• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2010-2014

Sumber: Bidang Kesga dan Gizi, Dinkes Kab. Kep. Anambas, 2010-2014

Gambar diatas menunjukkan bahwa cakupan pelayanan kesehatan anak balita di Kabupaten Kepulauan Anambas tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 43,%, sedangkan pada tahun 2013 cakupan ini hanya mencapai 9,8%. Jika dibandingkan dengan capaian target nasional yang mencapai 90%, cakupan pelayan kesehatan anak balita di Kabupaten Kepulauan Anambas tidak terealisasi dengan baik. Hal ini dikarenakan masih rendahnya kesadaran orangtua membawa anak balitanya ke posyandu untuk memeriksakan tumbuh kembang anak.

i. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat

Masalah kesehatan anak usia sekolah semakin kompleks. Pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun. Beberapa masalah yang sering dialami anak usia sekolah adalah karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan, dan masalah gizi.

71,4 44,3 44,3 9,8 43,3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 2010 2011 2012 2013 2014 % Tahun

Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat kelas 1.

Penjaringan kesehatan sangat perlu dilakukan terhadap siswa sekolah dasar atau setingkat agar dapat mengetahui masalah kesehatan yang dialami siswa tersebut dan dapat melakukan penanganan sedini mungkin.

GAMBAR X

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN PADA SISWA SD & SETINGKAT MENURUT KECAMATAN KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2014

Sumber: Bidang Promosi Kesehatan dan SIK, Dinkes Kab. Kep. Anambas, 2014

Berdasarkan target nasional pada cakupan pelayanan kesehatan pada siswa SD dan Setingkat mencapai 100%, sedangkan capaian cakupan tersebut di Kabupaten Kepulauan Anambas hanya mencapai 5,8%. Rendahnya capaian ini dikarenakan kegiatan penjaringan kesehatan siswa SD dan Setingkat tidak dapat dilaksanakan karena terjadinya defisit anggaran di Kabupaten Kepulauan Anambas.

j. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk remaja melalui pendekatan yang menyenangkan, memperlakukan remaja dengan tangan terbuka, dan menghargainya, menjaga kerahasiaan, serta peka akan kebutuhan yang terkait dengan kesehatannya yang dijalankan secara efektif & efisien. Tujuan khusus dari PKPR antara lain:

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat;

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada remaja.

Puskesmas yang memiliki PKPR memberikan layanan baik di dalam maupun di luar gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja berbasis sekolah ataupun masyarakat. Hal ini dilakukan agar layanan yang diberikan dapat menjangkau semua kelompok remaja (10-19 tahun). Kriteria yang ditetapkan bagi Puskesmas yang mampu laksana PKPR yaitu:

a. Melakukan pembinaan pada minimal 1 sekolah (sekolah umum, sekolah berbasis agama) dengan melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) di sekolah binaan minimal 2 kali dalam setahun;

0 0 0 0 0 0 5,8 100 Siantan Jemaja Palmatak Siantan Timur Siantan Selatan Siantan Tengah Kab. Kep. Anambas Jemaja Timur

0 20 40 60 80 100 120

b. Melatih Kader Kesehatan Remaja di sekolah minimal sebanyak 10% dari jumlah murid di sekolah binaan; dan

c. Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan konseling yang kontak dengan petugas PKPR.

Layanan kesehatan diberikan secara komprehensif, dengan penekanan pada langkah promotif/preventif berupa pembekalan kesehatan dan peningkatan keterampilan psikososial dengan pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS). Konseling merupakan ciri khas dari PKPR, dimana konseling di berikan oleh tenaga kesehatan yang terampil, ramah dan berwawasan. Tenaga kesehatan juga melaksanakan kegiatan KIE ke sekolah dan kelompok-kelompok remaja lainnya melalui penyuluhan atau Focus Group Discussion (FGD).

k. Pelayanan Kesehatan Pada Kasus Kekerasan Terhadap Anak (KTA)

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpastisipasi, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Dari jutaan anak di dunia yang tidak mendapat perlindungan penuh, banyak diantara mereka terlibat dalam kekerasan, terbuang, terlantar, dijadikan pekerja, terabaikan dan dilecehkan. Berbagai bentuk kekerasan membatasi kesempatan anak-anak untuk bertahan hidup, tumbuh, berkembang dan mewujudkan impian mereka.

