dianalisis dari daun sampel tanaman petak perlakuan pada umur 30 HST, yaitu dengan mengeringkan daun pada suhu 60 oC selama 3 x 24 jam kemudian dianalisis di laboratorium ilmu tanah.

• Jumlah bintil akar/tanaman

dihitung percontoh tanaman (10 tanaman). Dilakukan pada 30 HST

• Bobot basah bintil akar per contoh tanaman (10 tanaman). Dilakukan pada 30 HST

• Bobot kering bintil akar per contoh tanaman (10 tanaman). Dilakukan pada 30 HST

• Analisis ARA (Asetylene Reduction Assay)

Aktivitas nitrogenase diukur dengan metode ARA (Asetylene Reduction Assay). Akar dan bintil akar diambil, kemudian dicuci dan dikering anginkan sebentar. Kemudian akar dan bintil akar ditimbang dan dimasukan kedalam botol dan ditutup. Sementara asetilen dimasukkan kedalam balon dan diambil sebanyak 10% volume botol dan diinkubasi selama 0.5-2 jam. Kemudian diukur reduksi asetilennya dengan gas chromatography. Sesuai dengan yang dilakukan oleh Witty dan Minchin (1988). Pada pengamatan ini tidak dilakukan pengolahan data secara statistik.

Tolok Ukur produksi

Tolok ukur produksi yang di ukur adalah:

• Bobot kering berangkasan tanaman dari keseluruhan bobot tanaman (akar, batang dan daun) dengan menimbang tanaman yang telah dikering dengan oven pada suhu 80oC selama 3 x 24 jam. Pengukuran bobot kering berangkasan tanaman dilakukan pada 90 HST bersamaan dengan panen.

• Jumlah rata-rata polong pertanaman contoh (10 tanaman) Menghitung semua polong baik polong cipo dan polong hampa.

• Bobot rata-rata polong pertanaman contoh (10 tanaman)

Tanaman dicabut dari tanah, Bersihkan dari tanah yang melekat, lalu polongnya dipisahkan . Selanjutnya, polong ditimbang.

• Bobot biji pertanaman contoh (10 tanaman)

Biji diambil dari polong yang telah kering. Bobot biji pertanaman contoh dihitung dengan menimbang seluruh hasil biji pertanaman setelah

perlakuan pasca panen, yaitu setelah dijemur ± 3 hari, dengan kadar air ±20-30%.

• Bobot 100 biji (g)

Menimbang biji yang diambil sebanyak 100 biji kemudian ditimbang.

Mutu benih yang dihasilkan

Tolok ukur viabilitas benih yang di amati adalah:

• Daya Berkecambah

Pengecambahan benih dilakukan dengan metode UKDdp. Benih sebanyak 25 butir ditanam pada media kertas merang. Daya berkecambah dihitung berdasarkan persentase kecambah normal. Pengamatan dilakukan pada hari ke 5 dan ke 7 setelah tanam. Ulangan dibuat sebanyak 3 kali.

ΣKN I + KN II Benih yang ditanam

KN I = Kecambah normal pada hitungan I KN II = Kecambah normal pada hitungan II

• Indeks Vigor

Indeks vigor menggambarkan vigor benih yang ditentukan dengan cara mengamati persentase kecambah normal pada hitungan pertama (First count). Rumus menghitungnya adalah:

• Potensi Tumbuh Maksimum

Pengamatan dihitung berdasarkan jumlah benih yang mampu berkecambah, terhadap total benih yang dikecambahkan. Pengamatan dilakukan pada 7 hari setelah tanam.

DB = x 100%

Indeks Vigor =

Σ Kecambah normal hitungan I

Σ Benih yang ditanam

• Berat Kering Kecambah Normal

Penga matan di lakukan pada hari ke 7 setelah tanam, semua kecambah normal di ambil dari media tanam dan dihilangkan kotiledonnya, lalu dibungkus dengan kertas aluminium foil dan dimasukkan dalam oven suhu 60 ºC selama 3x24 jam. Setelah keluar dari oven kecambah dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit samp ai dingin dan ditimbang.

• Uji Asetylene Reduction Assay (ARA) Untuk Bintil Akar

Tanaman dicuci bersih kemudian dibiarkan hingga air yang ada pada tanaman hilang dengan cara dikering anginkan sebentar. Kemudian bintil akar diambil dari tanaman dengan cara dipotong. Bintil Sampel dimasukkan kedalam tabung yang kedap udara yang sebelumnya telah diukur beratnya. Selanjutnya diinjeksi dengan gas asetilen sebanyak 10% dari udara dalam tabung dan dinkubasi selama 30 menit. Dan aktifitas enzim nitrogenase diukur dengan menggunakan alat Gas chromatography

tipe 17A

• Uji N total pada daun tanaman di lakukan dengan metode Kjedall. Daun yang sudah dikering dengan oven ditimbang dan diblender sampai halus, 0.2g daun kering didestilasi dalam labu difilosi 100 me, hasil destilasi ditetrasi dengan HCL 0.05 normal sebagai pembanding.

• Uji P Dengan Metode Pengabuan Kering

Uji P dilakukan dengan metode pengabuan. Daun yang telah dikeringkan dengan oven, ditimbang sebanyak 1 g. Kemudian di mover dengan suhu 550OC, selanjutnya di pindahkan ke hotflad, di tambahkan HCL 0.1 normal, hasil hotflad di ukur dengen Spetrophometer.

• Metode uji K pada daun tanaman sama dengan uji P pada daun dan hasilnya di ukur dengan Flemphotometer.

Dokumen terkait