• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kec. Kuta Alam (Kel 1) Kec. Meuraxa (Kel 2) Utuh (2378

kk)

Duda (368 kk) Janda (226 kk)

Stratifikasi

Utuh (531 kk) Duda (207 kk) Janda (184kk)

Stratifikasi

Acak Acak Acak Acak Acak Acak

Jumlah populasi di Kecamatan Kuta Alam lebih banyak dibandingkan Kecamatan Meraxa, sehingga proporsi jumlah contoh yang berasal dari Kecamatan Kuta Alam lebih banyak dibandingkan Kecamatan Meraxa. Secara umum, tipologi keluarga utuh lebih banyak dibandingkan dengan tipologi keluarga duda dan tipologi keluarga janda (Tabel 2).

Tabel 2 Ukuran contoh berdasarkan desa, tipologi keluarga dan populasi

Kecamatan Desa Jumlah

Keluarga Tipologi keluarga Populasi

Ukuran contoh

Kuta Alam

Lampulo 1537

Ayah + Ibu (utuh) 1345 48

Ada Ayah (duda) 115 4

Ada Ibu (janda) 77 3

Lamdingin 618

Ayah + Ibu (utuh) 427 15

Ada Ayah (duda) 109 4

Ada Ibu (janda) 82 3

Lambaro

Skep 817

Ayah + Ibu (utuh) 606 21

Ada Ayah (duda) 144 5

Ada Ibu (janda) 67 2

Sub Total 1 2972 2972 105

Meraxa

Lamjabat 193

Ayah + Ibu (utuh) 82 3

Ada Ayah (duda) 59 2

Ada Ibu (janda) 52 2

Lampaseh

Aceh 459

Ayah + Ibu (utuh) 320 11

Ada Ayah (duda) 68 2

Ada Ibu (janda) 71 3

Surin 270

Ayah + Ibu (utuh) 129 5

Ada Ayah (duda) 80 3

Ada Ibu (janda) 61 2

Sub Total 2 922 922 33

Total (1+2) 3894 3894 138

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi: (1) Masalah-masalah yang dihadapi keluarga pasca gempa dan tsunami; (2) Sumberdaya coping keluarga yang mencakup karakteristik sosial ekonomi keluarga (jumlah anggota keluarga pendapatan, aset dan pekerjaan, ciri-ciri pribadi (umur, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, kepribadian dan konsep diri) dan dukungan sosial; (3) Tingkat stres; (4) Strategi coping (coping berpusat pada masalah dan coping berpusat pada emosi); dan (5) Keberfungsian keluarga. Data sekunder mencakup profil kedua Kecamatan dan data bantuan dari pemerintah, NGO/LSM dan lainnya kepada korban gempa dan tsunami. Secara rinci

peubah, skala, responden, alat dan cara pengukuran penelitian disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Peubah, skala, responden, alat dan cara pengukuran

No. Peubah Skala Responden Alat dan Cara

Pengukuran 1 Masalah-masalah keluarga pasca gempa

dan tsunami 1. Pangan 2. Kesehatan 3. Pendidikan 4. Perumahan/Tempat Tinggal 5. Pakaian 6. Pekerjaan/Pendapatan

Ordinal Ibu/Bapak wawancara Kuesioner/

2 Sumberdaya coping keluarga Karakteristik Sosial Ekonomi

Keluarga:

1.Jumlah anggota keluarga 2.Pendapatan 3.Aset Ekonomi 4. Pekerjaan Ciri-ciri Pribadi : 1. Umur 2. Pendidikan formal 3. Tingkat Kesehatan 4. Kepribadian 5. Konsep diri Dukungan Sosial Rasio Rasio Rasio Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ibu/Bapak Kuesioner/ wawancara

3. Tingkat Stres (Family Inventory of Life) 1. Tingkat stres fisik

2. Tingkat stres psikis 3. Tingkat stres kognitif 4. Tingkat stres perilaku

Tingkat stres (Skala Holmes dan Rahe)

Ordinal Ibu/Bapak Kuesioner/ wawancara

4 Strategi coping keluarga: Coping berpusat pada masalah

1. Planful Problem Solving 2. Confrontatif coping 3. Seeking social support Coping berpusat pada emosi

1. Positive reappraisal 2. Accepting responsibility 3. Self controlling 4. Distancing 5. Escape-Avoidance Ordinal Ibu/Bapak Kuesioner/ wawancara dengan metode Ways of Coping Scale (Lazarus & Folkman, 1984) 5 Keberfungsian keluarga Ekspresif Instrumental

Ordinal Ibu/Bapak Kuesioner/wa wancara

Definisi Operasional

(1) Masalah-masalah Keluarga adalah berbagai persoalan/ permasalahan yang

dapat memicu terjadi stres yang mencakup masalah pangan, masalah kesehatan, masalah pendidikan, masalah perumahan/tempat tinggal, masalah pakaian dan masalah pekerjaan/pendapatan.