Menurut KOMNAS Perlindungan Anak (2006), pemicu kekerasan terhadap anak diantaranya adalah:

1. Kekerasan dalam rumah tangga, yaitu dalam keluarga terjadi kekerasan yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara yang lainnya. Anak seringkali menjadi sasaran kemarahan orang tua;

2. Disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Adanya disfungsi peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan peran ibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi;

3. Faktor ekonomi, yaitu kekerasan timbul karena tekanan ekonomi. 4) Pandangan keliru tentang posisi anak dalam keluarga. Orangtua menganggap bahwa anak adalah seseorang yang tidak tahu apa-apa. Dengan demikian pola asuh apapun berhak dilakukan oleh orang tua. Disamping itu, kekerasan pada anak terinspirasi dari tayangan-tayangan televisi maupun media-media lainnya yang tersebar dilingkungan masyarakat.

Pengertian kekerasan terhadap anak (WHO) adalah semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun secara emosional, penyalahgunaan seksual, penelantaran, eksploitasi, komersial atau lainnya, yang mengakibatkan cedera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan anak, kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam konteks hubungan tanggungjawab.

Upaya penanganan di bidang kesehatan adalah menyediakan akses pelayanan kesehatan bagi korban kekerasan pada anak yang terdiri dari pelayanan di tingkat dasar melalui puskesmas maupun tatalaksana kekerasan terhadap anak dan Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) di rumah sakit untuk penanganan kasus rujukan. Puskesmas mampu melakukan tatalaksana kekerasan terhadap anak dalam memberikan pelayanan penanganan gawat darurat, konseling, medikolegal dan rujukan (medis dan psikososial). Pelayanan terpadu di rumah sakit menangani pelayanan spesialistik yang melaliui IGD, perawatan, medikolegal dan psikososial (bantuan hokum dan perlindungan sosial bagi anak melalui panggilan telepon pada saat diperlakukan).

Kelompok umur remaja merupakan bagian terbesar dari kelompok anak jalanan (usia 14-18 tahun). Masalah kesehatan yang dialami anak jalanan terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Kondisi anak jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal yang sehat dan aktivitas dijalanan menyebabkan mereka renan terhadap gangguan kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan, diare, kulit dan lain sebagainya.

Secara psikologis, anak jalanan memiliki konsep diri negative, tidak atau kurang percaya diri, mudah tersinggung, ketergantungan pada orang lain dan emosi yang tidak stabil. Kondisi ini menyebabkan mereka mudah terpengaruh orang lain dan cenderung berperilaku antisocial (berkelahi, mencuri, merampas, menggunakan Narkoba dan menjalankan bisnis NAPZA dan berperilaku seks bebas). Selain itu, anak dapat mengalami berbagai bentuk eksploitasi fisik dan seksual terutama oleh orang dewasa hingga kehilanan nyawa, sehingga timbl masalah kesehatan yang terkait kesehatan reproduksi seperti Infeksi Menular Seksual (IMS/PMS) dan HIV/AIDS.

Upaya kesehatan bagi anak terlantar dilakukan pada kelompok-kelompok sasaran seperti di panti/LKSA anak terlantar/anak jalanan, shelter, rumah singgah dan lain-lain.Upaya penanganan dibidang kesehatan bagi anak terlantar/anak jalanan meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative melalui pendekatan pada kelompok-kelompok sasaran seperti dip anti anak terlantar/anaka jalanan, shelter, rumah singgah dan lain-lain. Pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan di puskesmas bekerjasama dengan unsure dari sector terkait dan LSM di wilayah kerjanya serta masyarakat lainnya.

m. Pelayanan Kesehatan Anak yang Berhadapan dengan Hukum di Lapas/Rutan

Masalah kesehatan yang banyak ditemukan di masyarakat hampir seluruhnya berkaitan dengan rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja, rendahnya kualitas kesehatan lingkungan dan tidak kondusifnya kondisi lingkungan psikososial seperti bullying. Masalah kesehatan yang dialami Anak yang berhadapan dengan Hukum (ABH) di lapas/rutan antara lain penyakit kulit (scabies), Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA, TB), Infeksi Menular Seksual termasuk HIV & AIDS, NAPZA dan sanitasi lingkungan lapas masih kurang.

