• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Bursa Valuta Asing ( Foreign Exchange Market ) 1 Perkembangan Perdagangan Valuta Asing

2. Dasar Hukum Perdagangan Valuta Asing di Indonesia

Perdagangan valuta asing di Indonesia termasuk ke dalam perdagangan berjangka di bawah pengawasan Departemen perdagangan dan diatur dalam bentuk undang-undang, yaitu UU No. 32 Tahun 1997.

Gambar 4.1. Hubungan antara Para Pelaku Perdagangan Berjangka (Widoatmodjo, Sawidji., Lie Ricky Ferlianto, & Joni Rizal. 2007: 52).

Di dalam UU No. 32 Tahun 1997 Pemerintah Indonesia menetapkan badan pengawas perdagangan berjangka merupakan unit kerja yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perdagangan yang bernama Badan Pengawas Perdagangan Berjangka komoditi (Bappebti). Bappebti memiliki kewenangan untuk menjamin terwujudnya integritas pasar, integritas keuangan dan perlindungan bagi investor nasabah.

Bursa berjangka adalah suatu organisasi berdasarkan keanggotaan dan berfungsi menyediakan fasilitas bagi terselenggaranya serta terawasinya kegiatan perdagangan kontrak berjangka agar sesuai dengan undang- undang

Bappebti BBJ KBI Pialang Berjangka Pialang Berjangka

Investor Beli Investor Jual

Pengawasan

dan peraturan-peraturan perdagangan berjangka yang berlaku. Bursa berjangka harus berbadan hukum perseroan terbatas (PT) dengan pemegang saham para perusahaan pialang berjangka. Meskipun berbadan hukum PT, bursa berjangka berbeda dengan PT pada umumnya karena membawa misi khusus, yaitu mengelola perdagangan berjangka yang mengutamakan pelayanan terbaik dan memberikan kemudahan anggotanya dalam melakukan transaksi. Di Indonesia badan usaha pertama yang menjadi penyelenggara kegiatan perdagangan berjangka adalah BBJ atau Jakarta Futures Exchange (JFX).

Lembaga kliring berjangka atau biasa disebut dengan lembaga kliring merupakan lembaga pelengkap dari bursa berjangka yang harus ada dalam sistem perdagangan berjangka. Lembaga kliring berfungsi menyelesaikan dan menjamin kinerja semua transaksi yang dilakukan di bursa berjangka dan telah didaftarkan. Lembaga kliring akan bertindak sebagai penjual terhadap investor yang memiliki posisi beli yang masih terbuka, dan bertindak sebagai pembeli terhadap investor yang memiliki posisi jual yang masih terbuka. Lembaga kliring pertama di Indonesia yang sekarang menjalankan tugasnya sebagai pendamping BBJ adalah PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI).

Pialang berjangka merupakan unsur utama dan berada pada garis terdepan dalam kegiatan perdagangan berjangka. Kegiatan utama pialang berjangka adalah sebagai perantara antara investor jual dan investor beli yang melakukan transaksi di perdagangan berjangka untuk dan atas dasar perintah

atau amanat dari pihak investor. Pialang berjangka adalah satu-satunya badan usaha yang boleh menerima amanat dari nasabah dan meneruskannya untuk ditransaksikan di bursa. Supaya legal, pialang berjangka harus berbadan hukum perseroan terbatas (PT), harus menjadi anggota bursa, dan mendapatkan izin usaha dari Bappebti sebelum beroperasi.

Terdapat dua lapis peraturan di dalam perdagangan berjangka. Lapis pertama dilakukan oleh Bursa Berjangka (Bursa Berjangka Jakarta/ BBJ) dan Lembaga Kliring berjangka (Kliring berjangka Indonesia/ KBI) melalui self regulation. Lapis kedua dilakukan oleh Badan Pengawas Perdagangan berjangka Komoditi (Bappebti) yang merupakan perwakilan dari pemerintah (Departemen Perdagangan).

Perdagangan valuta asing diatur dalam UU No. 32 tahun 1997, khususnya pada bab VII. Undang-undang ini mencakup ketentuan mengenai hal- hal yang bersifat umum, kelembagaan, perizinan, mekanisme perdaangan, pembukuan atau pelaporan, dan penerapan hukum.

