• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.2 Data Operasi 28

Data Operasi pada bahan baku Eukaliptus dan Pinus Merkusii terdapat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 dibawah ini

Tabel 4.3 : Data Operasi dengan Bahan Baku Eukaliptus No Temperatur (oC) Waktu (menit) Tekanan (kg/cm2) 1 171 114 6,8 2 171 81 6,5 3 170 74 6,6 4 170 109 6,7 5 171 68 6,5 6 170 91 6,5 7 170 99 6,3 8 171 105 6,6

Tabel 4.4 : Data Operasi dengan Bahan Baku Pinus Merkusii No Temperatur (oC) Waktu (menit) Tekanan (kg/cm2) 1 164 115 6,5 2 169 160 6,6 3 169 105 6,5 4 169 108 6,3 5 168 81 6,2 6 170 78 6,3 7 169 120 6,7 8 169 145 6,8 Keterangan : • AA : Alkali Aktif

Liquor to Wooo Ratio : Istilah yang menjelaskan jumlah total liquor per jumlah kayu kering dalam digester.

4.2 Perhitungan

Pengkakulasian kapasitas White Liqour yang dibutuhkan dalam Pemasakan.

a) Dengan bahan baku Eukaliptus

Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 72,7 ton chip dengan kandungan airnya 45%, AA on chip 19,5%, liquor to wood ratio 1 : 3,7 dan kekuatan white liquor AA adalah 90,1 gpl. Maka untuk mengetahui kapasitas white liquor (WL) dan black liquor (BL) adalah sebagai berikut :

- Berat chip = 72,7 ton

- Kandungan air (Moisture) = 45% , maka 45% x 72,7 ton = 32,71 m3. - Berat chip kering : 72,7 ton – 32,70 ton = 40 ton (chip kering).

• Berdasarkan liquor to wood ratio : 1 : 3,7 maka 3,7 m3 x 40 ton = 148 m3 (merupakan total cairan pemasak). Total Cairan Pemasak : WL + BL + Moisture (kandungan air dalam chip)

• Berdasarkan WL AA 19,5% dan chip kering 40 ton, maka :

19,5% x 40 ton = 7,8 ton = 7800 kg Na2O. Dan kekuatan WL AA = 90,1 gpl Na2O

Maka jumlah WL yang diperlukan : 7800 Na2O / 90,1 gpl = 86,57 m3 WL.

J. Bony Boy Sihombing : Pengaruh Pemakaian White Liquor ( Lindi Putih ) Terhadap Eukaliptus Dan Pinus Merkusi Pada Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari, Tbk – Porsea, 2008.

USU Repository © 2009

33

Total cairan pemasak : WL + BL + Moisture 148 m3 : 86,57 m3 + BL + 32,71 m3

Black Liquor (BL) : 148 m3 – 119,28 m3 = 28,72 m3.

b) Dengan bahan baku Pinus Merkusii

Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 65,9 ton chip dengan kandungan airnya 40%, AA on chip 23 %, liquor to wood ratio 1 : 3,9 dan kekuatan white liquor AA adalah 104,3 gpl. Maka untuk mengetahui kapasitas white liquor (WL) dan black liquor (BL) adalah sebagai berikut :

- Berat chip = 65,9 ton

- Kandungan air (Moisture) = 40% , maka 40% x 65,9 ton = 26,36 m3. - Berat chip kering : 65,9 ton – 26,36 ton = 39,54 ton (chip kering).

• Berdasarkan liquor to wood ratio : 1 : 3,9 ,maka 3,9 m3 x 39,54 ton = 154,20 m3 (merupakan total cairan pemasak).

Total Cairan Pemasak : WL+ BL + Moisture (kandungan air dalam chip)

• Berdasarkan WL AA 23 % dan chip kering 39,54 ton, maka : 23 % x 39,54 ton = 9,09 ton = 9090 kg Na2O. Dan kekuatan WL AA = 104,3 gpl Na2O

Maka jumlah WL yang diperlukan : 9090 Na2O / 104,3 gpl = 87,15 m3 WL.

- Total cairan pemasak : 154,20 m3

Total cairan pemasak : WL + BL + Moisture 154,20 m3 : 87,15 m3 + BL + 26,36 m3

Black Liquor (BL) : 154,20 m3 – 113,51 m3 = 28,72 m3.