Kebijakan dan strategi dalam program kesehatan bagi ABH dikembangkan sesuai dengan indikator pada Inpres No 3 Tahun 2010-2011 dilanjutkan pada tahun 2012 – 2014 sebagai RAN HAM, yaitu: pembinaan kesehatan bagi ABH di Lapas/Rutan dan rujukan di Rumah Sakit. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyuluhan PHBS, penyuluhan tentang kesehatan anak, penyuluhan tentang kesehatan lingkungan, penjaringan kesehatan, pemberantasan sarang nyamuk, imunisasi, pengobatan, dan lain – lain.

Upaya penanganan di bidang kesehatan bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) di lapas/rutan meliputi aspek promotif, preventif, kiuratif dan rehabilitative yang dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan di poliklinik Lapas/Rutan atau melalui sistem pelayanan kesehatan yang ada yaitu pelayanan strata pertama (Puskesmas) dan pelayanan rujukan (rumah sakit).

n. Pelayanan Kesehatan Anak Penyandang Cacat Melalui Program UKS di Sekolah Luar Biasa (SLB)

Anak berkelainan/anak dengan kecacatan merupakan anak yang paling rentan terhadap masalah kesehatan karena lebih beresiko mendapat kekerasan dari orangtua/lingkungannya akibat dari kelainan/kecacatan tersebut. Mereka juga mengalami hambatan dalam pemenuhan kebutuhan gizi karena ketidakmampuananak dalam kebersihan perorangan (kebersihan mulut, alat reproduksi dan lainnya).

Upaya penanganan di bidang kesehatan bagi anak penyandang cacat dilaksanakan secara komprehensif, diutamakan pada upaya pengobatan dan pemulihan kesehatan secara

terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan. Paket program yang dilaksanakan bersifat responsive terhadap permasalahan kesehatan anak dengan kecacatan dapat mengantisipasi kebutuhan sesuai proses tumbuh kembang anak.

Kriteria Puskesmas membina kesehatan anak penyandang cacat adalah puskesmas yang melakukan pembinaan kesehatan anak penyandang cacat melalui program UKS yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Kegiatannya meliputi penyuluhan PHBS, kesehatan reproduksi, gizi, kesehatanlingkungan, pencegahan penularan penyakit dengan menggunakan media yang dapat dimengerti anak, imunisasi, pengobatan dan rehabilitasi. Pada kondisi anak dengan kecacatan yang membutuhkan pelayanan rujukan dapat dilakukan rujukan kuratif dan rehabilitative ke Puskesmas atau langsung ke rumah sakit.

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana (KB) adalah suatu program yang dirancang pemerintah dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

Pelayanan KB merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, jenis pelayanan yang dapat diberikan kepada konsumen pada kemampuan fasilitas kesehatan dan ini berhubungan dengan jenjang pelayanan. Pelayanan keluarga berencana meliputi pemilihan alat Kontrasepsi, pelayanan aborsi yang aman (bila diperlukan untuk kesehatan ibu) dan kesehatan ibu. Pelayanan tambahan meliputi pencegahan penyakit kelamin termasuk AIDS, KB untuk ibu menyusui, perawatan setelah aborsi, diagnosis dan penobatan infeksi saluran reproduksi, pelayanan pengaduan tentang kesuburan dan Pap-smear. Fasilitas pelayanan KB professional dapat bersifat teknik statis atau mobile (TKBK, Pusling) dan diselenggarakan oleh tenaga professional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan atau perawat kesehatan. Pelayanan yang mobile diperlukan untuk menjangkau pedesaan yang terpencil. Fasilitas pelayanan KB professional statis meliputi pelayanan KB sederhana, lengkap, sempurna dan paripurna. Fasilitas pelayanan KB sederhana menyediakan jenis alat kontrasepsi seperti kondom, obat vaginal, pil KB, suntik KB, IUD, menanggulangi efek samping, dan berupaya rujukan. Tenaga pelaksanannya minimal perawat kesehatan atau bidan yang dilatih.

Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang sedang menggunakan alat kontasepsi, cakupan peserta KB yang baru menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB dan jeis kontrasepsi yang digunakan akseptor. Wanita yang menggunakan alat kontrasepsi berusia 15-49 tahun berstatus menikah.

GAMBAR X

CAKUPAN PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF