ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN MENURUT ISMAIL RAJI AL FARUQI
A. Biografi Ismail Raji Al Faruqi
1. Mengenal Ismail Raji Al Faruqi
Ismail Raji al Faruqi lahir pada tanggal 1 Januari 1921 di Jaffa, Palestina.
Ayahnya adalah Abdul Huda al Faruqi, seorang qadi atau hakim yang
terpandang di Palestina dan seorang tokoh agama yang cukup dikenal di kalangan sarjana muslim. Keluarganya merupakan keluarga kaya dan terkenal
di Palestina.98 Pendidikan al Faruqi tidak jauh berbeda dengan anak-anak
keturunan Arab pada umumnya yang selalu mengutamakan pendidikan agama. Al Faruqi menerima pembelajaran agamanya di rumah, dari ayahnya dan di masjid setempat. Pada waktu itu Palestina dalam suasana yang tenteram dan damai di bawah pemerintahan Arab di Damaskus, meski berada di bawah jajahan Inggris. Pada masa itu orang-orang Yahudi dari berbagai negara sudah mulai berdatangan, dan mendirikan pemukiman-pemukiman Yahudi. Meski demikian mereka masih dikatakan belum memiliki apa-apa di tanah Palestina.99
98
Abdurrahmansyah, Sintesis Kreatif Pembaruan Kurikulum Pendidikan Islam Ismail Raji al Faruqi (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2002), 21.
99
Muhsin Muhammad Shaleh, Tanah Palestina dan Rakyatnya terj. Warsito (Medan: Pustaka Hanan, 2013), 49.
Pendidikan dasarnya ditempuh di The French Dominican College des Ferese, Libanon sejak tahun 1926 sampai mendapat sertifikat pada tahun
1936. Dia kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di The American
University, Beirut, Libanon dan memperoleh gelar BA pada tahun 1941 di
bidang filsafat.100
Setelah lulus, tahun 1942, pengangkatan pertamanya adalah sebagai Registrar of Cooperative Societis di bawah mandat pemerintahan Inggris di Jerussalem, yang kemudian menunjuknya sebagai gubernur di daerah Galilea,
Palestina pada tahun 1945 pada usia 24 tahun.101 Selama perang Palestina
tahun 1948, pasukan Yahudi berhasil menguasai sekitar 77% dari total tanah suci Palestina termasuk daerah Galilea yang menjadi daerah kekuasaan al Faruqi. Daerah yang tersisa hanya wilayah tepi barat Palestina dan Jalur Gaza. Entitas Zionis telah menghancurkan sebagian besar desa-desa Palestina yang
berada di bawah kekuasaannya kemudian mengusir penduduknya.102
Pada tahun itu pula seperti penduduk Palestina yang lain, al Faruqi dan
keluarganya bermigrasi ke Beirut, Libanon, tempat beliau belajar di American
University of Beirut. Kemudian dia dan keluarganya berpindah dari Libanon ke Amerika Serikat. Disinilah yang menjadi titik balik kehidupan al Faruqi,
100
Abdurrahmansyah, Sintesis, 21.
101
Mohd Elfies Nieshaem Juferi, Biography, (Online), (http://www.ismailfaruqi.com/ biography.html, diakses tanggal 27 Februari 2018)
102
dari yang tadinya beliau bergelut di dunia politik, menjadi terfokus pada dunia
akademik dan keilmuan.103
Al Faruqi kemudian melanjutkan pendidikan masternya di Indiana
University’s Graduate School of Arts and Sciences pada tahun 1948 dan memperoleh gelar MA di bidang filsafat pada tahun 1949. Al Faruqi kemudian diterima untuk masuk ke jurusan filsafat di Universitas Harvard dan memperoleh gelar MA keduanya di bidang filsafat pada bulan maret 1951,
dengan tesis yang berjudul Justifying the Good: Methaphysics and
Epistemology of Value (Justifikasi Kebenaran: Metafisika dan Epistemologi Nilai). Namun dia memutuskan untuk kembali ke Universitas Indiana, dan menyerahkan tesisnya ke jurusan filsafat dan menerima gelar Ph.D pada bulan September 1952. Oleh karena itu, al Faruqi memiliki latar belakang yang kuat
dalam filsafat klasik dan pemikiran tentang tradisi barat.104
Tahun 1951 al Faruqi menikah dengan seorang gadis Barat bernama Lois
Ibsen. Mengambil nama Lamya setelah memeluk Islam, ia lahir di Montana Amerika Serikat, 25 Juli 1926. Lebih dikenal sebagai Lamya al Faruqi, istri
tercinta Prof. Dr. Ismail Raji al Faruqi menjadi representasi Muslimah, yang
memadukan fungsi ibu dan wanita karier yang sukses. Ia dengan penuh kesadaran memilih Islam sebagai jalan hidup, cita-cita, dan perjuangannya. Lamya bukan hanya menjadi pasangan akademis yang kukuh bagi Ismail Raji
103
Abdurrahmansyah, Sintesis, 22.