(2) Sumberdaya coping adalah sumberdaya yang dimiliki keluarga meliputi

karakteristik sosial ekonomi keluarga (jumlah anggota keluarga, pendapatan, aset, pekerjaan), ciri-ciri pribadi adalah (umur, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, kepribadian dan konsep diri) dan dukungan sosial

(3) Jumlah anggota keluarga adalah semua individu yang tinggal di bawah satu

atap dan makan dari dapur yang sama.

(4) Pekerjaan adalah jenis profesi yang digeluti oleh ayah/ibu, anak maupun

anggota keluarga lain pasca gempa dan tsunami dan mencakup utama dan sampingan yang mendapat imbalan berupa gaji/upah.

(5) Pendapatan adalah upah, gaji atau hasil yang diperoleh dari semua anggota

keluarga, baik berupa barang, jasa dan lain-lain yang dinilai dengan uang selama satu bulan terakhir.

(6) Aset adalah seluruh kekayaan berupa uang, barang, modal atau sesuatu yang

dapat dinilai dengan uang yang dimiliki oleh keluarga

(7) Umur adalah usia ayah/ibu pada saat penelitian berlangsung yang dinyatakan

dalam tahun

(8) Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang dicapai oleh

ayah/ibu

(9) Tingkat kesehatan adalah tingkat kesehatan ayah/ibu selama 6 bulan terakhir

yang mencakup jenis penyakit yang diderita, frekuensi, lama sakit dan upaya pengobatannya.

(10) Kepribadian adalah sikap dan perilaku ayah atau ibu dalam menangkapi berbagai permasalahan yang dihadapi

(11) Konsep diri adalah pengetahuan dan persepsi ayah dan ibu terhadap dirinya sendiri.

(12) Dukungan sosial adalah bantuan yang diterima keluarga baik berupa uang, makanan, perumahan dan bantuan lainnya yang berasal dari masyarakat, teman, pemerintah dan LSM baik dalam maupun luar negeri

(13) Tingkat stres adalah respon spesifik dari ibu/ayah akibat gempa dan tsunami yang dialami 1 tahun pasca gempa dan tsunami yang diketahui dari gejala-gejala yang muncul baik fisik, psikis, perilaku dan kognitif.

(14) Strategi coping keluarga adalah respon perilaku yang digunakan kepala keluarga untuk memecahkan suatu masalah untuk mengurangi stres yang diakibatkan oleh gempa dan tsunami. Strategi coping yang dilakukan mencakup coping berfokus pada masalah dan berfokus pada emosi.

(15) Strategi coping yang berfokus pada masalah adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi tuntutan-tuntutan yang dapat menimbulkan stres dengan mengembangkan sumberdaya untuk mengatasinya. Coping yang berpusat pada masalah mencakup :

(1) Planful problem solving yaitu bereaksi dengan melakukan usaha-usaha

tertentu yang bertujuan untuk mengubah keadaan, diikuti pendekatan analitis dalam menyelesaikan masalah.

(2) Confrontative yaitu bereaksi untuk mengubah keadaan yang dapat

menggambarkan tingkat risiko yang harus diambil.

(3) Seeking social support yaitu bereaksi dengan mencari dukungan dari pihak

luar, baik berupa informasi, bantuan nyata, maupun dukungan emosional. (16) Strategi coping berfokus pada emosi yaitu individu melakukan usaha-usaha

yang bertujuan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa melakukan usaha untuk mengubah stresor secara langsung. Strategi coping ini mencakup :

(1) Positive reappraisal, adalah bereaksi dengan menciptakan makna positif

dalam diri yang bertujuan untuk mengembangkan diri termasuk melibatkan diri dalam hal-hal yang religius.

(2) Accepting responsibility yaitu bereaksi dengan menumbuhkan kesadaran

akan peran diri dalam permasalahan yang dihadapi, dan berusaha mendudukkan segala sesuatu sebagaimana mestinya.

(3) Self controlling atau mengendalian diri yaitu bereaksi dengan melakukan regulasi baik dalam perasaan maupun tindakan.

(4) Distancing atau menjauhkan diri yaitu tidak melibatkan diri dalam

permasalahan.

(5) Escape avoidance yaitu menghindari atau melarikan diri dari masalah yang

dihadapi.

(17) Keberfungsian Keluarga adalah berfungsinya keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, sosialisasi dan mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan perannya dalam keluarga serta

memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. Dalam penelitian ini fungsi keluarga mencakup:

(1) Fungsi instrumental adalah fungsi yang berkaitan dengan hubungan

keluarga dengan situasi eksternal. Fungsi instrumental dikaitkan dengan peran ayah sebagai pencari nafkah untuk kelangsungan hidup seluruh anggota keluarga

(2) Fungsi Ekspresif adalah fungsi keluarga yang dikaitkan terutama dengan

integritas dan solidaritas keluarga. Fungsi ekspresif dikaitkan dengan peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan emosional-afeksional anggota keluarga.

(18) Tipologi Keluarga adalah penggolongan keluarga contoh menjadi tiga

kelompok yakni keluarga utuh, duda dan janda.

Metode Pengukuran Peubah

Berikut diuraikan metode pengukuran peubah, sistem skoring dan pengkategorian skor yang diperoleh dari variabel-variabel penelitian. Berdasarkan peubah-peubah penelitian dan metode pengukuran yang dilakukan untuk mengkuantifikasi data-data yang dikumpulkan yang selanjutnya akan digunakan untuk analisis statistik. Untuk menyamakan satuan yang digunakan maka semua skor yang diperoleh dikonversi dalam bentuk persen (0-100). Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

X- Nilai Minimum X

Y = x 100

Nilai Maksimum X – Nilai Minimun X Keterangan :

Y= skor dalam persen

x = skor yang diperoleh untuk tiap responden

(1) Masalah-masalah keluarga pasca gempa dan tsunami

Skoring jawaban terhadap masalah-masalah keluarga dilakukan dengan memberi skor 0 jika contoh mengalami masalah dan diberi skor 1 jika tidak mengalami masalah. Semua pertanyaan memungkinkan untuk dijawab oleh responden. Ada tujuh kelompok permasalahan yang digali dari contoh yakni : (1) Masalah pangan diukur dengan tiga item pertanyaan dengan skor 0=tidak

(2) Masalah kesehatan diukur dengan dua item pertanyaan dengan skor 0=tidak dan 1=ya, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan maksimum 2.

(3) Masalah pendidikan diukur dengan tiga item pertanyaan dengan skor 0=tidak dan 1=ya, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan maksimum 3.

(4) Masalah perumahan/tempat tinggal diukur dengan empat item pertanyaan dengan skor 0=tidak dan 1=ya, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 4.

(5) Masalah pakaian diukur dengan dua item pertanyaan dengan skor 0=tidak dan 1=ya, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 2.

(6) Masalah pekerjaan/pendapatan diukur dengan dua item pertanyaan dengan skor 0=tidak dan 1=ya, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 2.

Selanjutnya skor yang diperoleh ditransformasi ke dalam skala 0-100 dengan menggunakan rumus yang telah disebut sebelumnya. Total skor yang diperoleh dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan kelas interval yaitu rendah (skor 0-33.3), sedang (skor 33.4-66.7) dan tinggi (skor 66.8-100.0)

(2) Sumberdaya coping

Sumberdaya coping mencakup karakteristik sosial ekonomi keluarga (jumlah anggota keluarga, pendapatan, aset dan pekerjaan), ciri-ciri pribadi (umur, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, kepribadian dan konsep diri) dan dukungan sosial

(1) Jumlah anggota keluarga. Jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yakni < 4 orang, 5-6 orang dan > 6 orang.

(2) Pendapatan Keluarga. Pendapatan keluarga dibagi dengan jumlah anggota keluarga sehingga diperoleh pendapatan per kapita per bulan. Adapun kategori pendapatan yang digunakan adalah < Rp 100.000, > Rp 100.000 - 250.000, > Rp 250.000 - 500.000, > Rp 500.000 - 750.000, > Rp 750.000 - 1.000.000 dan > Rp 1.000.000.

(3) Aset adalah seluruh kekayaan berupa lahan, barang elektronik, perhiasan, modal, asuransi/surat berharga atau sesuatu yang dapat dinilai dengan uang yang dimiliki oleh keluarga. Untuk aset ekonomi yang dimiliki seperti tabungan, rumah, tanah, emas dan aset lainnya yang dinilai dalam bentuk uang, sehingga diperoleh nilai aset dalam rupiah

yakni : 1. Buruh; 2. Tidak Bekerja; 3. Pedagang/Wiraswasta; 4. Swasta; 5. PNS/ABRI; dan 6. LSM/Relawan

(5) Umur. Usia contoh dikelompokkan menjadi 4 kategori yakni (1) < 21 tahun, (2) 21-40 tahun, (3) 41-60 tahun dan (4) > 60 tahun.

(6) Tingkat pendidikan. Pendidikan ayah/ibu dikelompokkan menjadi: 1.Tidak sekolah; 2. SD/sederajat; 3. SLTP/sederajat; 4. SLTA/sederajat dan 5. PT (7) Tingkat kesehatan. Skor tingkat kesehatan diperoleh dengan cara

menjumlahkan frekuensi, lama sakit dan skor upaya pengobatan. Upaya pengobatan dinilai berdasarkan kualitas pengobatan yang diterima semakin rendah kualitas pengobatan yang dilakukan misalnya tidak diobati maka skornya akan semakin tinggi. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka tingkat kesehatan akan semakin tinggi. Skor yang diperoleh ditransformasi ke dalam skala 0-100 dengan menggunakan rumus yang telah disebut sebelumnya, kemudian dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan kelas interval yaitu rendah (skor 0-33.3), sedang (skor 33.4-66.7) dan tinggi (skor 66.8-100.0)

(8) Kepribadian. Peubah ini mencakup 17 item pertanyaan. Kategori jawaban untuk peubah ini adalah 0=tidak dan 1=ya, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 17. Skor yang diperoleh ditransformasi ke dalam skala 0-100. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik kepribadian contoh. Total skor yang diperoleh dibagi menjadi dua kategori yakni introvert (skor 0-66.7%) dan ekstrovert (skor 66.8 -100.0%).

(9) Konsep diri. Peubah ini mencakup lima item pertanyaan. Kategori jawaban untuk peubah ini adalah 0=tidak dan 1=ya, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan maksimum 5. Skor yang diperoleh ditransformasi ke dalam skala 0- 100. Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin baik konsep diri contoh. Total skor yang diperoleh dibagi menjadi dua kategori yakni negatif (skor 0- 66.7%) dan positif (skor 66.8 -100.0%).

(10) Dukungan sosial. Peubah ini mencakup empat item pertanyaan. Kategori jawaban untuk peubah ini adalah 0=tidak dan 1=ya, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 4. Skor yang diperoleh ditransformasi ke dalam skala 0-100. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik dukungan sosial yang diperoleh. Total skor yang diperoleh dibagi menjadi dua kategori berdasarkan kelas interval yaitu mendukung dengan skor 0-66.7

dan tidak mendukung dengan skor 66.8-100.0. (3) Tingkat Stres dengan metode Family Inventory of Life

Jumlah item pertanyaan adalah 30. Kategori jawaban untuk peubah tingkat stres keluarga adalah “tidak pernah terjadi”, “kadang-kadang terjadi” dan “sering terjadi” Pertanyaan yang diberikan adalah seputar gejala-gejala stres baik fisik, psikis, kognitif dan perilaku yang dialami contoh pasca gempa dan tsunami. Jawaban “tidak pernah terjadi” diberikan jika gejala stres tidak pernah dialami pasca gempa dan tsunami dan diberi nilai 0. Jawaban “kadang-kadang terjadi” diberikan jika gejala stres dialami kurang dari tiga kali selama pasca gempa dan tsunami dan diberi nilai 1. Jawaban “sering terjadi” diberikan jika gejala stres dialami lebih dari tiga kali selama pasca gempa dan tsunami dan diberi nilai 2. Gejala stres yang dialami dapat saja dirasakan sekaligus oleh contoh sehingga total skor yang diperoleh adalah minimal 0 dan maksimal 60, semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat stres yang dialami. Selanjutnya skor yang diperoleh ditransformasi ke dalam skala 0-100 dengan menggunakan rumus yang telah disebut sebelumnya, kemudian dibagi menjadi empat kategori tingkat stres yang diadopsi dari Holmes dan Rahe (1967) yakni stres minor (skor < 35.3), stres ringan (skor 35.3-46.8), stres sedang (skor 46.9-70.4) dan stres mayor/berat (skor > 70.4).

(1) Gejala stres fisik diukur dengan delapan item pertanyaan sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 16.

(2) Gejala stres psikis diukur dengan tujuh item pertanyaan dengan skor 0=tidak pernah, 1=kadang-kadang dan 2=sering, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 14.

(3) Gejala stres kognitif diukur dengan lima item pertanyaan sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 10.

(4) Gejala stres perilaku diukur dengan sepuluh item pertanyaan sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 20.

(4) Tingkat Stres dengan metode Holmes dan Rahe

Peubah ini mencakup 10 item pertanyaan. Kategori jawaban untuk peubah tingkat stres keluarga ini adalah 0=tidak dan 1=ya. Setiap pertanyaan dibobot dengan menggunakan skala Holmes dan Rahe seperti disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan akan diperoleh skor minimum 0 dan maksimum 425 apabila stres yang dirasakan contoh disebabkan oleh item

1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10. Tingginya skor ini diakibatkan adanya pembobotan yang dilakukan pada setiap item pertanyaan berdasarkan derajat beratnya stresor. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat stres yang dialami. Skor yang diperoleh ditransformasi ke dalam skala 0-100 dengan menggunakan rumus yang telah disebutkan sebelumnya dan kemudian dibagi menjadi empat kategori stres dengan mengadopsi dari Holmes dan Rahe (1967) yakni stres minor (skor < 35.3), stres ringan (skor 35.3-46.8), stres sedang (skor 46.9-70.4) dan stres mayor/berat (skor > 70.4).

Tabel 4. Pembobotan pertanyaan penyebab stres menggunakan Skala Holmes dan Rahe

No Penyebab Stres Skor

1 Kematian pasangan 100 2 Perpisahan perkawinan 65

3 Kehilangan aset 47

4 Perubahan kondisi keuangan 63

5 Kematian anggota keluarga 53

6 Luka parah 53

7 Kematian teman dekat 37 8 perubahan jenis pekerjaan 36 9 Pinjaman keuangan 30 10 Perubahan tempat tinggal 20 (5) Strategi Coping

Instrumen yang digunakan untuk peubah strategi coping keluarga adalah yang dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman (1984) yang diberi nama Ways of Coping Scale. Alat ukur ini berupa kuesioner yang mengukur strategi coping berfokus pada masalah dan coping berfokus pada emosi. Strategi coping yang berfokus pada masalah ada tiga yaitu: planful problem solving, confrontatif dan seeking social support, dan strategi coping berfokus pada emosi ada lima yaitu: positive reappraisal, accepting responsibility, self controlling, distancing dan escape avoidance. Skoring dilakukan dengan cara merangking jawaban responden, dimana jawaban diberi skor 3 = sering sekali, 2 = sering, 1 = kadang- kadang dan diberi skor 0 = tidak pernah, sehingga diperoleh data dengan skala pengukuran ordinal. Pertanyaan peubah ini terdiri dari 36 item. Semua pertanyaan memungkinkan untuk dijawab oleh responden sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 108. Selanjutnya skor yang diperoleh ditransformasi ke dalam skala 0-100 dengan menggunakan rumus yang telah disebut sebelumnya dan kemudian dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan

kelas interval yaitu rendah (skor 0-33.3), sedang (skor 33.4-66.7) dan tinggi (skor 66.8-100.0).

Coping Berfokus pada Masalah

Peubah ini mencakup 16 item pertanyaan. sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 48.

(1) Planful Problem Solving. Peubah ini mencakup tujuh item pertanyaan, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan maksimum 21. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik strategi coping yang dilakukan.

(2) Confrontatif. Peubah ini mencakup empat item pertanyaan, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 12. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tidak baik strategi coping yang dilakukan.

(3) Seeking Social Support. Peubah ini mencakup lima item pertanyaan, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 15. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik strategi coping yang dilakukan. Coping Berfokus pada Emosi

Peubah ini mencakup 20 item pertanyaan, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 60.

(1) Positive reappraisal. Peubah ini mencakup lima item pertanyaan, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 15. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik strategi coping yang dilakukan.

(2) Accepting responsibility. Peubah ini mencakup empat item pertanyaan, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 12. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik strategi coping yang dilakukan. (3) Self controlling. Peubah ini mencakup enam item pertanyaan, sehingga

diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 18. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin baik strategi coping yang dilakukan.

(4) Distancing. Peubah ini mencakup tiga item pertanyaan, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 9. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tidak baik strategi coping yang dilakukan.

(5) Escape avoidance. Peubah ini mencakup lima item pertanyaan, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 15. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tidak baik strategi coping yang dilakukan.

