• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN LITERATUR

2.4 Jenis Metode Pemetaan Ilmu Pengetahuan

2.4.4 Pemetaan Konseptual

2.4.4.2 Cara Membuat Peta Konseptual

Artinya ialah karakteristik lain dari peta konsep adalah bahwa konsep-konsep yang diwakili secara hirarkis dengan konsep-konsep yang paling inklusif yang paling umum di bagian atas peta dan konsep lebih spesifik (kurang umum) diatur secara hirarki di bagian bawah. Struktur hirarkis untuk domain pengetahuan tertentu juga tergantung pada konteks di mana pengetahuan yang sedang diterapkan atau dianggap.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa karakteristik dari peta konsep adalah konsep-konsep diwakili secara hirarki dengan konsep yang paling umum terletak di bagian atas dan konsep yang lebih spesifik (lebih khusus) diletakan di bagian bawah. Suatu struktur hirarki untuk domain pengetahuan tertentu tergantung pada konteks dimana pengetahuan yang sedang diterapkan atau dianggap.

Perkembangan selanjutnya peta konsep digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pembelajaran agar lebih bermakna dalam mata pelajaran science maupun pelajaran lainnya. Semula, peta konsep dikenal juga dengan pembelajaran konstruktivisme karena para konstruktivis berpendapat bahwa dalam pembelajaran peta konsep, peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya sendiri.

2.4.4.2 Cara Membuat Peta Konseptual

Dalam praktiknya, ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh seseorang yang akan membuat peta konsep. Ernest dalam Rulam (2010), berpendapat bahwa untuk menyusun suatu peta konsep dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Tentukan dahulu topiknya,

2. Membuat daftar konsep-konsep yang relevan untuk konsep tersebut, 3. Menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan,

4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu proposisi,

5. Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat.

Berdasarkan pendapat di atas diketahui bahwa terdapat 5 (lima) cara untuk menyusun suatu peta konsep. Lima cara tersebut yakni menentukan topik, membuat daftar konsep-konsep yang relevan, menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan, menghubungkan konsep-konsep dengan kata-kata agar membentuk suatu proposisi, dan mengevaluasi hubungan konsep-konsep yang telah dibuat.

Pendapat lain menyatakan bahwa langkah-langkah dalam membuat peta konsep, yaitu:

1. Memilih suatu bahan bacaan/ sumber bacaan. 2. Tentukan konsep-konsep yang relevan.

3. Mengelompokkan (mengurutkan) konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling tidak inklusif.

4. Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep-konsep yang paling inklusif diletakkan di bagian atas atau di pusat bagan tersebut.

5. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dihubungkan dengan kata hubung. Misalnya “merupakan”, “dengan”, “diperoleh”, dan lain-lain. (Ivonyerniwaty, 2011:1)

Dari pendapat di atas diketahui bahwa terdapat 5 (lima) cara untuk membuat peta konsep. Lima cara tersebut yakni memilih suatu bahan bacaan/sumber bacaan, menentukan konsep-konsep yang relevan, mengurutkan konsep-konsep secara hirarki, mulai dari konsep paling inklusif sampai konsep paling khusus. Kemudian menyusun konsep-konsep tersebut dalam kertas dengan cara menempatkan konsep paling inklusif pada bagian paling atas, lalu menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan kata penghubung.

Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (2002:4) bahwa untuk membuat peta konseptual, ada 6 (enam) langkah yang dapat dilakukan adalah:

1. Masing-masing subdisiplin ilmu atau spesialisasi dianggap sebagai elemen pengetahuan dari domain tertentu, dinyatakan di peta dalam bentuk kotak/ kerangka tunggal.

2. Besaran isi pengetahuan dalam sebuah elemen, misalnya diukur dengan jumlah publikasi, paten, pengarang aktif dan lain-lain. Dinyatakan berdasarkan besaran (atau ketebalan kotak) elemen di peta. Dengan demikian besaran tersebut bersifat relatif.

