• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Cooperative Learning

Cooperative Learning atau belajar bersama adalah pembelajaran dimana siswa dibiarkan belajar berkelompok, saling menguatkan, saling mendalami, dan bekerja sama untuk semakin menguasai bahan (Suparno, 2007:134). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam belajar bersama supaya tujuannya tercapai, yaitu:

a. Perlu adanya ketergantungan antara siswa secara positif, saling ketergantungan berarti masing saling bergantung, maka masing-masing juga ada kesanggupan untuk saling membantu.

b. Perlunya pengembangan interaksi interpersonal antara siswa dan keterampilan berkelompok. Interaksi, komunikasi antar kelompok perlu memajukan terus menerus dan di bina.

c. Perlu masing-masing dibantu tetap bertanggung jawab pada penguasaan d. Perlu diyakinkan bahwa kelompok dapat berhasil dan di kembangkan

kerja sama yang efektif.

Menurut Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2010:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperatif learning.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran harus diterapkan. Kelima unsur tersebut adalah:

a. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar orang lain dapat mencapai tujuan mereka.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Karena setiap siswa mendapat tugas yang berbeda secara otomatis siswa tersebut harus mempunyai tanggung jawab untuk mengerjakan tugas tersebut karena tugas setiap anggota kelompok mempunyai tugas yang berbeda sesuai dengan kemampuannya yang dimiliki setiap individu. Oleh karena itu jika ada siswa yang tidak mampu mengerjakan tugas tersebut, maka tugas kelompok tersebut tidak terselesaikan.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.

d. Komunikasi Antaranggota

Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengar dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan setiap anggota untuk saling mendengar dan kemampuan mereka dalam mengutarakan pendapat.

e. Evaluasi Proses Kelompok

Seorang pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang setelah beberapa kali pembelajaran.

Menurut Nur (Pendi Santoso, 2011:16) ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif umtuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentukdari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.

Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat 6 langkah (fase) utama, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

6 langkah dalam pembelajaran kooperatif

Fase Indikator Aktivitas/Kegiatan Guru 1 Menyampaikan tujuan dan

memotivasi peserta didik

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi peserta didik 2 Menyampaikan informasi Guru menyampaikan informasi

kepada peserta didik 3 Mengorganisasikan

peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menginformasikan pengelompokan peserta didik

4 Membimbing kelompok belajar

Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja peserta didik untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan

6 Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individu dan kelompok 2. Round Robin Brainstorming

a. Brainstorming

Brainstorming adalah piranti perencanaan yang dapat menampung kreativitas kelompok dan sering digunakan sebagai alat pembentukan konsesus maupun untuk mendapatkan ide-ide yang banyak (Yoseph, 2011:10).

Liputo (1988: 64) menerangkan maksud dari brainstorming ingin memberikan sebebas-bebasnya kepada anggota kelompok untuk memberikan pendapatnya tanpa ragu-ragu karena takut dikeritik dan sebagainya oleh orang lain. Selain itu setiap peserta mendapatkan kesempatan atau giliran untuk berpertisipasi melontarkan idenya sampai habis. Dalam brainstorming juga terdapat dua komponen pokok, yaitu:

1) Pikiran-pikitan itu adalah kreatif dan asli

2) Anggota-anggota kelompok sedapat mungkin hendaknya sama tinggi

Menurut Yoseph (2011:11) ada beberapa alasan mengapa Brainstormingdigunakan oleh suatu tim untuk menghasilkan ide-ide, yaitu:

1) Meningkatkan kepedulian dan pertisipasi anggota tim.

2) Menghasilkan banyak ide-ide dalam waktu yang relative singkat. 3) Mengurangi keinginan anggota tim untuk merasa paling mampu

dalam memberi jawaban yang benar.

4) Mengurangi kemungkinan berkembangnya pemikiran negatif di antara mereka.

Menurut Liputo (1988:64) ada empat dasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran dengan teknik Brainstorming. Empat dasar tersebut adalah:

1) Kritik harus dihilangkan. Menilai pendapat kelompok harus dihindari sampai semua pendapat telah diberikan.