al Faruqi, tetapi juga “teman semati” sampai akhir hidupnya.105
Karya
terbesarnya berdua dengan al Faruqi berjudul The Atlas of Islamic Civiliation,
yang sangat penting bagi khasanah keilmuan masa modern.106
Selama menyelesaikan studinya di Amerika, al Faruqi mendapatkan kesulitan dalam hal finansial. Untuk mengatasi hal itu, dia bekerja di program
penerjemahan (Arab-Inggris), bekerjasama dengan The American Council of
Learned Societis. Dia juga pernah bekerja sebagai kontraktor bangunan dengan membangun rumah-rumah berkualitas di beberapa lokasi strategis. Kepekaannya dalam bidang seni, keindahan, dan dekorasi dengan gaya Timur membuat menarik banyak pembeli Amerika. Dia banyak mendapat uang dalam lapangan ini, tetapi akhirnya dia meninggalkan bidang ini dan memilih
hidup sebagai ilmuwan.107
Meskipun al Faruqi berhasil menyelesaikan gelar doktoral dalam filsafat Barat, langkanya kesempatan kerja dan juga dorongan batin membawanya kembali ke akar dan warisan kecendekiawanan Islamnya. Awal tahun 1953, al Faruqi dan istrinya tinggal di Syiria kemudian pindah ke Mesir untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman di Universitas terkenal di Kairo yaitu al
Azhar dari tahun 1954 hingga tahun 1958 dan memperoleh gelar Ph.D.108
105
Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas, dan Aktor Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), 332.
106
Ibid., 334.
107
Muhammad Shafiq, Mendidik Generasi Baru Muslim, terj. Suhadi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 15-16.
108
John L. Esposito dan John O. Voll, Tokoh-Tokoh Kunci Gerakan Islam Kontemporer, terj. Sugeng Hariyanto (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), 2.
Sekembalinya dari Kairo ke Amerika Utara dengan bekal ilmu keislaman yang semakin mendalam, beliau sering diundang menjadi dosen tamu studi-studi Islam di Institut studi-studi Islam. Selain itu al Faruqi tercatat sebagai
mahasiswa tingkat doktoral penerima beasiswa Rockefeller Foundation
Fellowship (1959-1960) pada Fakultas Teologi di Universitas Mc Gill, Montreal, Kanada dengan spesifikasi Kristen-Yahudi. Dari Mc Gill inilah al
Faruqi bergabung dengan The School of Divinity sebagai peneliti di bidang
Christianity and Judaism dan menghasilkan karya Christian Ethics.109 Lewat karyanya ini al Faruqi menjelaskan perlunya dialog antara Kristen-Islam agar tidak terjadi ketegangan diantara mereka serta terciptanya perilaku etis dalam kehidupan demi terpenuhinya tugas-tugas dan tanggung jawab sebagai
manusia dalam spektrum dunia.110 Selama dua tahun berikutnya yaitu dari
tahun 1961 sampai tahun 1963, dia pindah ke Karachi, Pakistan untuk
mengambil bagian dalam kegiatan riset di Central Institute for Islamic
Research (CIIR) dan memprakarsai lahirnya sebuah jurnal studi Islam. Untuk tugas akademisnya, dia berpartisipasi dalam seminar dan menjadi dosen
pengajar di beberapa universitas.111Selanjutnyaal Faruqi kembali ke Amerika
dan menjadi guru besar tamu dalam bidang sejarah agama di Fakultas Teologi Universitas Chicago. Pada tahun 1964, dia memperoleh posisi permanen penuh pertamanya sebagai guru besar luar biasa di Jurusan Agama pada 109 Shafiq, Mendidik, 16-17. 110Ibid., 24-25. 111 Ibid., 27-28.
