DASAR TEORI
Peristiwa pengangkatan magnet merupakan peristiwa yang terkait dengan
elektromagnetika. Dalam bagian ini, akan dibahas hukum-hukum dasar
elektromagnetika, arus pusar, dan interaksi yang memungkinkan adanya peristiwa
pengangkatan magnetik.
A. Hukum – Hukum Dasar Elektromagnetika
Awalnya ilmu mengenai listrik dan magnet dimengerti sebagai dua hal yang
tidak saling terkait. Adanya penelitian lebih lanjut, menjelaskan bahwa arus listrik
dapat menghasilkan medan magnet, demikian pula medan magnet dapat
menghasilkan arus listrik.
A.1 Medan Magnet dari Arus Listrik
Arus listrik terdiri dari muatan-muatan yang bergerak dari satu daerah ke
daerah lain [Young dan Freedman, 2000]. Arus listrik ini akan menghasilkan
medan magnet. Untuk menentukan besarnya medan magnet digunakan hukum
Biot- Savart.
Gambar 2.1 menunjukkan adanya arus sebesar I. Arus tersebut akan
membentuk sudut sebesar θ terhadap arah arus yang ada disepanjang dl. Bagian dl akan menghasilkan medan magnet sebesar dB pada titik P. Penentuan besar
medan magnet dB berdasarkan hukum Biot-Savart adalah sebagai berikut
� =
4
�� sin �
2 (1)
dimana
dB = medan magnet di titik P yang dihasilkan oleh elemen dl (T)
µ = permeabilitas medium (Hm-1)
I = arus dalam konduktor (A)
dl = panjang elemen arus (m)
r = jarak dari titik P ke elemen arus (m)
Gambar 2.1 Gambar untuk menentukan medan magnet dB di titik P
Besar medan magnet di titik P merupakan jumlahan dari medan magnet yang
dihasilkan oleh elemen dl. Total medan magnet yang ada di titik P berdasar
persamaan (1) adalah jumlah dari kontribusi dari semua elemen arus. Total medan
magnet di titik P dirumuskan pada persamaan (2) [Kraus, 1988].
=
�4
sin�
2
�
(2)Kuat medan magnet merupakan besar medan magnet dibagi dengan
permeabilitas medium. Kuat medan magnet dari arus listrik diungkapkan dalam
hukum Ampere. Hukum Ampere menyatakan bahwa integral H yang
mengelilingi sebuah lintasan tertutup sama dengan arus yang dilingkupinya
[Kraus, 1988]. Bentuk hukum Ampere dirumuskan pada persamaan (3)
� ∙ �� = �
(3)dimana
H = kuat medan magnet (Am-1)
dl = panjang elemen yang sangat kecil dari lintasan tertutup (m)
I = arus yang dilingkupi (A)
Persamaan tersebut disempurnakan oleh Maxwell. Maxwell menganalisis
lebih jauh dan menemukan adanya arus pergeseran. Maxwell kemudian
bentuk umum dari I[Kraus, 1988] sehingga persamaannya menjadi seperti pada
persamaan (4)
� ∙ � = (� +
��
)∙ ��
(4) dimanaJ = rapat arus konduksi (Am-2)
�
� = rapat arus pergeseran
(Am-2
)
ds = elemen luas (m2)
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kuat medan magnet di sekitar arus
listrik bergantung pada rapat arus konduksi dan arus pergeseran.
A.2 Induksi Elektromagnetik
Induksi elektromagnetik muncul akibat adanya fluks magnetik yang
berubah-ubah terhadap waktu.Induksi elektromagnetik adalah gejala timbulnya induksi
emf dalam suatu kumparanapabila kumparan tersebut ada dalam medan magnet
yang bervariasi terhadap waktu [Young dan Freedman, 2000].
Induksi elektromagnetik awalnya diteliti oleh Faraday dengan melakukan
serangkaian percobaan.Percobaan Faraday dilakukan dengan cara menjauhkan
percobaan menggunakan galvanometer untuk menunjukkan ada tidaknya arus
listrik pada kumparan tersebut. Jarum pada galvanometer akan bergerak
(menyimpang) pada saat ada batang magnet yang digerakkan mendekat menjauh
terhadap kumparan tersebut [Kraus, 1988]. Selama ada gerakkan tersebut jarum
galvanometer akan bergerak, dengan cara tersebut terdeteksilah adanya arus pada
kumparan, arus tersebut dinamai arus induksi.