3. Tingkat pengetahuan diungkapkan berdasarkan ketebalan atas warna masing-masing elemen. Tingkat pengetahuan ini terbagi atas 5 tingkatan yaitu: (1)

tingkat 1: realita-data empiris mengenai realita, persepsi, deskripsi; (2) tingkat 2: realita ke model-syarat dan kondisi persamaan, perkiraan, asumsi dan pemodelan; (3) tingkat 3: Model, merupakan representasi realita diwujudkan dalam model; (4) tingkat 4: Model ke pernyataan-teknik verifikasi, algoritma, dan ketentuan penalaran; (5) tingkat 5: pernyataan berupa teori, inferensi, penjelasan dan penilaian.

4. Kedekatan elemen pengetahuan, dinilai oleh pakar atau diukur berdasarkan indeks kedekatan bibliometrika. Teknik ini digunakan untuk menentukan lokasi relatif masing-masing elemen.

5. Lokasi elemen di peta hendaknya mencerminkan asal usul dan daya tarik menarik dengan disiplin eksternal (sumber pengetahuan)

6. Koneksi antara elemen pengetahuan hendaknya mencerminkan arah dan intensitas dampak atau arus pengetahuan. Koneksi ditunjukkan dengan panah dan garis. Asesmen terhadap hubungan dilakukan dengan menggunakan data sitasi, pengulangan kata dan/ atau pendapat pakar dalam bidang tersebut.

Berdasarkan pendapat Sulistyo di atas diketahui bahwa terdapat 6 langkah untuk membuat peta konsep. Enam langkah tersebut yakni masing-masing subdisiplin ilmu atau spesialisasi dianggap sebagai elemen pengetahuan dari domain tertentu, besaran isi pengetahuan dalam sebuah elemen, misalnya diukur dengan jumlah publikasi, paten, pengarang aktif dan lain-lain. Dinyatakan berdasarkan besaran atau ketebalan kotak elemen di peta, tingkat pengetahuan diungkapkan berdasarkan ketebalan atas warna masing-masing elemen, kedekatan elemen pengetahuan, dinilai oleh pakar atau diukur berdasarkan indeks kedekatan bibliometrika. Lokasi elemen di peta hendaknya mencerminkan asal usul dan daya tarik menarik dengan disiplin eksternal (sumber pengetahuan), dan koneksi antara elemen pengetahuan hendaknya mencerminkan arah dan intensitas dampak atau arus pengetahuan. Koneksi ditunjukkan dengan panah dan garis.

Dari ketiga pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa metode atau cara untuk membuat peta konsep adalah sebagai berikut:

1. Memilih suatu bahan bacaan/ sumber bacaan,

2. Mencatat semua judul artikel dari masing-masing judul artikel yang terdapat di dalam suatu bahan bacaan/ sumber bacaan yang telah dipilih, serta memahami isi artikel-artikel tersebut,

3. Menentukan konsep-konsep yang akan dijadikan sebuah elemen pengetahuan, misalnya saja subdisiplin ilmu sebagai elemen pengetahuan dari domain tertentu; besaran isi pengetahuan dalam sebuah elemen yang mencakup jumlah publikasi, jumlah pengarang, asal pengarang, dan bahasa artikel;

tingkat pengetahuan, ada 5 (lima) tingkat pengetahuan yakni tingkat 1. realita-data empiris mengenai realita, persepsi, deskripsi, tingkat 2. realita ke model-syarat dan kondisi persamaan, perkiraan, asumsi dan pemodelan,tingkat 3. Model, merupakan representasi realita diwujudkan dalam model, tingkat 4. Model ke pernyataan-teknik verifikasi, algoritma, dan ketentuan penalaran, tingkat 5 pernyataan berupa teori, inferensi, penjelasan dan penilaian,

4. Menghubungkan konsep-konsep tersebut dengan kata penghubung, 5. Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat,

6. Hubungan antara konsep hendaknya mencerminkan arah dan intensitas dampak atau arus pengetahuan, ditunjukkan dengan panah dan garis.

Keenam langkah-langkah tersebut merupakan metode atau cara yang dirumuskan berdasarkan perpaduan antara pendapat Ermest, Dahar dan Sulistyo-Basuki. Selanjutnya keenam langkah-langkah tersebut akan diterapkan atau digunakan dalam penelitian ini.

Adapun konsep-konsep yang akan dijadikan sebagai elemen pengetahuan adalah:

1. Subdisiplin ilmu sebagai elemen pengetahuan dari domain tertentu;

Untuk menentukan subdisiplin ilmu masing-masing artikel, digunakan pedoman peta ilmu informasi yang telah dibuat oleh Sulistyo-Basuki (Sulistyo-Basuki, 2006: 29). Peta ilmu informasi dapat dilihat pada Lampiran 3.

