• Tidak ada hasil yang ditemukan

Debit sungai m 3 /dt Lagrangian In situ

METODE PENELITIAN

4 Debit sungai m 3 /dt Lagrangian In situ

5 Arah dan Kecepatan Arus In situ

Nilai kapasitas adsorpsi (Adsorption Capasity) dihitung dengan cara: [L] K A = --- x 100% Adsorpsi [L] Dimana: Total KA = Kapasitas Adsorpsi [L]Adsorpsi [L]

= Elemen kimia teradsorpsi partikel Total

Adapun nilai Indeks Kelarutan atau DTI (Dissolved Transport Index) , yang merupakan nilai rasio antara konsentrasi logam terlarut dengan konsentrasi logam total menggunakan formula sebagai berikut (Sanusi, 2006):

[L] Indeks Kelarutan = --- x 100% Terlarut [L] Dimana: Total [L]terlarut [L]

= Elemen kimia terlarut total

Pengambilan Contoh Air.

= Elemen kimia total.

Pengambilan contoh air menggunakan Van Dorn Water Sampler yang memiliki kapasitas 2 liter. Air ini kemudian dimasukkan kedalam botol polyethylen dan disimpan didalam kotak es ( ice box ), selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk analisis lebih lanjut. Sebelum digunakan, water sampler dan botol polythilene telah dibersihkan dengan cara direndam dengan HCl 2 N selama 24 jam dan dibilas dengan air suling bebas ion. Pengambilan contoh air digunakan untuk penentuan parameter total padatan tersuspensi (TSS), analisis bahan organik, dan analisis logam berat.

Di laboratorium, air untuk analisis logam berat kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring milipore, dengan ukuran 0,45µm, yang telah direndam dalam HCl 6 N selama seminggu dan dibilas dengan aquades. Setelah disaring, air contoh diawetkan dengan menambahkan HNO3

Pengambilan Contoh Sedimen.

(pH<2). Kertas saring yang telah digunakan dikeringkan dalam oven, kemudian digunakan untuk menghitung total padatan tersuspensi dan kandungan logam berat didalamnya. Dalam pengukuran logam berat dengan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometry) masing-masing dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

Pengambilan contoh sedimen dilakukan dengan menggunakan Ekman Grab. Ketebalan sedimen yang diambil ± 10 cm dari permukaan sedimen. Contoh sedimen diambil dari bagian tengah grab, untuk menghindari adanya kontaminasi alat. Contoh kemudian dimasukkan kedalam botol polyethylen dan disimpan dalam kotak es.

Untuk pengukuran fraksi sedimen, diambil ± 500 gr dan disimpan dalam kantong plastik. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode Buchanan, dengan saringan bertingkat, kemudian dihitung fraksinya berdasarkan ukuran butir sedimen.

Analisis Logam Berat

Analisis logam berat dilakukan pada contoh air, baik yang terlarut maupun yang teradsorpsi, serta dalam sedimen. Analisis ini menggunakan metode ekstraksi dengan

AAS (Atomic Absorption Spectofotometry). Penentuan kadar logam berat ditentukan pada Hukum Lambert-Beer, yaitu banyaknya sinar yang diserap berbanding lurus dengan kadar zat. Persamaan garis antar kadar zat dengan absorbansi adalah persamaan garis lurus dengan koefisien arah positif, Y = a + bX. Dengan memasukkan nilai absorbansi larutan contoh kedalam persamaan garis dari larutan standar, maka kadar logam berat dalam contoh dapat diketahui.

Karena yang mengabsorbsi sinar adalah atom, maka ion/senyawa logam berat dalam contoh harus diubah menjadi bentuk atom. Perubahan bentuk ion menjadi bentuk atom biasanya dilakukan pada suhu tinggi (2000oC) melalui pembakaran (asetilen- udara) atau dengan energi listrik (Graphite furnase/Carbon rod atomizer) (Hutagalung et al

1997).

Analisis Kandungan Bahan Organik Total (TOM).

Analisis kandungan bahan organik total dilakukan pada contoh air dengan menggunakan metode titrasi. Untuk analisis kandungan bahan organik pada padatan tersuspensi dilakukan dengan metode pengabuan.

Pengukuran Arus dan Pasang Surut

Pengukuran arus dilakukan dengan metode lagrangian, dengan menggunakan

Currentmeter, data tersebut kemudian diplot pada peta menggunakan Surfer 8.

Penentuan kondisi pasang surut menggunakan data sekunder pasang surut dari Dishidros tahun 2007. Tipe pasut disajikan dalam bentuk grafik garis dengan menggunakan program excel.

Pengukuran Kedalaman Perairan.

Pengukuran kedalam dengan menggunakan tongkat berskala untuk kedalaman hingga 2 meter dan menggunakan tali pada kedalaman hingga 9 meter. Data ini kemudian di cross check dengan data pada CTD.

Pengukuran Debit Sungai

Pengukuran debit sungai dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran dan luas penampang melintang (Sosrodarsono dan Takeda 1993) Perhitungan debit sungai dilakukan di stasiun 1. Perhitungannya adalah sebagai berikut

Qd = Fd x Vd Fd =

(

4

)

2

2xbx

c+

d+e

Keterangan : Qd = debit sungai

Fd = luas penampang melintang antara garis pengukuran dalamnya air Vd = kecepatan aliran rata-rata pada garis pengaliran d

b = lebar sungai

c, d, e = dalamnya air pada setiap pengukuran.

Garis-garis pengukuran kedalaman dilakukan menurut metoda yang dilakukan Sosrodarsono dan Takeda (1993). Penampang melintang sungai dibagi kedalam empat penampang dan setiap penampang dilakukan pengukuran 3 kedalaman seperti pada Gambar 6 berikut ini.

Gambar 8. Sketsa Pengukuran Debit Sungai

e

B

d c

Keterangan:

B = Lebar sungai

c,d,e= kedalaman air pada setiap pengukuran.

Analisis Ukuran Butir

Sampel sedimen dianalisis menggunakan metode Buchanan (1984) dalam Holme and Mc Imtyre (1984) sebagai berikut :

1) Sampel ditimbang sebanyak 25 gram, kemudian disaring dengan saringan ukuran 0,063 mm dan diayak dalam baskom yang diisi 1 liter aquades hingga terbagi menjadi dua bagian, yaitu sampel yang mengendap dan sampel yang lolos saringan.

2) Sampel yang tidak lolos saringan dimasukkan dalam oven pada temperatur 100° C hingga kering.

3) Sampel dengan saringan bertingkat (0,500 mm, 0,250 mm, 0,125 mm, 0,063 mm) dan kemudian hasil ayakan masing-masing ditimbang.

Analisis Muatan Padatan Tersuspensi

Analisis MPT menurut metode APHA (1976) dalam Supriharyono (2000) adalah sebagai berikut :

1) Sampel air disaring menggunakan kertas saring milipore 0,42 µm dengan bantuan pompa hisap, bersama dengan kertas saring yang telah diketahui beratnya, dan residu hasil penyaringan ditimbang

2) Kertas saring dikeringkan dengan oven pada suhu 105º C selama 2 jam. 3) Sampel yang sudah kering dimasukkan dalam desikator, kemudian ditimbang. 4) Nilai MPT diperoleh melalui perhitungan :

l mg V h a MPT = − /

Keterangan : a : berat kertas saring dan residu sebelum pemanasan (mg) h : berat kertas saring setelah pemanasan (mg)

Analisis Laju Sedimentasi

Sampel sedimen diambil dari sediment trap yang diletakkan di stasiun 2, 3, 4 dan 5. Pemilihan tempat pelatakan sedimen trap didasarkan pada pertimbangan bahwa keempat stasiun diatas telah dapat mewakili proses sedimentasi di lokasi penelitian.

Sediment trap berbentuk silinder merupakan modifikasi dari pipa paralon dengan diameter 9,2 cm dan tinggi 30 cm, bagian bawah paralon ditutup dengan semen yang sekaligus berfungsi sebagai pemberat. White (1990) menyatakan bahwa silinder dengan perbandingan tinggi dan diameter > 3 merupakan kolektor yang efisien pada kecepatan arus 0,2 m/dt. Pemasangan sediment trap selama satu minggu, hasilnya berupa contoh sedimen ditampung dalam kantong plastik lalu diendapkan selama satu malam. Kemudian dibungkus alumunium foil ( yang telah dilakukan pengovenan pada suhu 100º C disimpan dalam desikator) dan dioven pada suhu 105º C selama 5 jam sampai beratnya konstan. Setelah ditimbang untuk menghitung laju sedimentasi dengan rumus APHA (1976) dalam Supriharyono (2000) sebagai berikut :

Laju Sedimentasi = / / ) 2 / ( ) ( 2 2 gr cm d b a π − minggu Keterangan:

a : berat akhir alumunium foil dan sedimen (gram) b : berat awal alumunium foil (gram)

d : diameter sediment trap (cm).

Pengukuran Salinitas.

Pengukuran salinitas dengan menggunakan CTD (Conductivity Temperature Depth), sehingga disetiap kedalaman dapat terukur salinitasnya. Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan tipe estuari. Hal ini perlu diketahui sebagai langkah awal untuk mengetahui proses percampuran yang terjadi di daerah tersebut. Untuk mengetahui tipe estuari dapat dilakukan dengan menganalisis sebaran vertikal salinitas, dan dilakukan disemua stasiun pada lapisan kedalaman yang berbeda dan dilakukan pada waktu pasang dan surut (Duxbury and Duxbury, 1993).

33

BAB IV

Dokumen terkait