• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Sosial Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Dampak Sosial Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

Dalam penelitian ini aspek sosial yang diamati meliputi beberapa aspek kehidupan masyarakat berupa pendidikan, kesehatan, sumber air minum, perumahan dan peralatan rumah tangga serta kondisi kesejahteraan masyarakat. a. Tingkat Pendidikan

Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam pembangunan. Keadaan pendidikan yang diamati dalam penelitian ini adalah penyebaran kemampuan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi merupakan dampak dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17.

57

Tabel 17. Sebaran Masyarakat Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Kabupaten Kampar

Yang Mencapai Tingkat Pendidikan

Uraian Sebelum Adanya Pabrik

(%)

Setelah Adaya Pabrik (%) SD 8,33 1,67 SLTP 38,33 5,00 SLTA 6,67 5,00 Tidak bisa Menamatkan PT 8,33 3,33 Jumlah 61,67 15,00 SD 15,00 3,33 SLTP 16,67 20,00 SLTA 5,00 51,67 Bisa Menamatkan PT 1,67 10,00 Jumlah 38,33 85,00 Total 100,00 100,00

Dari Tabel 17 dapat dijelaskan bahwa sebelum adanya pabrik 38,33% dari masyarakat tidak bisa menamatkan SLTP, tetapi setelah adanya pabrik 51,67% masyarakat bisa menamatkan SLTA. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif kepada masyarakat terhadap pendidikan formal.

Kesadaran masyarakat yang semakin meningkat tentang perlunya pendidikan merupakan bagian dari migrasi masyarakat dari berbagai daerah seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Jawa. Disamping itu migrasi penduduk juga dapat memberikan dampak berdirinya lembaga- lembaga pendidikan baru baik negeri ataupun swasta, disamping meningkatnya kesejahteraan masyarakat dari kondisi sebelum ada pabrik.

b. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran udara yang terjadi terhadap penyebaran masyarakat disekitar pabrik pengolahan kelapa sawit berupa emisi tidak menunjukan dampak negatif. Akan tetapi dampak negatif pencemaran udara ini diakibatkan dari transportasi pengangkutan Tandan Buah Segar, sebagai bahan baku olahan pabrik, karena dapat menimbulkan debu bagi pengguna jalan yang sama.

Pembuangan janjangan kosong sisa hasil olahan pabrik dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai kebun inti yang melakukan pembuangan disekitar lokasi pemukiman masyarakat yang tersebar di daerah inti. Berdasarkan pengamatan dilapangan 90% pabrik Pengolahan Kelapa Sawit mempunyai perkebunan inti, dari persentase tersebut 67,5% pabrik membuang janjangan kosong pada kebun inti mereka. Menurut Lubis (1990), ampas dan cangkang sawit dapat dijadikan pupuk untuk tanaman, terutama pada perkebunan kelapa sawit. Hal ini menyebabkan perusahaan ataupun pengusaha perkebunan kelapa sawit menempatkan janjangan kosong tersebut tanpa memperhatikan jarak perkebunan inti berada dekat atau tidak dengan lokasi pemukiman masyarakat.

Selain udara dan sampah aspek lain dari lingkungan masyarakat pengguna sumber air berdampak positif. Dari Tabel 18 terlihat bahwa 26,67% masyarakat sebelum berdirinya pabrik pengolahan kelapa sawit pengguna sumber air sungai. Setelah berdirinya pabrik, pengguna sumber air sumur lebih meningkat menjadi 95%. Dapat dikatakan keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif terhadap pengguna air sumur.

59

Tabel 18. Penyebaran Masyarakat Berdasarkan Sumber Air di Kabupaten Kampar

No Uraian

Sebelum Berdiri pabrik pengolahan kelapa sawit

(%)

Setelah Berdiri pabrik pengolahan kelapa sawit

(%)

1 Air sungai 26,67 3,33

2 Air hujan 5,00 1,67

3 Sumur 68,33 95,00

Total 100,00 100,00

Kontroversi kekhawatiran masyarakat, pabrik pengolahan kelapa sawit membuang limbah ke sungai. Hal ini dibuktikan dengan kejadian di Desa Petapahan Kecamatan Tapung pada tahun 2002. Terjadi pencemaran air sungai akibat pembuangan limbah ditandai dengan matinya ikan dalam jumlah besar, berubahnya warna air dari kondisi normal dan ditandai dengan penebalan lumpur pada dasar sungai.

