• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN PEMUTUSAN KONTRAK

Dalam dokumen Lampiran III 8 RKS Js Konsultan Konstruksi (Halaman 44-48)

16.1. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai.

16.2. Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya hal-hal diluar kekuasaan (keadaan kahar) kedua belah pihak sehingga para pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban yang ditentukan di dalam kontrak.

Dalam hal kontrak dihentikan, maka Pejabat Pembuat Komitmen wajib membayar kepada penyedia jasa sesuai dengan kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang telah dicapai.

16.3. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana penyedia jasa cidera janji atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur di dalam kontrak. Kepada penyedia jasa dikenakan sanksi sesuai Pasal 19.5.

16.4. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana para pihak terbukti melakukan kolusi, kecurangan atau tindak korupsi baik dalam proses seleksi penyedia jasa maupun pelaksanaan pekerjaan, dalam hal ini :

a. Penyedia jasa dapat dikenakan sanksi yaitu : 1). Sisa uang muka harus dilunasi oleh

penyedia jasa;

2). Pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.

b. Pejabat Pembuat Komitmen dikenakan sanksi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disipilin Pegawai Negeri Sipil atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

16.5. Pemutusan kontrak oleh Pejabat Pembuat Komitmen

Sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) hari setelah Pejabat Pembuat Komitmen menyampaikan pemberitahuan rencana pemutusan kontrak secara tertulis kepada penyedia jasa untuk kejadian tersebut di bawah ini, Pejabat Pembuat Komitmen dapat memutuskan kontrak.

Kejadian dimaksud adalah :

a. Didalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kalender terhitung dari tanggal ditandatangani Kontrak ini, tidak atau belum memulai tugas pekerjaannya; b. Secara langsung atau tidak langsung dengan

sengaja memperlambat penyelesaian pekerjaan; c. Memberikan keterangan-keterangan yang tidak

benar, yang merugikan kepentingan Pejabat Pembuat Komitmen;

d. Penyedia jasa tidak berhasil memperbaiki suatu kegagalan pelaksanaan, sebagaimana dirinci dalam surat pemberitahuan penangguhan pembayaran;

e. Penyedia jasa tidak mampu lagi melaksanakan pekerjaan atau bangkrut;

f. Penyedia jasa gagal mematuhi keputusan akhir penyelesaian perselisihan;

g. Terjadi keadaan kahar dan penyedia jasa tidak dapat melaksanakan pekerjaan.

Terhadap pemutusan kontrak yang timbul karena terjadinya salah satu kejadian sebagaimana dirinci dalam huruf a. sampai g. diatas, Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak diberlakukan.

Atas pemutusan kontrak yang timbul karena salah satu kejadian yang diuraikan dalam huruf a. sampai f. penyedia jasa dimasukkan dalam daftar hitam. 16.6 Prosedur pemutusan kontrak

Setelah salah satu pihak menyampaikan atau menerima pemberitahuan pemutusan kontrak, sebelum tanggal berlakunya pemutusan tersebut penyedia jasa harus:

a. Mengakhiri pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam pemberitahuan pemutusan kontrak;

b. Mengalihkan hak dan menyerahkan semua laporan, desain, spesifikasi, dan perhitungan, baik yang sudah selesai atau selesai sebagian. Pengalihan hak dan penyerahan tersebut harus dilakukan dengan cara dan pada waktu yang ditentukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen; c. Menyerahkan semua fasilitas yang disediakan

oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

16.7. Dalam hal terjadi pemutusan kontrak sesuai dengan Pasal 16.5., Pejabat Pembuat Komitmen tetap membayar hak penyedia sampai dengan batas tanggal pemutusan.

16.8. Sejak tanggal berlakunya pemutusan kontrak, Pejabat Pembuat Komitmen tidak bertanggung jawab lagi atas pelaksanaan kontrak.

17. PENYELESAIAN

PERSELISIHAN

17.1. Pada prinsipnya penyelesaian perselisihan melalui musyawarah untuk mufakat;

17.2. Jika penyelesaian sebagaimana dimaksud pasal 14.1. di atas tidak tercapai, maka kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan di Pengadilan Negeri Surabaya sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku.

18. BAHASA DAN

HUKUM

18.1. Kontrak dibuat dalam bahasa Indonesia serta tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

19. PERPAJAKAN 19.1. Penyedia jasa harus mengetahui, memahami dan

patuh terhadap semua peraturan perundang- undangan tentang pajak yang berlaku di Indonesia dan sudah diperhitungkan dalam penawaran biaya.

19.2. Perubahan peraturan perundang-undangan tentang pajak yang terjadi setelah pembukaan penawaran biaya harus dilakukan penyesuaian.

20. SANKSI DAN

DENDA

20.1. Denda adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada penyedia jasa, sedangkan ganti rugi adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada Pejabat Pembuat Komitmen, karena terjadinya cidera janji terhadap ketentuan yang tercantum dalam kontrak.

20.2. Apabila penyerahan pekerjaan dilakukan melampaui batas waktu yang telah disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, maka penyedia jasa dikenakan denda kelambatan untuk setiap satu hari kelambatan sebesar 0,1% (satu per seribu) dari biaya pelaksanaan pekerjaan dengan jumlah denda kelambatan setinggi- tingginya 5% (lima persen) dari biaya pelaksanaan pekerjaan;

20.3. Apabila jadwal waktu penyerahan pekerjaan yang telah disepakati ternyata dilampaui, sedangkan pekerjaan secara keseluruhan belum selesai, dan karena sesuatu hal terjadi pemutusan kontrak ini, maka penyedia jasa tetap dikenakan denda tersebut Pasal 20.3. .

20.4. Semua denda tersebut diatas, dapat dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen melalui pemotongan terhadap pembayaran yang diterimakan kepada penyedia jasa.

20.5. Besarnya denda yang dibayar oleh PIHAK PERTAMA atas keterlambatan pembayaran tagihan PIHAK KEDUA sebagaimana tersebut dalam Pasal 5 , adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam dokumen kontrak.

20.6. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh Pejabat Pembuat Komitmen atas keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia.

21. KEGAGALAN

BANGUNAN

21.1. Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa pekerjaan konstruksi kepada Pejabat Pembuat Komitmen, baik secara keseluruhan maupun sebagian menjadi tidak berfungsi dan atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau peman-faatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan atau Pejabat Pembuat Komitmen;

21.2. Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang terjadi pada pekerjaan; 21.3. Kegagalan bangunan yang menjadi tanggung

jawab penyedia jasa ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan kontruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun;

21.4. Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena kesalahan penyedia jasa, dan hal tersebut

terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka penyedia jasa wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi;

21.5. Apabila penyedia jasa melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan, dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak;

21.6. Kegagalan bangunan ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli.

B. KETENTUAN KHUSUS

22. KEWENANGAN ANGGOTA KONSULTAN

22.1. Apabila penyedia jasa adalah sebuah perusahaan kerja sama operasi (KSO) yang beranggotakan lebih dari sebuah penyedia jasa, anggota KSO tersebut memberi kuasa kepada salah satu anggota KSO untuk bertindak dan mewakili hak- hak dan kewajiban-kewajiban anggota penyedia jasa lainnya terhadap Pejabat Pembuat Komitmen. 23. KEWAJIBAN

Dalam dokumen Lampiran III 8 RKS Js Konsultan Konstruksi (Halaman 44-48)

Dokumen terkait