Universitas Syracuse, New York, Amerika Serikat. Selanjutnya pada tahun 1968, al Faruqi mengabdi di Universitas Tempel, Philadelphia dan menjadi
guru besar studi Islam dan sejarah agama hingga akhir hayatnya.112
Tahun 1965 al Faruqi mulai mengenal dan bergabung dengan MSA (The
Moslem Students Association). MSA adalah organisasi keagamaan yang didedikasikan untuk membangun dan memelihara masyarakat Islam di kampus-kampus di Kanada dan Amerika Serikat. Disini, al Faruqi semakin intens untuk mendalami ilmu-ilmu keislaman dan memperkuat keinginannya untuk mengembangkan Islam di Amerika. Dengan spirit inilah, al Faruqi
bersama dengan tokoh-tokoh MSA yang lain membentuk AMSS (The
Association of Moslem Social Scientist) pada tahun 1972. AMSS berusaha menyediakan saluran untuk membahas prinsip dan perspektif Islam di bidang
akademis.113 Salah satu tujuan utama AMSS adalah melakukan kerja
Islamisasi ilmu-ilmu sosial. Sebagai tindak lanjutnya AMSS membentuk IIIT (The International Institute of Islamic Thought) sebagai bentuk nyata gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan. Institut ini didirikan di Virginia, Amerika Serikat pada tahun 1981 dan sampai saat ini telah memiliki kantor cabang di berbagai negara termasuk Indonesia.
Untuk mewujudkan tujuannya menjembatani kesenjangan intelektual antara tradisi Islam dan peradaban Barat, untuk mempromosikan pemahaman
112
Esposito, Tokoh-Tokoh, 2.
113
tentang Islam dan Muslim di Amerika, dan untuk meningkatkan perdamaian dan keamanan di tingkat global, IIIT telah mengadakan kesepakatan dengan beberapa institusi akademis dan penelitian di seluruh dunia antara lain, George Mason University (Virginia, AS), International Center for Religion and Diplomacy (ICRD, Virgina, AS), Center for Interfaith Studies and Dialogue (CISD/Nazareth College, New York, AS), Shenandoah University
(Virgina, AS), University of Science and Technology (Yaman), Huron
University College (Kanada), International Islamic University Malaysia
(IIUM, Malaysia), Bahrain Regional Learning Center (Bahrain),114 dan
Forum Studi Epistemologi Islam untuk wilayah Sumatra Barat di Universitas Andalas (Padang, Indonesia).
Secara organisasional, al Faruqi tercatat sebagai pemimpin Asosiasi
Mahasiswa Muslim (The Moslem Students Association/AMS), pendiri dan
presiden asosiasi profesional muslim seperti Asosiasi Ilmuwan Sosial Muslim (The Association of Moslem Social Scientist/AAMS), serta ketua dewan wali
Perserikatan Islam Amerika Utara (Islamic Society of North America/ISNA).