Berdasarkan pengkalkulasian diatas, telah diketahui banyaknya white liquor dan black liquor sebagai cairan pemasak yang dibutuhkan dalam proses pemasakan. Dari semua data dan dengan cara perhitungan yang sama, maka diperoleh WL dan BL yang akan dibutuhkan.

1. Kapasitas white liquor Untuk bahan baku Eukaliptus

Tabel 4.6 : Kapasitas White Liquor untuk bahan baku Eukaliptus

No WHITE LIQUOR ( m3) BLACK LIQUOR ( m3) 1 86,6 28,72 2 86,4 32,2 3 86,4 32,2 4 78,0 29,1 5 77,5 32,4 6 83,8 35,1 7 84,7 35,5 8 76,7 32,0

J. Bony Boy Sihombing : Pengaruh Pemakaian White Liquor ( Lindi Putih ) Terhadap Eukaliptus Dan Pinus Merkusi Pada Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari, Tbk – Porsea, 2008.

USU Repository © 2009

35

2. Kapasitas white liquor dan black liquor untuk bahan baku Pinus Merkusi

3. Tabel 4.7 : Kapasitas white liquor dan black liquor untuk bahan baku Pinus Merkusii No WHITE LIQUOR ( m3) BLACK LIQUOR ( m3) 1 87,3 40,3 2 87,7 40,5 3 87,3 40,3 4 87,7 40,5 5 85,6 41,2 6 86,0 40,5 7 86,7 40,1 8 80,6 36,3

4.3 Pembahasan

Setelah mencapai akhir pemasakan dalam unit digester, bilangan kappa merupakan variabel yang sangat menentukan dalam kualitas pulp. Bilangan kappa digunakan menunjukkan pengembangan dari delignifikasi yang terjadi selama proses pemasakan dan untuk mendapatkan tingkat mutu pulp yang dihasilkan dan sekaligus menunjukkan zat kimia yang akan dibutuhkan pada proses berikutnya yakni pada unit bleaching.

Perolehan bilangan kappa yang tinggi akan menunjukkan lignin yang banyak tinggal dalam pulp yang mengakibatkan kualitas pulp buruk dan sebaliknya untuk perolehan bilangan kappa yang rendah. Bilangan kappa dalam PT.Toba Pulp Lestari yang digunakan adalah berkisar antara 12 – 14, dan perkiraan ini telah menunjukkan mutu pulp yang baik.

Namun untuk mencapai bilangan tersebut merupakan hal yang tidak mudah, semua variabel-variabel yang berkenaan dalan unit pemasakan sebagai faktor pendukung sangatlah saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, misalnya ukuran chip, jumlah alkali aktif, perbandingan jumlah cairan pemasak terhadap berat chip (liquor to wood ratio), dan termasuk juga pada suhu, tekanan, dan waktu pemasakan.

J. Bony Boy Sihombing : Pengaruh Pemakaian White Liquor ( Lindi Putih ) Terhadap Eukaliptus Dan Pinus Merkusi Pada Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari, Tbk – Porsea, 2008.

USU Repository © 2009

37

Ukuran chip yang lebih tipis akan menambah kecepatan pulping, terjadinya kayu yang tidak masak (reject), dan mengurangi cairan pemasak. Jika ukuran chip yang terlalu tebal mengakibatkan bagian tengah pada kayu tidak masak sehingga disebut sebagai mata katu. Dari hasil yang didapat dari laboratorium, ukuran chip yang layak digunakan adalah dengan ketebalan minimum 3 mm dan ketebalan maksimum 5 mm.

b. Pengaruh alkali aktif

Delignifikasi yang baik dicapai dengan membiarkan chip yang dimasak menjadi serat tanpa mengadakan percobaan mekanik secara besar-besaran,jumlah alkali aktif biasanya dipakai antara 17,5 – 19,0 %. Alkali dengan jumlah yang sedikit berlebih adalah dengan maksud mencegah lignin yang sudah terlarut masuk kembali kedalam serat. Pemasakan dengan memakai alkali aktif yang rendah dapat mengakibatkan pemasakan tersebut tidak merata yang mengakibatkan jumlah bagian kayu yang tidak masak (reject) tinggi didapat pada tahap pencucian, dan pulp yang dihasilkan akan lebih sedikit karena tela banyak yang terbuang.

Proses penghilangan lignin juga dipengaruhi oleh jumlah alkali aktif yang digunakan. Pada pemasakan jumlah alkali aktif dibawah 17,5% mengakibatkan proses delignifikasi berjalan lambat, sehingga pulp yang dihasilkan dalam pemasakan ini masih mengandung lignin dengan jumlah yang relatif tinggi dan ini sangat berpengaruh pada proses pemutihan pada unit bleaching, dimana tidak akan didapat keputihan yang maksimum sehingga berpengaruh pada mutu pulp.

Pemakaian alkali aktif diatas 19% berpengaruh terhadap waktu pemasakan dan kekuatan dari pulp (viskositas). Dalam hal ini pemasakan akan lebih cepat dan proses delignifikasi sehingga didapat lignin dalam jumlah yang banyak. Pada prinsipnya lignin dalam chip dipisahkan menjadi bagian-bagian oleh ion OH- dan SH -yang terdapat dalam cairan pemasak -yang selanjutnya akan terlarut sebagai karbohidrat. Hemisellulosa dan selullosa juga akan ikut terserang pada waktu pemasakan. Oleh karena itu pemakaian alkali aktif yang terlalu tinggi mengakibatkan pengrusakan terhadap hemiselulos dan sellulosa semakin besar sehingga viskositasnya rendah.

c. Pengaruh liquor to wood ratio

Volume liquor yang cukup harus dibutuhkan untuk menjamin permukaan chip menjadi basah, dalam bejana pemasak biasanya 75% diisi dengan liquor pada saat pemasakan dimulai. Lindi putih yang cukup disuplai agar tersedianya alkali. Liquor to wood berkisar antara 3 – 5, keseimbangan cairan yang digunakan untuk make up dengan menambahkan lindi hitam. Make up yang terlalu banyak akan mengurangi konsentrasi dari bahan kimia aktif yag akan menurunkan kecepatan reaksi.

J. Bony Boy Sihombing : Pengaruh Pemakaian White Liquor ( Lindi Putih ) Terhadap Eukaliptus Dan Pinus Merkusi Pada Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari, Tbk – Porsea, 2008.

USU Repository © 2009

J. Bony Boy Sihombing : Pengaruh Pemakaian White Liquor ( Lindi Putih ) Terhadap Eukaliptus Dan Pinus Merkusi Pada Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari, Tbk – Porsea, 2008.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

- Berdasarkan data dan jumlah lindi putih yang dibutuhkan pada setiap setiap pemasakan sangat mempengaruhi kualitas pulp yang dihasilkan. Berdasarkan kualitas pulp yang didapat, pemakaian lindi putih pada Eukaliptus maupun Pinus Merkusii adalah terlalu tinggi sehingga lignin larut dan bereaksi menyebabkan terputusnya struktur hemisellulosa maupun sellulosa yang kemudian larut dalam cairan pemasak sehingga pulp yang dihasilkan rendah, dan ini ditunjukkan pada kappa number yang terlalu rendah.

- Standart mutu pulp yang baik adalah memiliki angka kappa number 10,5 – 14. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan kualitas pulp dengan bahan baku Eukaliptus masih lebih bagus dari Pinus Merkusii meskipun belum mencapai standart mutu pulp yang baik.

J. Bony Boy Sihombing : Pengaruh Pemakaian White Liquor ( Lindi Putih ) Terhadap Eukaliptus Dan Pinus Merkusi Pada Unit Digester PT. Toba Pulp Lestari, Tbk – Porsea, 2008.

USU Repository © 2009

41

5.2. Saran

Pemasakan pulp merupakan proses yang paling penting dalam pembuatan pulp. Untuk menghasilkan pulp yang berkualitas diharapkan pemasakan chip yang merata, maka faktor-faktor yang mempengaruhi pemasakan chip harus dapat diatasi. Pemakaian jumlah white liquor tertentu dan memperhatikan suhu dan waktu pemasakan seoptimal mungkin akan diperoleh tingkat kematangan chip yang baik dan tentu saja dapat menjamin produksi pulp dengan kualitas yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1998. Prinsip Pembuatan Kertas Kraft. Module 4. Digester DCS Trainin Centre. Porsea : PT. Inti Indorayon Utama.

Fengel D. 1995. Kayu, Kimia Ultra Struktur Reaksi – Reaksi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada – Press.

Haygreen, J.G. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada – Press.

Janto, J.B. 1972. Pengetahuan Sifat – Sifat Kayu. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Sjostrom E. 1995. Kimia Kayu, Dasar – Dasar dan Penggunaan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada – Press.

Dokumen terkait