• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 Jasa Perdagangan: - Distributor - Pergudangan - Cold Stronger Tidak Tercantum Tidak Tercantum Tidak Tercantum maksimal 33% maksimal 33% maksimal 33%

2 Penyelenggaraan Perdagangan Alternatif:

- Penyelenggaraan system perdagangan alternatif - Peserta system perdagangan alternatif

Tidak Tercantum Kepemilikan modal dalam negeri 100%

3 Pialang Berjangka Tidak Tercantum maksimal 95%

4 Perdagangan Eceran:

- Perdagangan eceran bukan di supermarket

- Perdagangan eceran bukan di department store

- Perdagangan eceran Tekstil - Perdagangan eceran kosmetik - Perdagangan eceran elektronik - Perdagangan eceran melalui pemesanan pos atau internet - Perdagangan eceran makanan dan minuman

Tidak Tercantum Kepemilikan modal dalam negeri 100%

D. Bidang Perhubungan

1 Angkutan Multimoda Tidak Tercantum maksimal 49%

untuk investor ASEAN maksimal 60%

Sumber: Perpres Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan

Pada tabel 1 diatas bidang usaha dengan pembatasan kepemilikan modal asing meningkat yaitu dalam bidang ESDM dalam Perpres 36 Tahun 2010 kepemilikan modal asing maksimal 95% didalam Perpres 39 Tahun 2014 menjadi 95% (maksimal 100% apabila dalam rangka kerja sama pemerintah swasta/ KPS selama masa konsesi), bidang perhubungan dalam Perpres 36 Tahun 2010 kepemilikan modal asing maksimal 49% didalam Perpres 39 Tahun 2014 menjadi 49% (maksimal 95% apabila dalam rangka kerja sama pemerintah swasta/ KPS selama masa konsesi), bidang kesehatan dalam Perpres 36 Tahun 2010 kepemilikan modal asing maksimal 75% didalam Perpres 39 Tahun 2014 menjadi 85%, bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dalam Perpres 36 Tahun 2010 kepemilikan modal asing maksimal 100% didalam Perpres 39 Tahun 2014 menjadi 51% untuk investor ASEAN dan bidang keuangan dalam Perpres 36 Tahun 2010 kepemilikan modal asing maksimal 80% didalam Perpres 39 Tahun 2014 menjadi 85%.

Pada tabel 2 bidang usaha yang disesuaikan dengan Undang-Undang pada bidang pertanian dalam Perpres 36 Tahun 2010 kepemilikan modal asing 95% dalam Perpres 39 Tahun 2014 kepemilikan modal asing maksimal 30%.

Pada tabel 3 bidang usaha yang yang tidak tercantum dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2010 menjadi terbuka dengan persyaratan di Perpres Nomor 39 Tahun 2014 yaitu dalam bidang ESDM jasa konstruksi migas dimana dalam perpres 36 tahun 2010 tidak tercantum namun dalam perpres 39 tahun 2014 kepemilikan modal asing maksimal 75%, jasa survei dimana dalam Perpres 36 tahun 2010 tidak tercantum namun dalam Perpres 39 tahun 2014 kepemilikan modal asing maksimal 49%,

bidang pekerjaan umum dimana dalam perpres 36 tahun 2010 tidak tercantum namun dalam perpres 39 tahun 2014 kepemilikan modal asing maksimal 95% (baik dalam rangka KPS maupun non KPS), bidang Perdagangan dimana dalam perpres 36 tahun 2010 tidak tercantum namun dalam perpres 39 tahun 2014 kepemilikan modal asing maksimal 33%, bidang perhubungan dimana dalam perpres 36 tahun 2010 tidak tercantum namun dalam perpres 39 tahun 2014 kepemilikan modal asing maksimal 60% untuk investor ASEAN.

b. Persyaratan bidang usaha

Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal telah ditentukan tiga golongan bidang usaha. Ketiga golongan bidang usaha itu, meliputi:73

1) bidang usaha terbuka; 2) bidang usaha tetutup; dan

3) bidang usaha terbuka dengan persyaratan.

Pada dasarnya semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan untuk ditanamkan investasi, baik oleh investor asing maupun investor domestik.74

73 Salim H. S. dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 54.

74 Ibid.

Bidang usaha yang tertutup adalah jenis usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai

kegiatan penanaman modal oleh penanam modal.75

Di dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, yang meliputi:

Sedangkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah jenis usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan persyaratan tertentu.

76

1) Produksi senjata; 2) Mesiu;

3) Alat peledak; 4) Peralatan perang;

5) Bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.

Penjabaran lebih lanjut dari perintah Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal telah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Dalam Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 telah diatur rinci tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup.

75

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Ada 15 daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing. Kedua puluh daftar bidang usaha yang tertutup untuk investasi yaitu:77

1) Budidaya Ganja

2) Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I Convention

on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora

(CITES)

3) Pemanfaatan (pengambilan) koral/ karang dari alam untuk bahan bangunan/ kapur/ kalsium dan souvenir/ perhiasan, serta koral hidup atau koral mati (recent death coral) dari alam.