Sepanjang hayat kesarjanaannya, dia menggabungkan komitmennya pada Islam dan studi-studi Islam dengan perannya sebagai seorang sejarawan
agama dan seorang ecumenis (bersifat mewakili seluruh dunia kristen). Selain
bekerja tanpa lelah untuk mencanangkan program-program studi Islam,
114
International Institute of Islamic Thought, About IIIT, (Online), (https://www.iiit.org/ about.html, diakses tanggal 27 Februari 2018)
merekrut dan mendidik mahasiswa muslim, dan mengorganisir para profesional muslim, ia juga mengetuai Komite Pengarah Studi Islam pada Akademi Agama Amerika (AAR, 1976-1982) yang merupakan asosiasi
profesional terbesar dari guru-guru besar agama.115
Di samping itu al Faruqi juga seorang konsultan dan penguji tamu di University Of Libya, The Jami’a Miliyah Islamiyyah (India), The University of Durban-Westville (Afrika Selatan), The National University of Malaysia,
Imam Muhammad Ibn Sa’ud University (Arab Saudi), The University of
Jordan, The University of Qatar, The University of Alexandria (Mesir), The University of Qum (Iran), Mindanau State University (Filipina), Umm Durman Islamis University (Sudan), Yarmuk University (Yordania), The University of Karachi (Pakistan), Sultan Zainul Abidin Religious College (Malaysia), dan
lain-lain. Al Faruqi juga seorang ketua The International Scholar Comitte
yang bertugas menasehati pemerintah federal Malaysia.116
Tidak hanya itu, al Faruqi juga mengupayakan gerakan dakwah di Amerika
Utara bagi penduduk asli muslim melalui training pendidikan dan keislaman
pada kelas-kelas malam di Sister Clara Muhammad School.117 Tahun 1982 al
Faruqi juga terlibat dalam pendirian The American Islamic and College di
Chicago yang mengetengahkan studi sastra dan pendidikan Islam sebagai
115 Esposito, Tokoh-Tokoh, 12. 116 Shafiq, Mendidik , 61. 117 Ibid., 82-84.
program studinya, di samping keterlibatannya yang lain dalam pendirian
Universitas Islam Internasional di Islamabad dan Kuala Lumpur.118
Selama berada di Universitas Mc Gill, banyak dari para pembesar universitas merasa terkagum atas kehebatannya. Diantaranya adalah Stanley
Brice Frost, dekan Graduate Studies and Research, pernah menulis bahwa al
Faruqi adalah teman debat yang gigih, seorang kolega yang mampu “menggugah” dan sekaligus teman yang ramah. Selain itu, direktur Islamic Studies Mc Gill University, W. C. Smith juga melihat al Faruqi sebagai tokoh pemberani dari Palestina yang disenjatai kemampuan intelektual modern yang canggih. Beliau siap menghantam Barat pada umumnya dan zionisme pada khususnya dengan jurus-jurus yang sulit ditangkis. Al Faruqi tidak sungkan menyatakan dalam kesempatan apapun, bahwa Baratlah yang menciptakan Israel agar merampok Palestina habis-habisan dengan cara menyingkirkan
masyarakatnya dari rumah-rumah dan tanah air mereka.119
Al Faruqi meninggal secara tragis bersama isterinya dalam serangan pada
tanggal 27 Mei 1986 tepatnya pada dini hari di akhir bulan Ramadhan.120
Beliau beserta keluarganya dibunuh di kediaman beliau sendiri di Wyncote, Pennsylvania, Amerika Serikat. Prediksi di kalangan Muslim secara umum menyatakan kematian Ismail Raji al Faruqi terjadi dalam suasana meningkatnya gerakan anti Arab dan yang berbau Arab, yang disebarkan dari 118Ibid., 61. 119 Shafiq, Mendidik , 17. 120 Ibid., 2.
kelompok semacam Perserikatan Pertahanan Yahudi (Jewish Devence League/JDL). Kematiannya diduga akibat suara-suara pedasnya yang mengundang kemarahan masyarakat Afro-Amerika dan para imigran muslim
serta kritiknya pada zionisme-Israel.121
Kematian al Faruqi yang tragis tersebut mengejutkan dan membuat sedih dunia Islam dan internasional. Untuk mengenang jasa-jasa, usaha, dan
karya-karyanya, organisasi masyarakat Islam Amerika Utara (Islamic Society of
North America/ISNA) bekerjasama dengan IIIT dan AMSS mendeklarasikan
berdirinya The Faruqi Memorial Fund, sebagai penerus cita-cita Islamisasi
ilmu pengetahuan.122
2. Karya Ismail Raji al Faruqi
Al Faruqi adalah salah satu tokoh pembaharu Muslim yang pemikirannya sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Pengalaman pendidikannya di Timur Tengah dan Amerika membuatnya menguasai bahasa Arab dan Bahasa Inggris, oleh karena itu beliau bergabung dengan lembaga penerjemahan karya-karya ilmuwan berbahasa Arab dan dialih bahasakan menjadi berbahasa Inggris. Berikut adalah buku yang diterjemahkan oleh al Faruqi:
a. From Here We Start, tr. from the Arabic of K.M. Khalid. Washington, DC: American Council of Learned Societies, 1953.