Bagi masyarakat pengguna sumber air sungai, ini merupakan dampak negatif dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit. Akan tetapi hal ini menjamin masyarakat pengguna sumber air dari aspek kesehatan.

c. Tingkat Kesehatan

Berdirinya pabrik pengolahan kelapa sawit berdampak negatif terhadap penyebaran masyarakat berdasarkan penyakit yang diderita. Pada Tabel 19 dapat dilihat penyakit Inspeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menempati urutan tinggi, baik sebelum atau sesudah berdiri pabrik pengolahan kelapa sawit. Artinya keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit tidak memberikan dampak terhadap penyakit ISPA. Penyakit diare menempati urutan kedua, tetapi mengalami

peningkatan jumlah penderita. Artinya keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak negatif terhadap penyebaran mayarakat dilingkungan pabrik pengolahan kelapa sawit.

Tabel 19. Penyebaran Masyarakat Berdasarkan Penyakit Pernah Diderita di Kabupaten Kampar

Penyakit Sebelum Berdirinya pabrik (%)

Setelah Berdirinya pabrik (%) ISPA 45,00 43,33 Diare 43,33 46,67 Jamur Kulit 8,33 5,00 Lainnya (Rematik, Alergi, Malaria) 3,34 5,00 Total 100,00 100,00

Pembuangan limbah sampah adalah salah satu faktor penyebab berkembang biaknya lalat. Menurut penelitian Tasliati (2004), lalat merupakan sala h satu faktor penyebab terjadinya diare di Desa Petapahan Kecamatan Tapung. Hal ini dapat dikatakan bahwa pembuangan dan penempatan janjangan kosong yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan masyarakat sangat erat kaitannya terhadap perkembang biakan lalat. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab penyakit diare.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar (2004), tercatat penderita penyakit diare sebesar 954 jiwa. Dalam wilayah kerja Puskesmas Tapung, tercatat 654 jiwa terserang diare. Sepuluh penyakit diwilayah kerja Puskesmas Tapung (ISPA, diare, infeksi kulit, kecelakaan, mata, reumatik, alergi kulit, jamur kulit, dan malaria klinik) diare menempati urutan kedua setelah penyakit ISPA (Puskesmas Tapung, 2004)

61

d. Perumahan dan Peralatan Rumah Tangga

Rumah sebagai tempat anggota keluarga berkumpul juga memiliki nilai tersendiri dari aspek sosial masyarakat, dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Penyebaran Masyarakat Berdasarkan Kondisi Perumahan di Kabupaten Kampar

Keadaan Rumah

Sebelum Adanya pabrik pengolahan kelapa sawit

(%)

Setelah Adanya pabrik pengolahan kelapa sawit

(%) Atap a. Genteng 15,00 23,33 b. Seng 81,67 76,67 c. Daun Rumbia 3,33 - Dinding a. Bata 20,00 73,33 b. 1/2 bata 43,33 16,67 c. Papan 36,67 10,00 Lantai a. Semen 78,33 93,33 b. Papan 18,33 6,67 c. Tanah 3,33 - Jenis Rumah a. Permanen 43,33 68,33 b. Semi permanen 53,33 31,67 c. Non permanen 3,33 -

Dari Tabel 20 terlihat keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif terhadap sebaran masyarakat pengguna atap genteng, dinding bata dan lantai semen. Pergeseran jenis rumah ini disebabkan peningkatan pertumbuhan penduduk yang berada di sekitar pabrik membuka wawasan masyarakat tentang kemajuan-kemajuan dan gaya hidup modern. Hal ini menyebabkan animo masyarakat untuk meningkatkan status sosial melalui penampilan rumah dan didukung oleh peningkatan pendapatan sehingga terjadi pergeseran jenis rumah dari semi permanan menjadi permanen.

Secara nyata perubahan kondisi perumahan ini juga menimbulkan dampak negatif, ditandai denga n keinginan masyarakat yang tinggi untuk membangun dan memperbaiki rumahnya. Hal ini mengakibatkan ibu- ibu rumah tangga berorientasi dan berfikir bukan lagi pada pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga, tetapi lebih mendahulukan keinginan sekunder bahkan tertier.

Untuk peralatan dan fasilitas rumah tangga memberikan dampak pada meningkatnya fasilitas rumah tangga, atau segala peralatan rumah tangga. Hal ini terjadi karena kesejahteraan dan keinginan memperbaiki taraf hidup juga meningkat.