Bab VII dari UU No. 32 tahun 1997 mengatur mengenai pelaksanaan perdagangan berjangka yang antara lain membahas mengenai pedoman perilaku pialang berjangka, yaitu perusahaan yang diberi hak melaksanakan perdagangan (membeli dan menjual valuta asing) dari nasabah atau investor. Pasal 51 dari undang-undang perdagangan berjangka ini menjelaskan bahwa pialang berjangka sebelum melaksankan transaksi kontrak berjangka untuk nasabah berkewajiban menarik margin dari nasabah untuk jaminan transaksi,

dimana margin tersebut dapat berupa uang atau surat berharga tertentu. Untuk memperjelas dan mempertegas UU No. 23 Tahun 1997, pada tanggal 28 November 2002 BBJ mengeluarkan Surat Keputusan No. 037/DIR BBJ/11/02 yang mengatur mengenai perdagangan valas dengan sistem margin dimana inti dari SK tersebut adalah, untuk setiap produk perdagangan valas dengan sistem margin baik yang melalui bursa ataupun bersifat tidak melalui bursa (OTC/ Over The Counter) harus didaftarkan di BBJ, dan semua margin harus masuk terlebih dahulu ke KBI dalam bentuk rekening terpisah (dana milik nasabah wajib disimpan dalam rekening terpisah dari rekening pialang berjangka). Bila terdapat produk perdagangan valas yang dimana margin- nya tidak masuk dalam KBI dalam rekening terpisah, maka dapat dikatakan bahwa produk perdagangan valas tersebut ilegal dan perusahaan pialangnya menjadi perusahaan pialang yang ilegal.

Dalam UU No. 32 tahun 1997 tentang perdagangan Berjangka Komoditi, margin didefenisikan sebagai sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan nasabah kepada pialang berjangka, pialang berjangka kepada anggota kliring berjangka, atau anggota kliring berjangka kepada lembaga kliring berjangka, untuk menjamin pelaksanaan transaksi kontrak berjangka (Widoatmodjo, Sawidji., Lie Ricky Ferlianto, & Joni Rizal. 2007:33).

B. Rupiah

Identitas suatu negara dapat dilihat dari mata uang yang digunakan dalam negara tersebut. Rupiah yang merupakan mata uang yang berlaku di Indonesia merupakan identitas negara kita. Rupiah yang merupakan mata uang di Indonesia memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai alat untuk mempermudah pertukaran (Mean of Exchange), sebagai satuan hitung (Unit of Account), sebagai alat untuk menyimpan kekayaan (Store of Wealth), sebagai alat pembayaran (Mean of Payment), sebagai alat ukur untuk pembayaran yang tertunda (Standard of Deffered Payment), dan sebagai pendorong kegiatan ekonomi. Oeang Republik Indonesia (ORI) merupakan mata uang identitas negara kita yang pertama kali diberlakukan, yaitu sejak 23 Oktober 1946 untuk menggantikan Rupiah Jepang yang berlaku sebagai mata uang pada awal kemerdekaan RI.

Dari tahun ke tahun dimulai pada masa awal kemerdekaan republik Indonesia, Rupiah mengalami devaluasi terus menerus sebagai dampak dari adanya resesi dunia yang diakibatkan merosotnya harga minyak dunia. Oleh karena itu pemerintah kita tidak lagi mengandalkan dan menggantungkan perekonomian Indonesia pada ekspor migas, tetapi lebih mengandalkan pada penerimaan non- migas dan pajak.

Pada dasarnya terdapat variabel- variabel yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar Rupiah, yaitu diantaranya kondisi politik, dan kesehatan presiden serta tokoh-tokoh penting lainnya yang dinilai bersahabat dengan pasar (yang biasa disebut dengan istilah Runing by Figure). Saat ini nilai Rupiah sudah tidak

menganut sistem Runing by Figure tetapi sudah mengarah kepada Runing by sistem mekanisme pasar, dimana otoritas moneter tidak dapat menentukan kurs yang paling menguntungkan untuk memproteksi perekonomian nasional dengan mematok kurs tukar yang paling menguntungkan. Dengan mengikuti mekanisme pergerakan pasar Rupiah mengalami pendewasaan dan para pelaku usaha nasional juga semakin mandiri dalam menghadapi ekonomi yang semakin mengglobal.

Dokumen terkait