2. Besaran isi pengetahuan dalam sebuah elemen yang mencakup jumlah publikasi, jumlah pengarang, asal pengarang, dan bahasa artikel;

3. Tingkat pengetahuan, ada 5 (lima) tingkat pengetahuan yakni:

a. Tingkat 1. realita-data empiris mengenai realita, persepsi, deskripsi, Maksudnya ialah apakah realita-data empiris yang terdapat dalam artikel-artikel tersebut merupakan suatu realita, persepsi atau kah merupakan deskripsi.

Adapun defenisi yang dimaksud dengan realita, persepsi, dan deskripsi adalah sebagai berikut. Berdasarkan Kamus Kata Serapan (2001: 504), realita adalah kenyataan. Maka realita-data empiris yang merupakan

realita adalah suatu data empiris yang datanya merupakan data yang nyata/ real sesuai dengan data yang ada atau nyata.

Berdasarkan Kamus Kata Serapan (2001: 449), persepsi adalah suatu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera atau suatu kesadaran/ tanggapan akan sesuatu yang diterima melalui panca indera. Maka realita-data empiris yang merupakan persepsi adalah suatu data empiris yang datanya diperoleh seseorang melalui proses tanggapan akan sesuatu yang dtangkap oleh panca indera seseorang tersebut.

Berdasarkan Kamus Pintar Bahasa Indonesia (1995: 74), deskripsi adalah paparan dengan kata-kata secara terperinci. Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa realita-data empiris yang merupakan deskripsi adalah suatu data empiris yang data nya merupakan atau hasil dari paparan-paparan dengan kata-kata yang terperinci.

b. Tingkat 2. realita ke model-syarat dan kondisi persamaan, perkiraan, asumsi dan pemodelan,

Maksudnya ialah apakah realita ke model-syarat yang terdapat dalam artikel-artikel tersebut merupakan suatu persamaan, perkiraan, asumsi ataukah pemodelan.

Adapun defenisi yang dimaksud dengan persamaan, perkiraan, asumsi dan pemodelan adalah sebagai berikut. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984: 858), persamaan adalah perihal sama atau keadaan yang sama, serupa dengan yang lain. Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa realita ke model-syarat dan kondisi yang merupakan persamaan adalah realita ke model-syarat dan kondisinya berupa perihal/ keadaan yang sama ataupun serupa dengan yang lainnya.

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984: 511), perkiraan adalah perhitungan, pertimbangan. Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa realita ke model-syarat dan kondisi yang merupakan perkiraan adalah realita ke model-syarat dan kondisi nya berupa perhitungan, pertimbangan.

Berdasarkan Kamus Pintar Bahasa Indonesia (1995: 26), asumsi adalah anggapan, dugaan.

c. Tingkat 3. Model, merupakan representasi realita diwujudkan dalam model,

Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa realita ke model-syarat dan kondisi yang merupakan asumsi adalah realita ke model-syarat dan kondisi nya berupa anggapan, dugaan.

Menurut Herawati (2010: 16), pemodelan adalah suatu bentuk penyederhanaan dari sebuah elemen dan komponen yang sangat komplek untuk memudahkan pemahaman dari informasi yang dibutuhkan. Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa realita ke model-syarat dan kondisi yang merupakan pemodelan adalah realita ke model-syarat dan kondisi nya berupa suatu penyederhanaan dari sebuah elemen dan komponen yang sangat komplek untuk memudahkan pemahaman dari informasi yang dibutuhkan.

Maksudnya ialah apakah model dalam artikel-artikel tersebut, merupakan representasi realita yang diwujudkan dalam model atau tidak diwujudkan dalam model. Berdasarkan Kamus Pintar Bahasa Indonesia (1995: 188), model adalah ragam, contoh, acuan. Berdasarkan defenisi tersebut dapat kita ketahui bahwa representasi realita yang diwujudkan dalam model adalah representase realitanya berupa/ diwujudkan dengan contoh, seperti gambar.