Peubah keberfungsian keluarga terbagi menjadi dua, yakni fungsi ekspresif dan fungsi instrumental. Total jumlah pertanyaan peubah keberfungsian keluarga adalah 39 item. Skoring dilakukan dengan memberi skor 1 jika jawaban sangat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti dan diberi skor 0 jika sangat tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti sehingga diperoleh data dengan skala pengukuran nominal. Semua pertanyaan memungkinkan untuk dijawab oleh responden sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 39. Selanjutnya skor yang diperoleh ditransformasi ke dalam skala 0-100 dan kemudian dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan kelas interval yaitu rendah (skor 0-33.3), sedang (skor 33.4-66.7) dan tinggi (skor 66.8-100.0).

(1) Fungsi ekspresif. Jumlah pertanyaan peubah fungsi ekspresif adalah 17 item, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 17.

(2) Fungsi instrumental. Jumlah pertanyaan peubah fungsi instrumental adalah 22 item, sehingga diperoleh skor minimum 0 dan skor maksimum 22.

Secara rinci, jenis data, peubah maupun cut off yang digunakan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis data, peubah dan skoring yang digunakan

No Peubah Jumlah Item Skor Min Skor Max

1 Masalah pasca gempa dan tsunami 19 0 19

2 Ciri-ciri pribadi

Kepribadian 17 0 17

Konsep Diri 5 0 5

Dukungan Sosial 4 0 4

3 Tingkat Stres Ibu (Family Inventory of Life) 30 0 60

- Fisik 8 0 16

- Psikis 7 0 14

- Kognitif 5 0 10

- Perilaku 10 0 20

4 Tingkat Stres (Holmes dan Rahe) 10 0 425

5 Coping

5.1

Coping Berfokus pada Masalah 16 0 48

- Planful Problem Solving 7 0 21

- Confrontatif Coping 4 0 12

- Seeking Social Support 5 0 15

5.2

Coping Berfokus pada Emosi 20 0 60

- Positive Reappraisal 5 0 15

- Accepting Responsibility 4 0 12

- Self Controlling 3 0 9

No Peubah Jumlah Item Skor Min Skor Max - Escape Avoidance 5 0 15 6 Keberfungsian Keluarga 39 0 39 - Fungsi Ekspresif 17 0 17 - Fungsi Instrumental 22 0 22

Validasi dan Reliabilitas Instrumen

Untuk pengelolaan data ada beberapa langkah yang akan dilakukan dengan tujuan untuk mengontrol kualitas data, yakni:

(1) Validasi content pada saat pengembangan atau modifikasi instrumen. Menurut Babbie (1992), bila koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total seluruh indikator positif dan lebih besar dari 0.3 (r <0.3), maka instrumen tersebut valid.

(2) Uji coba kuesioner sebelum pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui pilihan dan bentuk kuesioner (pernyataan atau pertanyaan), kedalaman pertanyaan, ketepatan pemilihan kata, dapat tidaknya suatu pertanyaan ditanyakan, pilihan jawaban yang dimungkinkan, serta lama maksimal wawancara dan mengukur reliabilitas kuesioner (alpha cronbach)

Reliabilitas atau keterandalan menunjukan kekonsistensi suatu alat ukur dalam mengukur hal yang sama. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Reliabilitas suatu alat ukur adalah sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hasil pengukuran dapat dipercaya, bila beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek yang diukur tidak berubah.

Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah metode Cronbach atau Cr. Alpha berdasarkn skala Cr. Alpha 0 sampai dengan 1 dengan rumus:

=

= t i i

v

v

n

n

1

1

1

α

Keterangan: a = koefisien Alpha Cronbach (koefisien realibilitas) n = besar sampel pada uji instrumen

Vi = ragam bagian ke i kelompok indikator

Suatu instrumen (keseluruhan indikator) dianggap sudah cukup reliabel (reliabilitas konsistensi internal ), bilamana a =0.6 (Babbie, 1992).

Selama penelitian penjajakan, pengumpulan data penelitian berjalan lancar dan tidak ditemukan kendala yang berarti. Responden yang dijadikan contoh dalam uji coba ini adalah keluarga yang menjadi korban gempa dan tsunami yang saat ini berdomisili di Bogor. Karakteristik responden sangat beragam dari yang statusnya sebagai mahasiswa sampai kepada pedagang kaki lima di pasar Anyar Bogor. Dari 15 responden yang diambil selama penjajakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk pengisian kuesioner dan wawancara berkisar antara 30

Dokumen terkait