4) Industri Bahan Kimia yang Dapat Merusak Lingkungan: a) Industri Pembuat Chlor Alkali dengan Proses Merkuri

b) Industri Bahan Aktif Pestisida: Dichloro Diphenyl Trichloroethane

(DDT), Aldrin, Endrin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex, dan Toxaphene

c) Industri Bahan Kimia Industri: Polychlorinated Biphenyl (PCB),

Hexachlorobenzene

d) Industri Bahan Perusak Lapisan Ozone (BPO): Carbon Tetrachloride

(CTC), Methyl Chloroform, Methyl Bromide, Trichloro Fluoro Methane (CFC-11), Dichloro Trifluoro Ethane (CFC-12), Trichloro Trifluoro Ethane113), Dichloro Tetra Fluoro Ethane (CFC-114), 'Chloro Pentafluoro Ethane (CFC-115), Chloro Trifluoro Methane (CFC-13), Tetrachloro Difluoro Ethane (CFC-112), Pentachloro Fluoro Ethane (CFC-111), Chloro Heptafluoro Propane (CFC-217), Dichloro Hexafluoro Propane (CFC-216), Trichloro Pentafluoro Propane (CFC-215), Tetrachloro Tetrafluoro Propane (CFC-214), Pentachloro Trifluoro Propane (CFC-213), Hexachloro Difluoro Propane (CFC-211), Bromo Chloro Difluoro Methane (Halon-1211), Bromo Trifluoro Methane (Halon-1301), Dibromo Tetrafluoro Ethane (Halon-2402), R-500, R-502.

5) Industri Bahan Kimia Daftar-1 Konvensi Senjata Kimia Sebagaimana Tertuang Dalam Lampiran I Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Penggunaan Bahan Kimia sebagai Senjata Kimia.

6) Industri minuman mengandung alkohol (minuman keras, anggur, dan minuman mengandung malt).

7) Penyelenggaraan dan Pengoperasian Terminal Penumpang Angkutan Darat.

77 Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010, tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

8) Penyelenggaraan dan Pengoperasian Penimbangan Kendaraan Bermotor. 9) Telekomunikasi/ Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dan Vessel Traffic

Information System (VTIS)

10) Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan 11) Penyelenggaraan Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor

12) Manejemen dan Penyelenggaraan Stasiun Monitoring Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit

13) Museum pemerintah

14) Peninggalan sejarah dan purbakala (candi, keraton, prasasti, petilasan, bangunan kuno, dsb)

15) Perjudian/ kasino.

Bidang usaha yang tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non komersial seperti, penelitian dan pengembangan dan mendapat persetujuan dari sektor yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.78

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.

79

Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan ini telah ditentukan dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Bentuk persyaratan untuk bidang usaha ini adalah harus memenuhi

78

Salim H.S. dan Budi Sutrisno, Op. cit., hal. 56.

79 Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang tata ruang dan lingkungan hidup.

c. Persetujuan instansi terkait

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota:

1) Permohonan ini diajukan untuk mendapatkan:

a) Izin prinsip dalam rangka pendirian perusahaan baru/ dalam rangka memulai usaha sebagai penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri/ dalam rangka perpindahan lokasi proyek untuk penanaman modal dalam negeri, atau

b) Izin prinsip perluasan penanaman modal dalam rangka perluasan usaha 2) Diajukan kepada Instansi Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(PTSP) Bidang Penanaman Modal (PTSP BKPM/ PDPPM/ PDKPM/ PTSP KPBPB/ PTSP KEK).

Instansi terkait adalah instansi yang turut serta dalam proses penyelesaian perizinan pelaksanaan Penanaman Modal, artinya segala sesuatu terkait dalam penanaman modal yang telah ditentukan baik penanaman modal dalam negeri maupun adanya campuran modal asing dan atau perubahan modal dari PMDN

menjadi PMA atau sebaliknya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Penanaman modal harus mendapatkan izin dari institusi terkait, misalnya Kementerian ESDM untuk bidang usaha

Untuk akuisisi bank oleh warga negara asing atau badan hukum asing wajib mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hal ini diatur dalam Pasal 7 huruf (a) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Pembangkit Tenaga Listrik, Pembangkit Listrik Tenaga kecil (1-10 MW) dengan Kepemilikan Modal Asing Maksimal 49% maka segala perizinan yang terkait bidang ESDM harus disetujui kementrian ESDM serta pemerintah Propinsi, pemerintah Kabupaten/ Kota, dan instansi terkait usaha penanaman modal tersebut, begitu juga bidang pertanian, perhubungan dan lainnya.

Untuk bank umum, berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank, terhadap akuisisi bank wajib terlebih dahulu memperoleh ijin dari pimpinan Bank Indonesia. Sedangkan untuk memperoleh ijin akuisisi, menurut Peraturan Pemerintah tersebut wajib dipenuhi syarat antara lain: telah memperoleh persetujuan RUPS dari bank yang akan diakuisisi, pihak yang akan melakkan akuisisi tidak tercantum dalam daftar orang yang melakukan perbuatan tercela di bidang perbankan, dan dalam hal akuisisi dilakukan oleh bank, maka bank wajib memenuhi ketentuan mengenai penyertaan modal oleh bank yang diatur oleh Bank Indonesia.

80

80 Pasal 7 huruf (a) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:

1. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan

2. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;

Dokumen terkait