• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sehingga bentuk akhir dari komponen tegangan gesek dasar dengan menggunakan persamaan Manning adalah:

=�

1.486

2 2

+

2 1 3

=

1.486

2 2

+

2 1 3 (H-17) Turbulensi

Turbulensi secara umum dapat didefinisikan sebagai efek variasi temporal dari kecepatan dan pertukaran momentum dimana ada gradien secara spasial. Pada kasus khusus, misal dalam model, turbulensi sebagai efek temporal yang terjadi dalam skala waktu yang lebih kecil dari langkah waktu (time step) model. Persamaan turbulen dari salah satu bagian persamaan (H-11) dan (H-12) dapat diformulasikan menjadi (Donnell 2008; Sachoemar dan Purwandani 2009):

2 2

=

2 2

+

′2 2 2

=

2 2

+

′ ′ 2 2

=

2 2

+

′ ′ 2 2

=

2 2

+

′2 (H-18) dimana: = viskositas molekuler

= fluktuasi kecepatan turbulen pada sumbu x = fluktuasi kecepatan turbulen pada sumbu y ′2

Sedimen

Karakteristik Sedimen

Sedimen dapat dikelompokkan berdasarkan ukuran butirnya dalam Skala Wentworth. Klasifikasi ini dapat dilihat pada Tabel 3. Skala tersebut merupakan ukuran standar kelas sedimen dari fraksi berukuran mikron sampai beberapa mm (Dyer 1986). Dalam Skala Wentworth menggunakan unit phi (

), untuk mempermudah pengklasifikasian apabila sampel sedimen mengandung partikel yang berukuran kecil dalam jumlah yang besar. Bentuk konversi phi (

) dari diameter sedimen dan sebaliknya, dengan persamaan berikut:

�=

−log

2

= 2

−�

(S-1)

dimana:

= diameter partikel (mm)

Catatan: tanda dalam persamaan sebagai ciri khusus, misal (S-1) adalah persamaan tentang sedimen yang pertama.

Distribusi Ukuran Butir Sedimen

Sedimen dasar dapat diolah dengan metode pengayakan (APHA 2005; Wibisono 2005). Prosentase dari berat total yang tertinggal di ayakan dan ukuran butir dapat ditampilkan dalam grafik histogram. Hasilnya adalah distribusi asimetris dengan prosentase yang besar adalah sedimen dengan ukuran butir halus, dari diameter rata-rata. Diameter rata-rata adalah ukuran yang berhubungan dengan nilai tengah dari area di bawah kurva distribusi frekuensi ukuran butir sedimen. Kurva tersebut sangat berguna untuk mengetahui keberadaan dari beberapa jenis dalam campuran sedimen. Kurva kumulatif menampilkan kumulatif dari persentase dari partikel halus (Dyer 1986; Blott dan Pye 2001). Nilai yang diberikan pada persentil ke-50 (D50) adalah median dari ukuran butir.

Tabel 3 Klasifikasi ukuran butir sedimen (Dyer 1986; Blott dan Pye 2001)

Skala Wentworth Diameter partikel

phi (

) mm m Batu besar Sangat besar Besar Medium Kecil

Batu bulat Besar

Kecil Batu kerikil Sangat kasar Kasar Medium Halus

Granula Sangat halus 1

Pasir (Sand) Sangat kasar Kasar Medium Halus Sangat halus Lanau (Silt) Kasar Medium Halus Sangat halus Lempung (Clay) Kasar Medium Halus Sangat halus Koloid Diagram Ternary

Sebaran sedimen di alam berasal dari berbagai sumber yang berbeda menghasilkan percampuran antar ukuran yang beragam. Percampuran antar ukuran butir sedimen dinyatakan dalam diagram Ternary yaitu diagram berbentuk segitiga dengan memasukkan data ukuran sedimen dalam persen pada ketiga sisinya (juga sering disebut segitiga Shephard). Tiap sumbu berukuran 100% dari ukuran butir tertentu dan di dalam segitiga dibagi ke dalam berbagai kriteria, misal pasir lanauan, pasir berbatu, dan lainnya (Dyer 1986). Gambar 3

1000 500 250 125 62,5 31,3 15,6 7,8 3,9 1,95 0,98 0,49 0,24 – 11 – 10 – 9 – 8 – 7 – 6 – 5 – 4 – 3 – 2 – 1 + 0 + 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 2048 1024 512 256 128 64 32 16 8 4 2 1 ½ ¼ 1/8 1/16 1/32 1/64 1/128 1/256 1/256 1/1024 1/4096

merupakan diagram Ternary dengan kombinasi pasir-lanau-liat (sand-silt-clay). Kombinasi lain yang sering digunakan adalah kerikil-pasir-liat (gravel-sand-clay). Diagram ini dapat memberikan gambaran tentang perbandingan deskriptif dan juga pembagian sampel berdasarkan daerah jenis sedimen dasar.

Gambar 3 Diagram Ternary untuk campuran pasir-lanau-liat (Dyer 1986)

Parameter Statistik Sedimen

Untuk mengetahui sedimentasi dan transpor sedimen, beberapa parameter statistik yang sering digunakan yaitu: ukuran butir rata-rata (mean grain size), standar deviasi (sortasi), kemencengan (skewness) dan kurtosis (Dyer 1986; Blott dan Pye 2001).

Ukuran Butir Rata-rata (Mean Size)

Dalam sebaran normal nilai modus, mean, dan median merupakan persentil ke-50. Adanya deviasi dari normal dapat membuat perbedaan nilai. Untuk mendapatkan rata-rata yang akurat, perlu menghitung nilai tengah dari area dibawah kurva ukuran butir, atau nilai tengah dari kurva itu sendiri pada distribusi frekuensi. Persamaan untuk menentukan ukuran rata-rata butiran sedimen, adalah:

� = 100� (S-2)

Sortasi (Sorting)

Dalam distribusi ukuran butir dapat diketahui ukuran sebarannya, yaitu standar deviasi yang juga disebut sortasi, dengan persamaan:

�� = � − �

2

100

(S-3)

Dalam kurva sebaran normal, nilai 68,3 persen dari distribusi terletak pada ±� dari ukuran rata-rata, diantara persentil ke-84 dan 16, nilai 95,4 persen terletak pada ±2� dan nilai 99,7 persen terletak pada ±3� (Dyer 1986; Blott dan Pye 2001). Karakteristik sebaran yang bernilai rendah dengan ditandai dengan puncak yang tajam dengan ukuran butir lebih besar atau kecil dari ukuran rata- rata, untuk kasus sebaliknya sampel seragam.

Kemencengan (Skewness)

Persamaan dari kemencengan adalah:

� = � − �

3

100�3 (S-4)

Kemencengan mengurangi kesimetrisan dari kurva dari rata-rata (mean). Dalam sebaran normal nilai kemencengan dari modus, mean, dan median adalah nol. Distribusi kemencengan positif, letak median dan modus terletak pada sisi ukuran butir kasar (sebelah kanan), dimana ekor kurva berada pada ukuran butir halus (sebelah kiri). Kebalikannya adalah kemencengan negatif.

Kurtosis

Nilai kurtosis merupakan ukuran penyimpangan dari normal pada distribusi ekstrim. Sangat memungkinkan bahwa sedimen dengan tersortasi dengan baik dengan kemencengan sama dengan nol dengan jumlah butiran yang terbatas. Persamaan Kurtosis:

� = � − �

4

Jenis Kurtosis adalah kurva platykurtic dengan puncak cenderung datar jika dibadingkan dengan kurva normal (dengan nilai kurtosis <3), kurva leptokurtic dengan puncak runcing jika dibandingkan dengan kurva normal (dengan nilai kurtosis >3), kurva normal atau mesokurtic dengan nilai kurtosis 3.