Jarum pada galvanometer menyimpang akibat adanya fluks magnetik yang
berubah-ubah.Pada lintasan yang terbuka, emf yang muncul di terminal sama
dengan pengurangan dari perubahan fluks magnetik terhadap waktu [Kraus, 1988]
= −
��� (5)dengan
= induksi emf (volt)
� = fluks total (Wb) t = waktu (s)
Dengan mengetahui bahwa fluks magnet merupakan integral permukaan rapat
fluks magnet B (medan magnet) terhadap elemen luas ds dan tegangan induksi
∙ �� = −
���∙ ��
(6) dimanaE = kuat medan listrik (Vm-1)
Arah emf induksi ditentukan dengan hukum Lenz. Hukum Lenz menyatakan
bahwa arah efek induksi magnetik adalah sedemikian rupa sehingga menentang
efek tersebut [Young dan Freedman, 2000; Kraus, 1988]. Jika fluks magnetik
dalam sebuah rangkaian berubah, maka arus induksi itu menimbulkan medan
magnetiknya sendiri. Di dalam luas yang dibatasi oleh rangkaian, medan
magnetik ini berlawanan dengan medan magnetik penginduksi. Hukum Lenz
memberikan arah arus induksi.
A.3 Persamaan Maxwell
Maxwell menggabungkan hukum-hukum dasar dalam elektromagnetika
secara utuh dan lengkap [Kraus, 1988].Persamaan Maxwell terdiri dari empat
persamaan yang berasal dari hukum Ampere, Hukum Faraday, dan Hukum
Gauss.Persamaan ini menjadi rangkuman dari teori mengenai kelistrikan dan
kemagnetan.
� ∙ � = (�+� � )∙ �� (7) ∙ ��= − �� � ∙ �� ∙ �� = �� � ∙ ��= 0 dimana = rapat muatan (Cm-3) dV = elemen volume (m3)
Persamaan Maxwell mempunyai arti yang sangat penting dan mendasar dalam
elektromagnetika. Persamaan Maxwell merangkum dan menyempurnakan
persamaan yang telah ada. Dari persamaan Maxwell ini diketahui bahwa medan
magnet yang berubah terhadap waktu akan menghasilkan medan listrik, medan
listrik yang berubah terhadap waktu akan menghasilkan medan magnet [Kraus,
Persamaan Maxwell yang pertama, menjelaskan adanya medan magnet yang
tercipta akibat arus listrik dan medan listrik [Serway dan Jewett, 2010]. Pada
persamaan tersebut, J merupakan rapat arus yang dilingkupi sedangkan � �
merupakan perubahan rapat arus pergeseran terhadap waktu. Integral permukaan
dari penjumlahan keduanya terhadap ds menghasilkan integral garis kuat medan
magnet H pada suatu lintasan tertutup.
Persamaan Maxwell yang kedua, menjelaskan munculnya suatu medan listrik
karena adanya perubahan fluks magnetik [Serway dan Jewett, 2010]. Dalam
persamaan ini, terlihat jelas bahwa integral permukaan dari perubahan medan
magnet B terhadap waktu akan menghasilkan integral garis medan listrik pada
lintasan tertutup. Tanda negatif menunjukkan bahwa arah medan listrik yang
dihasilkan melawan arah medan magnet B (sesuai hukum Lenz).
Persamaan Maxwell yang ketiga menghubungkan rapat fluks listrik dengan
rapat muatan yang menciptakannya. Persamaan Maxwell yang keempat
menyatakan bahwa fluks magnetik yang menembus permukaan tertutup adalah
nol [Kraus, 1988; Serway dan Jewett, 2010].
Persamaan Maxwell tersebut menyediakan teori yang lengkap untuk
kemungkinan adanya pengangkatan magnetik. Pengangkatan magnetik mungkin
karena saat ada medan magnet yang berubah terhadap waktu akan menghasilkan
akan menimbulkan medan magnet yang arah medannya melawan medan magnet
yang pertama.Hal ini yang memungkinkan terjadi pengangkatan magnetik.
B. Arus Pusar
Saat suatu logam bergerak dalam medan magnetik akan terjadi arus induksi
yang bersirkulasi di seluruh volume materi tersebut. Arus ini disebut arus
pusar.Gambar 2.2 menunjukkan sirkulasi logam dalam sebuah medan magnet.
Gambar 2.2 Cakram logam yang beputar melalui medan magnetik B yang tegak lurus
Sesuai dengan gambar 2.2, sebuah cakram logam berotasi pada sebuah medan
magnetik yang tegak lurus terhadap bidang cakram tersebut. Saat bagian Ob
melintas melewati medan magnet B, pada bagian Ob akan timbul emf yang
diinduksi. Bagian Oa dan Oc tidak ada dalam medan magnetik itu, Oa dan Oc ini
(muatan-muatan) yang timbul akibat emf dalam bagian Ob. Hasilnya adalah sebuah
sirkulasi arus pusaran dalam cakram tersebut [Young dan Freedman, 2000].
Konsekuensi lain yang sangat penting dari adanya arus pusar ini adalah
medan magnet yang dihasilkan arus induksi [Notaroš, 2011]. Sesuai dengan hukum Lenz, medan magnet induksi ini arahnya melawan medan magnet yang
menginduksi.
C. Interaksi Penyebab Terjadinya Pengangkatan Magnetik
Pengangkatan magnetik mudah terjadi di atas superkonduktor.
Superkonduktor adalah bahan yang memiliki hambatan nol. Superkonduktor
memiliki arus permukaan yang menolak medan magnet secara sempurna di dalam
materi tersebut (efek Meissner). Arus permukaan pada materi superkonduktor
sangat besar, oleh sebab itu medan magnet B yang dihasilkan juga sangat besar,
sehingga menghasilkan gaya tolak terjadi terus-menerus [Kraftmakher, 2008]. Ini
yang menyebabkan magnet melayang karena tertolak.
Pengangkatan magnetik juga dapat dibuat di atas logam biasa (bukan
superkonduktor). Pengangkatan magnetik pada logam biasa dilakukan dengan
cara memunculkan arus pusar pada logam tersebut. Arus pusaran dimunculkan
dengan merotasikan cakram logam yang melewati medan magnet B (Lihat
gambar 2.2). Arus pusaran tersebut akan hilang pada saat tidak ada gerakkan pada
secara terus menerus. Arus pusar ini yang menyebabkan adanya gaya angkat
magnetik terhadap magnet permanen yang menginduksi cakram logam tersebut.
Sesuai hukum Lenz, arah arusnya menentang penyebabnya [Kraftmakher, 2008].
Pada gambar 2.3, sebuah cakram logam berputar dan melewatimedan magnet
B. Medan magnet B dihasilkan oleh magnet permanen. Pada bagian yang
melewati medan magnet B akan terjadi arus pusar. Arus pusar akan menghasilkan
medan magnet. Sesuai dengan hukum Lenz, arus pusar akan menghasilkan medan
magnet yang arahnya melawan medan magnet penginduksi. Pada gambar 2.3,
medan magnet penginduksi arahnya ke bawah sedangkan medan magnet (akibat
adanya arus pusar) arahnya ke atas. Dengan demikian, medan magnet
penginduksi akan tertolak. Medan magnet dari arus pusar ini akan mendorong
magnet permanen.
Medan magnet B dihasilkan oleh magnet permanen. Besar medan magnet B
mempengaruhi besar medan magnet induksi (Binduksi). Faktor yang mempengaruhi
besar medan magnet B adalah jenis magnet dan jumlah magnet. Semakin banyak
jumlah magnet, medan magnet B semakin besar.
Cakram aluminium yang bergerak melewati medan magnet dengan kecepatan
v, jarak terhadap magnet h, dengan konduktivitas σ dan ketebalan d, akan menghasilkan gaya angkat yang dirumuskan pada persamaan (8) [Kraftmakher,
2008].
��= (3 0 2
32 ℎ4) 1−
( 2+ 2)12 (8)
dengan
0 = permeabilitas ruang hampa (4 10−7� )
v = kecepatan linier cakram (m/s)
m = momen dipole magnetik (Am2)
h = jarakmagnet terhadapcakram aluminium(m)
w = parameter penetrasi medan magnet
= 2
Dari persamaan (8), diketahui bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
gaya angkat magnetik yaitu
a. Momen dipole magnetik
Momen dipole magnet berpengaruh terhadap gaya angkat magnetik
yang dihasilkan. Momen dipole magnet besarnya bergantung pada
jenis magnet.Dalam penelitian ini momen dipole magnet menjadi
variabel kontrol karena magnet yang digunakan hanya magnet jenis
Neodymium 35.
b. Parameter penetrasi medan magnet
Pamameter penetrasi medan magnet berpengaruh terhadap gaya
angkat magnetik. Parameter penetrasi medan magnet bergantung pada
bahan cakram logam. Dalam penelitian ini parameter penetrasi medan
magnet menjadi variabel control karena penelitian menggunakan
aluminium yang sama sebagai cakram logam.
c. Jarakmagnet terhadap cakram aluminium(h)
Jarak magnet terhadap cakram aluminium berpengaruh terhadap gaya
angkat magnetik yang dihasilkan. Sesuai dengan hukum Biot-Savart,
jarak suatu titik terhadap sumber medan magnet mempengaruhi besar
magnet di titik tersebut. Besar medan magnet yang mengenai cakram
logam akan berpengaruh terhadap gaya angkat magnetik yang
d. Kecepatan linier pada rotasi cakram konduktor (v)
Kecepatan linier ini bergantung pada frekuensi putaran rotasi dari
cakram logam tersebut. Kecepatan linier pada rotasi cakram adalah
hasil kali dari keliling lingkaran cakram dan frekuensi putarannya
[Young dan Freedman, 2002]. Kecepatan linier dirumuskan pada
persamaan (9).
= 2 � (9)
dimana
v = kecepatan linier (m/s)
r = jari-jari cakram aluminium (m)
19