2) Pendapat-pendapat bebas bahkan radikal diterima 3) Makin banyak pendapat makin baik

4) Kombinasi dan perbaikan pikiran

Pembelajaran Brainstorming bertujuan untuk mendapatkan sejumlah ide dari anggota tim dalam waktu relatif singkat tanpa sikap kritis yang ketat (Yoseph, 2011:11). Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh suatu tim atau organisasi dengan melakukan teknik Brainstorming di antaranya:

1) Mengidentifikasi masalah

2) Mencari sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya masalah 3) Menentukan alternative pemecahan masalah

4) Mengimplementasi pemecahan masalah

5) Merencanakan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu aktivitas

6) Melakukan perbaikan

Menurut Roestiyah (2007:74) brainstorming memiliki beberapa kelebihan didalamnya, diantaranya:

1) Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat 2) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis

3) Merangsang siswa untuk selalu sisap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru

4) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran

5) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan temannya yang pandai atau dari guru

6) Terjadi persaingan yang sehat 7) Anak merasa bebas dan gembira

8) Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan

Selain kelebihan, teknik brainstorming juga memiliki kelemahan, diantaranya:

1) Memerlukan waktu yang relatif lama. 2) Lebih didominasi oleh siswa yang pandai.

3) Siswa yang kurang pandai (lambat) selalu ketinggalan. 4) Hanya menampung tanggapan siswa saja

5) Guru tidak pernah merumuskan suatu kesimpulan.

6) Siswa tidak segera tahu apakah pendapat yang dikemukakannya itu betul atau salah.

7) Tidak menjamin terpecahkannya suatu masalah. 8) Masalah bisa melebar ke arah yang kurang diharapkan. b. Putaran Teratur (Round Robin)

Metode ini merupakan metode yang memberikan giliran kepada setiap individu untuk mengajukan pendapat secara teratur sesuai dengan

gilirannya. Untuk menghemat waktu, peserta yang belum memiliki ide akan dilewati, dia bisa mengucapkan “terus” atau “lanjut” yang magsudnya memberi kesempatan pada peserta berikutnya (Yoseph, 2011:12).

c. Langkah-langkah dalam melaksanakan Round Robin Brainstorming

Langkah-langkah yang dilakukan ketika melakukan pembelajaran dengan menggunakan round robin brainstorming adalah sebagai berikut:

1) Persiapan.

a) Guru memberikan agenda acara meteri yang akan dilakukan b) Mempersiapkan ruangan dan fasilitas pendukung lainnya. 2) Pelaksanaan

a) Menentukan batasan waktu yang digunakan b) Menetapkan pimpinan dan notulis

c) Menetapkan aturan bersama

d) Menentukan metode yang digunakan dalam Brainstorming e) Memberi kesempatan kepada para peserta untuk menyampaikan

gagasannya

f) Menuliskan setiap ide yang dilontarkan peserta g) Melakukan pengelompokan ide yang sejenis h) Melakukan pembahasan ide

Selanjutnya notulis mencatat semua pendapat yang di keluarkan oleh perserta tanpa merubah sedikitpun pendapat tersebut. Setelah sejumlah ide terkumpul, selanjutnya dilakukan:

1) Meninjau ide satu persatu

2) Ide yang hampir sama kemungkinan dapat disatukan, ide yang belum jelas dapat ditanyakan pada peserta yang bersangkutan

3) Mana ide yang akan dipilih, bisa dilakukan pengambilan keputusan secara voting

4) Menyempurnakan ide yang telah disepakati 5) Mengambil kesimpulan dan altenatif tindak lanjut.

Menurut yoseph (2011:13) dalam melakukan setiap sesuatu, kita pasti akan mengalami suatu hambatan/rintangan untuk melakukan hal tersebut. Demikin juga dengan teknik Brainstorming, teknik ini juga memiliki hambatan dalam pelaksanaannya, seperti:

1) Peserta tidak mematuhi aturan main, misalnya;

a) Memberikan komentar yang tidak perlu terhadap peserta yang lain

b) Dalam satu putaran, seorang peserta melontarkan beberapa ide c) Seorang peserta yang belum sampai gilirannya sudah

menyampaikan idenya

d) Ada peserta yang mendominasi atau memotong pembicaraan peserta lain

e) Ada peserta yang bertanya pada saat proses berlangsung. 2) Notulis merubah ide yang dilontarkan peserta.

3) Peserta tidak mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang. 4) Hamabatan non teknis, seperti; kurang antusia, dan kurang

kerjasama.

Dokumen terkait