Kriteria parameter statistik sedimen menurut Dyer (1986); Blott dan Pye (2001), dengan sistem logaritmik, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kriteria parameter statistik sedimen

Standar Deviasi (Sortasi) Kemencengan (Skewness) Kurtosis

- Very well sorted - Well sorted - Moderately well

sorted

- Moderately sorted - Poorly sorted - Very poorly sorted - Extremely poorly sorted < 0.35 0.35 – 0.50 0.50 – 0.71 0.71 – 1.00 1.00 – 2.00 2.00 – 4.00 > 4.00 -Very coarse- skewed -Coarse-skewed -Nearsymmetrical -Fine-skewed -Very fine-skewed < -0.3 -0.3 – -0.1 -0.1 – +0.1 0.1 – +0.3 >+0.3 -Very platykurtic (flat) - Platykurtic - Mesokurtic (normal peakedness) - Leptokurtic (peaked) - Very leptokurtic - Extremely leptokurtic < 0.65 0.65 - 0.90 0.90 - 1.11 1.11 - 1.50 1.50 - 3.00 > 3.00 Sedimen Tersuspensi

Sebelum mempelajari persamaan transpor sedimen tersuspensi, maka perlu diulas tentang beberapa definisi yang berkaitan dengan sedimen. Pengetahuan tentang sedimen kohesif dan karakter-karakter pendukung transpor perlu diketahui. Pengetahuan tentang MPT sangat diperlukan karena perannya dalam kualitas perairan, karena mempengaruhi densitas, penetrasi cahaya, dan ketersediaan nutrien. Meningkatnya konsentrasi MPT mengurangi masuknya sinar matahari di kolom air, yang akhirnya berpengaruh pada suhu perairan, faktor biologis dan reaksi kimia. Ketersediaan nutrien berkaitan erat dengan konsentrasi MPT, dimana terjadi hubungan yang kuat dengan mekanisme adsorpsi-desorpsi, yang akhirnya berpengaruh terhadap kecepatan endap MPT ketika terjadi proses flokulasi (agregasi) (Ji 2008).

Sedimen terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari materi batuan dan komponen biologis. Sedimen dapat tersuspensi di kolom air atau terendapkan dan terakumulasi di dasar perairan. Sifat-sifat sedimen berupa ukuran partikel distribusi butir sedimen, rapat massa, bentuk, kecepatan endap, dan tahanan terhadap resuspensi merupakan sifat yang sangat penting diketahui dalam mempelajari proses resuspensi dan sedimentasi. Diantara berbagai sifat

tersebut, distribusi butir partikel yang paling penting (Triatmojo 1999; Ji 2008). Sedimen pantai diklasifikasikan berdasarkan ukuran butir menjadi lempung (clay), lanau (silt), pasir (sand), kerikil (gravel), koral (pebble), batu kerikil (cobble), dan batu (boulder). Berdasarkan klasifikasi pada Tabel 3 dan Tabel 5, pasir memiliki diameter antara 0,063 dan 2,0 mm, yang selanjutnya dibagi menjadi lima kelas. Material sangat halus di bawah 0,063 mm merupakan sedimen kohesif, termasuk didalamnya adalah MPT.

Total Suspended Solid (TSS) atau MPT adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter lebih dari 1μm) terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0.45 μm.

Penyebab MPT yang utama adalah erosi tanah yang terbawa ke badan air. Secara umum masukan (load) sedimen dibagi menjadi dua komponen, yaitu masukan sedimen dasar (bed load) dan sedimen tersuspensi (suspended load). Pembagian tersebut berdasarkan ukuran partikel sedimen, partikel lebih besar dari 150 μm (pasir) masuk kategori sedimen dasar, sedimen tersuspensi lebih kecil dari 63 μm (0,063 mm; silt dan clay ; Tabel 5) (Ji 2008; Sachoemar dan Purwandani 2009). MPT masuk kategori sedimen melayang sedimen tersuspensi.

Tabel 5 Tipe dan ukuran partikel sedimen

Tipe Kisaran Ukuran (mm)

Gravel 2,0–20,0

Pasir 0,063–2,0

Silt 0,0039–0,063

Clay <0,0039

Sumber : Ji (2008)

Perairan jernih kisaran nilainya berada di bawah 10 mg/l dan untuk perairan keruh nilainya di atas 100 mg/l. Proses dinamika MPT sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan dan komposisinya. Pada umumnya sedimen yang berada di daerah pantai (perairan pantai, muara sungai atau estuari, teluk) adalah sedimen kohesif. Sedimen kohesif adalah partikel yang sangat halus dan sifat sedimen lebih tergantung pada gaya-gaya permukaan daripada gaya berat (Ji 2008), dengan ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 4. Gaya-gaya permukaan tersebut adalah gaya tarik dan gaya tolak. Apabila resultannya merupakan gaya tarik, partikel akan berkumpul dan membentuk flokon dengan dimensi yang lebih besar daripada dimensi partikel individu, fenomena ini sering disebut dengan flokulasi.

Sebagian besar sedimentasi yang terjadi di daerah pantai merupakan hasil flokulasi sedimen kohesif (Triatmojo 1999).

Gambar 4 Proses pengendapan sedimen non-kohesif dan kohesif

Menurut van Rijn (1993), proses flokulasi menyebabkan ukuran dan kecepatan endap partikel sedimen menjadi lebih besar. Proses ini sangat penting dalam mempelajari mekanisme transpor sedimen kohesif. Kecepatan endap butir sedimen juga penting dalam mempelajari mekanisme transpor sedimen, terutama untuk sedimen tersuspensi. Untuk sedimen kohesif, kecepatan endap (settling) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya konsentrasi sedimen tersuspensi, salinitas, dan diameter partikel. Konsentrasi tersuspensi merupakan parameter yang paling penting dalam proses flokulasi, yang berarti pada kecepatan endap. Salinitas juga berpengaruh pada kecepatan endap, dimana kecepatan endap meningkat cepat sampai pada salinitas 2 ppt, lalu konstan. Diameter butir partikel berpengaruh terhadap flokulasi, dimana flokulasi berkurang dengan bertambahnya dimensi partikel karena kohesi berkurang (Triatmojo 1999).

Kedalaman perairan dan kecepatan aliran juga berpengaruh pada kecepatan endap. Diperlukan kedalaman minimum 2 m untuk terjadinya flokulasi minimum dan perbedaan kecepatan endap (van Rijn 1993). Kecepatan arus yang besar menyebabkan kecepatan endap dekat lapisan dasar akan menurun karena adanya gaya gesekan (gradien tekanan) pada lapisan dasar (van Rijn 1993).

Penambahan sedimen dalam suspensi karena adanya suplai dari perairan dalam arus turbulen dan transpor advektif, serta resuspensi sedimen karena adanya gesekan arus pada lapisan dasar, juga karena adanya gesekan arus

pada lapisan dasar. Sedangkan penurunan konsentrasi padatan tersuspensi pada lapisan permukaan karena adanya proses penenggelaman (sink) atau digerakkan oleh proses adveksi.

Pergerakan Sedimen

Pergerakan sedimen meliputi pengangkatan (entrainment), transpor dan pengendapan (settling). Ketiga proses ini bekerja pada waktu yang bersamaan dan dapat saling berinteraksi dengan sesama lain. Laju pergerakan sedimen dapat didefinisikan sebagai konsentrasi sedimen per-unit waktu yang melewati sebuah bidang vertikal dengan unit lebar yang tegak lurus dengan arah aliran (van Rijn 1993).

Laju bersih pengendapan atau erosi dari suatu daerah pada dasar laut bergantung pada perbedaan laju masuk dan keluarnya sedimen di daerah tersebut. Jika sedimen yang memasuki suatu daerah lebih banyak daripada yang terbawa keluar, maka di dasar lautnya akan terjadi pengendapan, dan jika sebaliknya maka akan terjadi erosi (van Rijn 1993). Walaupun laju pergerakan sedimen sangat besar, batimetri dasar tidak akan berubah jika pergerakan masuk dan keluar sama untuk seluruh daerah.

Sedangkan efek dari unsur hidrodinamika pada dinamika sedimen terjadi terutama melewati gesekan pada dasar dinyatakan dalam istilah tegangan geser dasar, yang merupakan gaya gesekan yang bekerja akibat aliran per unit luasan dasar. Tegangan geser dasar yang terbentuk tergantung bukan hanya pada kecepatan aliran, tapi juga pada kekasaran dasar. Tegangan geser dasar dapat disebabkan oleh arus, gelombang atau gabungan dari arus dan gelombang.

Tegangan geser dasar kritis pergerakan sedimen adalah tegangan geser yang bekerja pada dasar pada tahap aliran dimana pergerakan sedimen dapat dianggap sudah mulai. Tegangan kritis pergerakan sedimen pada dasar adalah faktor penting dalam perhitungan bersangkutan dengan respon sedimen pada arus. Terutama diperlukan dalam aplikasi menyangkut pergerakan sedimen dasar yaitu untuk sedimen yang lebih kasar dan pengangkatan sedimen halus ke keadaan melayang (van Rijn 1993).

Pada dasarnya pergerakan sedimen dibagi menjadi pergerakan sedimen dasar dan sedimen melayang (van Rijn 1993; Triatmojo 1999). Pergerakan sedimen dasar terjadi jika kecepatan aliran fluida melebihi tegangan kritis pergerakan sedimen, tetapi tidak cukup kuat untuk mengangkat butiran ke

keadaan melayang. Sedangkan pergerakan sedimen tersuspensi terjadi jika arus cukup cepat dan butiran cukup halus, butiran akan diangkat ke keadaan melayang bahkan sampai ketinggian beberapa meter di atas dasar, dan dibawa oleh arus.

Pengendapan sedimen terjadi jika butiran berhenti di dasar pada pergerakan sedimen dasar, atau dengan mengendapnya butiran dari keadaan melayang. Biasanya pengangkatan dari beberapa butiran ke atas ke keadaan melayang dan pengendapan dari butiran lainnya ke bawah akibat berat sendiri terjadi bersamaan. Kadang ada butiran sedimen yang terus menerus melayang, walaupun fluida mengalir pada kecepatan rendah untuk waktu yang cukup lama. Butiran yang tidak pernah mengendap ini disebut wash load.

Persamaan Transpor Sedimen Tersuspensi

Persamaan model transpor dari sebaran konsentrasi sedimen tersuspensi merupakan persamaan transpor (adveksi-difusi) dan ditambah dengan masukan sedimen kohesif dari Laguna Segara Anakan. Dasar persamaan tersebut menurut Xiaohong et al. (2005) dan Donnel (2006):

+

+

=

+

+

1

+

2 (S-6)

dimana,

= konsentrasi (kg/m3) = waktu (detik)

= kecepatan aliran dalam arah-x = arah aliran utama (m)

= kecepatan aliran dalam arah-y = arah tegak lurus terhadap x (m)

= koefisien difusi efektif dalam arah x (m2/detik) = koefisien difusi efektif dalam arah y (m2/detik)

1 = koefisien untuk suku sumber (erosi – deposisi, 1/detik) 2 = konsentrasi seimbang dari suku sumber (kg/m2/detik)

Perhitungan Tegangan Geser Dasar

Tegangan geser dasar dibutuhkan dalam mengetahui adanya sumber masukan sedimen, dinyatakan dengan persamaan:

� =� ∗ 2 (S-7)

dimana,

� = densitas air

= kecepatan geser

Profil Kecepatan Logaritma Dinding Halus Dinyatakan dengan persamaan:

∗= 5,75 log 3,32 ∗ (S-8) syarat: ∗ > 30 (S-9) dimana, = kedalaman

= kekentalan kinematik air

Persamaan Tegangan Geser Manning

=

1 6 (S-10)

dimana,

= kecepatan gravitasi

= koefisien kekasaran Manning

= koefisien, 1 untuk SI, 1.486 untuk unit Inggris Sumber Sedimen Dasar

Sedimen dasar dapat berupa sumber (source) dan perosotan (sink), dinyatakan dalam

=

1

+

2

dalam persamaan (S-6), sama dengan

deposisi dan erosi untuk pasir ataupun sedimen kohesif (liat). Metode

perhitungan koefisien alfa ( ) tergantung tipe sedimen dan ada/tidaknya

Dokumen terkait