121Ibid., 8.
122
b. Our Beginning in Wisdom, tr. From the Arabic of M. Al Ghazali. Washington, DC: American Council of Learned Societies, 1953.
c. The Policy of Tomorrow, tr. From the Arabic of M.B Ghali. Washington, DC: American Council of Learned Societies, 1953.
d. The Life of Muhammad, tr. And ed. From the Arabic of M.H. Haykal. Indianapolis: North America Islamic Trust, 1976.
e. Sources of Islamic Thought: Three Epistles on Tawhid by Muhammad ibn „Abd Wahab, tr. And ed. Indianapolis: American Trust Publication, 1980. f. Sources of Islamic Thought: Kitab al Tawhid, tr. From the Arabic of
Muhammad ibn „Abd Wahhab, tr. And ed. London: IIFSO, 1980.
Selain menghasilkan buku yang merupakan terjemahan dari karya intelektual Muslim berbahasa Arab, beliau juga banyak menghasilkan karya dalam berbagai bahasa. Seluruh tulisannya pada dasarnya adalah gagasan cerah dan teorinya untuk memperjuangkan proyek Islamisasi ilmu pengetahuan. Beberapa karya yang beliau tulis antara lain:
Dalam bentuk buku:
a. ‘Urubah and Religion: An Analysis of the Dominant Ideas of Arabism and
of Islam as Its Heights Moment of Conciousness, vol. I of On Arabism, Amsterdam: Djambatan, 1962.
b. Usul al Sahyuniyah fi al Din al Yahudi (An Analytical Study of the Growth of Particularism in Hebrew Scripture). Cairo: Institute of Higher Arabic Studies, 1964.
c. Christian Ethics: A Systematic and Historical Analysis of Its Dominant Ideas. Montreal: Mc Gill University Press and Amsterdam: Djambatan, Amsterdam, 1968.
d. Al Milal al Mu’asirah fi al Din al Yahudi (Contemporary Sects in
Judaism). Cairo: Institute of Higher Arabic Studies, 1968.
e. The Great Asian Religions, in collaboration with W.T. Chan, P.T. Raju and J. Kitagawa. New York: Macmillan, 1969.
f. Historical Atlas of the Religions of the World. New York: Macmillan, 1975.
g. Islam and Culture. Kuala Lumpur: Angkatan Belia Islam Malaysia, 1980. h. Islam and the Problem of Israel. London: The Islamic Council of Europe,
1980.
i. Social and Natural Sciences, ed. with A. O. Naseef. Sevenoaks, UK: Hodder and Stoughton, and Jeddah: King Abdulaziz University, 1981. j. The Hijrah: The Necessity of Its Iqamat or Vergegenwartigung, ABIM:
Kuala Lumpur, 1981.
k. Essays in Islamic and Comparative Studies, ed. Herndon, VA: IIIT, 1982. l. Islamic Thought and Culture, ed. Herndon, VA: IIIT, 1982.
m.Trialogue of the Abrahamic Faiths, ed. Herndon, VA: IIIT, 1982. n. Islamization of Knowledge. Herndon, VA: IIIT, 1982.
o. Tawhid: Its Implications for Thought and Life. Kuala Lumpur: IIIT, 1982. p. Islam. Beltsville, MD: Amana Publications, 1985.