Adapun defenisi model menurut Herawati (2010: 11), model adalah representasi penyederhanaan dari sebuah realita yang complex (biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan mempunyai feature yang sama dengan tiruannya dalam melakukan task atau menyelesaikan permasalahan.

d. Tingkat 4. Model ke pernyataan-teknik verifikasi, algoritma, dan ketentuan penalaran,

Maksudnya ialah model ke pernyataan dalam artikel-artikel tersebut merupakan teknik verifikasi, algoritma, atau kah ketentuan penalaran.

Adapun defenisi yang dimaksud dengan verifikasi, algoritma dan penalaran adalah sebagai berikut. Berdasarkan Kamus Pintar Bahasa Indonesia (1995: 238), verifikasi pemeriksaan tentang kebenaran laporan. Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa model ke pernyataan-teknik yang berupa verifikasi adalah teknik yang berisikan tentang kebenaran akan suatu laporan.

Berdasarkan Kamus Pintar Bahasa Indonesia (1995: 15) Algoritma adalah urutan logis pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah

e. Tingkat 5. Pernyataan berupa teori, inferensi, penjelasan dan penilaian, . Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa model ke pernyataan-teknik yang berupa algoritma adalah teknik yang berisikan tentang urutan logis untuk pemecahaan suatu masalah..

Menurut Herdiyanti (2012: 1), penalaran adalah suatu proses berfikir, yang menghubungkan fakta-fakta dari suatu data hingga memperoleh suatu kesimpulan. Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat kita ketahui bahwa model ke pernyataan-teknik yang berupa penalaran adalah teknik yang berisikan tentang proses berfikir.

Maksudnya ialah apakah pernyataan dalam artikel-artikel tersebut berupa teori, inferensi, penjelasan atau kah berupa penilaian.

Adapun defenisi yang dimaksud dengan teori, inferensi, penjelasan dan penilaian adalah sebagai berikut. Berdasarkan Kamus Kata Serapan (2001: 621), teori adalah pendapat/ gagasan umum sebagai suatu kebenaran yang diperoleh dari serangkaian kenyataan/ pemikiran. Berdasarkan defenisi tersebut dapat diketahui bahwa pernyataan yang berupa teori adalah pernyataan yang berisikan pendapat/ gagsan umum yang kebenaran nya diperoleh dari serangkaian kenyataan pemikiran.

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984: 382), inferensi adalah suatu proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui. Berdasarkan defenisi tersebut dapat diketahui bahwa pernyataan yang berupa inferensi adalah pernyataan yang berisikan informasi yang bersal dari fakta yang diketahui.

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984: 410), penjelasan adalah suatu keterangan yang lebih jelas, uraian untuk menjelaskan. Berdasarkan defenisi tersebut makan dapat kita ketahi bahwa pernyataan yang berupa penjelasan adalah pernyataan yang berisikan suatu keterangan-keterangan atau uraian-uraian yang menjelaskan lebih jelas lagi.

Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia (1984: 677), penilaian adalah suatu perbuatan menilai/ memberi nilai. Berdasarkan defenisi tersebut dapat diketahui bahwa pernyataan yang berupa penilaian adalah pernyataan yang isi nya memberi nilai terhadap suatu hal.

Contoh peta konsep yang pernah dibuat oleh Riduan (2010:4,5,9):

Sumber: Riduan (2010:4)

Gambar 4. Contoh sederhana peta konsep

Sumber: Riduan (2010:9)

Sumber: Riduan (2010:9)

Gambar 6. contoh lain peta konsep sederhana

Sumber: Riduan (2010:5)

Contoh peta konsep yang pernah dibuat oleh Fatmawati (2005:23):

Sumber: Fatmawati (2005:23)

Gambar 8. Bagan Peta Konsep Materi Daur Air dan Peristiwa Alam Contoh peta konsep yang pernah dibuat oleh Taufiqurohman (2011:1):

Sumber: Taufiqurohman (2011:1)

Sumber: Taufiqurohman (2011:1)

Gambar 10. Peta Konsep Zat Psikotropika Contoh peta konsep yang pernah dibuat oleh Dahar (1989:127):

Sumber : Dahar (1989:127)

Contoh peta konsep yang pernah dibuat oleh Aslam (2012:1):

Sumber: Aslam (2012:1)

Gambar 12. Peta Konsep Plantae

Dokumen terkait