q. The Cultural Atlas of Islam. New York: Macmillan, 1986. Karya dalam bentuk artikel:
a. “On the Ethics of the Brethren of Purity and Friends of Fidelity (Ikhwan al
Safa wa Khillan al Wafa’),”The Muslim World, vol. L, no. 2, pp. 109-21;
no. 4, pp. 252-58; vol. LI, no. 1, pp. 18-24.
b. “On the Significance of Reinhold Niebuhr‟s Ideas of Society,”
Canadian Journal of Theology, vol. VII, no. 2, pp. 99-107. Reprinted in Muslim Life, vol. XI, no. 3 (Summer 1964): 5-14
c. “A Comparison of the Islamic and Christian Approaches to Hebrew Scripture,” Journal of Bible and Religions vol. XXXI, no. 4, pp. 283-93 d. “Muhadarat fi Tarikh al Adyan” (“Lectures on the History of Religions”), a
précis of lectures delivered in the Faculty of Arts, Cairo
University, Bulletin of the Faculty of Arts, vol. 21, no. 1 (May 1959,
published 1963), Cairo: Cairo University Press, pp. 65-74.
e. “Towards a New Methodology of Qur‟anic Exegesis,”Islamic Studies, vol.
1, no. 1, pp. 35-52; reprinted in Muslim Life, vol. XI, no. 1 (January-March
1964): 4-18.
f. “Towards a Historiogaphy of Pre-Hijrah Islam”Islamic Studies, vol. 1, no. 2, pp. 65-87
g. “On the Raison d‟Etre of the Ummah,”Islamic Studies vol. II, no. 2, pp. 159-203
h. “Nazariyat Islami Dawlat,” (in Urdu) Chiragh-i-Rah, Nazariyat Pakistan
Number (December 1960): 383-89; ibid., in English, “The Nature of the
Islamic State,”The Voice of Islam, vol. IX, no. 4 (January 1961): 169-77
i. “History of Religions: Its Nature and Significance
for Christian Education and the Muslim-Christian Dialogue,”Numen: International Review for the History of Religions, vol. XII, fasc. 2, pp. 81-86 (this article was followed by “In Response to Dr. Faruqi,” by Professor
Bernard E. Meland of the University of Chicago, Numen, vol. XII fasc. 2,
pp. 87-95)
j. “Al Nazzam,”Encyclopedia Britannica, 11th Edition
k. “Pakistan and the Islamic Imperative,”Islamic Literature, 1966, no. 1, pp. 1-10
l. “The Self in Mu‟tazilah Thought”International Philosophical Quarterly, vol. CI, no. 3 (September 1966): pp. 366-88; also in East-West Studies on the Problem of the Self ed. P. T. Raju and Albury Castell. The Hague: M. Nijhoff, 1968, pp. 87-107
m.“Science and Traditional Values in Islamic Society,”Zygon: Journal of Religion and Science, vol. 11, no. 3 (September 1967): 231-46; also in Science and the Human Condition in India and Pakistan, ed. W. Morehouse. New York: The Rockefeller University Press, 1968
n. “Islam and Christianity: Prospects for Dialogue,”The Sacred Heart Messenger (September 1967): 29-33
o. “Islam and Christianity: Diatribe or Dialogue,”Journal of Ecumenical Studies, vol. V, no. 1 (1968): 45-77
p. “Islam and Christianity: Problems and Perspectives,”The Word in the Third World, ed. James P. Cotter. Washington-Cleveland: Corpus Books, 1976, pp. 159-181; comments on pp. 181-220
q. “The Problem of the Metaphysical Status of Values in the Western and Islamic Traditions,”Studia Islamica, fasc. XXVIII (1968): 29-62
r. “The Ideal Social Order in the Arab World, 1800-1968,”Journal of Church and State, vol. XI, no. 2 (Spring 1969): 239-51
s. “Forward: Six Basic Economic Principles in Islam,”Proceedings of the Third East Coast Regional Conference. Gary, IN: Muslim Students‟ Association, 1968, pp. 1-8
t. “The Challenge of Western Ideas for Islam,”Islamic Literature, (September 1969): 1-6
u. “Misconceptions of the Nature of the Work of Art in Islam,”Islam and the Modern Age, vol. 1, no. 1 (May 1970): 29-449
v. “On the Nature of the Work of Art Islam”,Islam and the Modern Age, vol. 1, no. 2 (August 1970): 68-81
w.“lslam andArt”,Studia Islamica, fasc. XXXVII (1973): 81-109
x. “lntroduction”Proceedings of the Third National Seminar of the Association of Muslim Social Scientists, Gary, IN: Association of Muslim Social Scientists, 1974, pp. v-ix
y. “The Essence of Religious Experience in Islam”,Numen, vol. XX, fasc. 3. pp. 186-201
z. “Internal Dynamics of the Muslim Community,”Al-Ittihad, vol. XII, no. 3 (Summer 1975): 2-7
aa. “Al Asas al Mushtarak bayna al Islam wa al Masihiyah,”Al `Ilm wa al
Imam, no. 6, 1396/1976, pp. 64-87
bb. “Al Muslimun fi Amrika”,Majallah al Buhuth al Islamiyah vol. 1, no. 2 (1976): 590-93
cc. “Islam wa al Muslimun fi Amrika”,Al Shabab al ‘Arabi(November 1, 1976): 3; (November 8, 1976): 34; (November 15, 1976): 34; (November 22, 1976): 11
dd. “The Muslim-Christian Dialogue: A Constructionist View,”Islam and the Modern Age, vol. VIII, no. 1 (Febuary 1977): 5-36
ee. “Adapting the Qur‟an!”,Impact International vol. 7:4 (February- March 1977 / Rabi‟al 1397): 10-11
ff. “Moral Values in Medicine and Science, ”Biosciences Communications,
vol. III, no. 1 (1977); reprinted in Journal of the Islamic Medical
Association
gg. “Al Ijtihad wa al Ijma‟ ka Tarafay al Dinamikiyah fi al Islam”,Al Muslim
al Mu’asir, no. 9 (March 1977): 5 – 18
hh. “Islam and the Social Sciences,”Al-Ittihad vol. XIV, nos. 1-2, (January – April 1977): 38-40
ii. “Ab‟adal Ibadat fi al Islam,”Al Muslim al Mu’asir, no. 10 (1977 / 1397): 25-38
jj. “Central Asia Report: Muslims Survive,”Impact International (October 1977): 14-5
kk. “Islam and Other Faiths” inThe Challenge of lslam, ed. Altaf Gauhar. London: Islamic Council of Europe, 1978, pp. 82-111
ll. “Islam and Architecture,”The Muslim Scientist, vol. VII, nos. 1- 2 (March-June 1978): 14-22, dan masih banyak lagi artikel yang beliau tulis.
Karya dalam Pers:
a. An Anthology of Readings on Tawhid. Kuwait: IIFSO b. Training Program for Islamic Youth. Kuwait: IIFSO
c. The Life of Muhammad Ibn Abdul Wahhab. Riyadh: The Ministry of
Higher Education.123
Berangkat dari kondisi sosial kultural dan politik yang dialami, riwayat pendidikan, serta dari karya-karya beliau maka warna dan corak pemikirannya dapat diketahui. Sebagai orang Arab Palestina yang nuansa pemikirannya sangat terlihat tipikal khas Arab, al Faruqi dapat dikatakan memiliki tipe
pemikiran yang bersifat bayani. Setelah menekuni dunia filsafat yang corak
123Booklet Ismail Faruqi Seminar 2010, “Ismail Raji al Faruqi an Expose of the Legacy of a Mujtahid in the Modern Age”, 6-7 Juni 2010 di Westminster University, UK, 7-11.
pemikirannya bersifat filosofis, pada pemikiran al Faruqi pun tercetak bersifat burhani.124
Bayani adalah metode pemikiran khas Arab yang didasarkan atas otoritas
teks (nash) dalam hal ini al Quran dan Hadist, baik secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung artinya memahami teks sebagai pengetahuan jadi dan langsung mengaplikasikan tanpa perlu pemikiran, secara tidak langsung berarti memahami teks sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan
penalaran.125 Burhani adalah metode pemikiran yang menyandarkan diri pada