• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi dan Karakteristik Nelayan

Berdasarkan UU No 31 tahun 2004 tentang Perikanan, nelayan didefinisikan sebagai orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Dengan demikian pengertian secara sempit masyarakat nelayan adalah orang yang memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumberdaya ikan. Panayotou (1985a) mengelompokan nelayan ke dalam empat kelompok utama, yaitu subsistence, indigenous, commercial dan

recreation. Sementara itu nelayan komersial dikelompokan lagi menjadi dua

kelompok, yaitu nelayan artisanal dan nelayan industri. Secara lengkap pengelompokan nelayan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Pengelompokan nelayan (Panayotou 1985a)

Menurut DKP (2005) nelayan diklasifikasikan berdasarkan alokasi curahan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan atau pemeliharaan ikan atau biota laut lainnya, yaitu:

1. nelayan penuh adalah orang yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau biota laut lainnya, 2. nelayan sambilan utama adalah orang yang sebagian besar waktu kerjanya

digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau biota laut lainnya,

3. nelayan sambilan tambahan adalah orang yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan atau biota laut lainnya.

Untuk memperjelas pengertian nelayan artisanal, Berkes et al. (2001) mengemukakan sejumlah karakteristik yang lebih lengkap mengenai nelayan artisanal dibandingkan dengan nelayan industri sebagaimana tertera di Tabel 2. Tabel 2 Kategori dan dimensi perikanan berdasarkan karakteristiknya

Karakteristik Hubungan Perikanan

Kategori

Skala Besar Skala Kecil Subsisten (Industri) (Artisanal)

§ Unit

penangkapan

Stabil, dengan pembagian kerja dan peluang karir

Stabil, kecil, spesialisasi pembagian kerja

Sendiri, atau keluarga atau komunitas kelompok

§ Kepemilikan Bukan pelaku Biasanya dimiliki oleh pelaku senior, atau pelaku gabungan Pemiliknya si pelaku § Komitmen waktu Biasanya penuh waktu

Penuh atau paruh waktu

Paruh waktu

§ Kapal Bertenaga mesin, banyak peralatan

Kecil, motor dalam (atau motor tempel)

Kecil, biasanya tidak bermotor

§ Tipe peralatan Mesin, dirakit oleh pelaku

Sebagian atau semua material mesin, dirakit oleh pelaku

Material buatan sendiri, dirakit oleh pelaku

§ Alat tangkap Elektronik, otomatis Mekanik dan manual Sebagian besar tidak mekanik

§ Investasi Tinggi, proporsi lebih besar dari pada oleh pelaku

Menengah ke rendah, seluruhnya oleh pelaku

Rendah

§ Hasil tangkapan Besar Sedang ke rendah Rendah ke sangat rendah § Penjualan hasil tangkapan Pasar yang terorganisasir Penjualan lokal, konsumsi signifikan oleh operator Sebagian dikonsumsi oleh pelaku, keluarga dan sahabat, ditukar dengan barter, kadang-kadang dijual

§ Pengolahan hasil tangkapan

Lebih banyak untuk tepung ikan dan bukan konsumsi manusia

Pengeringan, pengasapan, penggaraman, sebagian besar untuk konsumsi manusia

Sedikit atau tidak, semua untuk konsumsi manusia

§ Tingkat pendapatan pelaku

Tinggi Sedang Minim (rendah)

§ Integrasi ekonomi

Formal, integrasi penuh

Integrasi parsial Informal, tidak terintegrasi

§ Masa kerja Penuh waktu atau musiman

Sering multi pekerjaan Multi pekerjaan

§ Luas pemasaran

Produk ditemukan diseluruh dunia

Nasional dan lokal Lokal dan hanya tingkat daerah § Kapasitas manajemen dari otoritas perikanan Layak, dengan banyak ilmuwan dan manager

Minimal untuk moderat, dengan sedikit ilmuwan atau manager

Sering tidak dikelola kecuali oleh pengguna sumberdaya

§ Unit manajemen Satu atau beberapa unit besar

Biasanya banyak unit kecil

Sangat banyak unit kecil

§ Pengumpulan data perikanan

Tidak terlalu sulit, ada kapasitas kekuasaan

Sulit dalam kaitan perikanan dan figur otoritas

Sering tidak ada data, pengumpulan data sulit dilakukan

Sedangkan berdasarkan karakteristik sosial-ekonomi: kapasitas jenis usaha, orientasi ekonomi, tingkat teknologi (alat tangkap dan armada) dan hubungan produksi, Satria (2002c) menggolongkan nelayan menjadi 4 kategori menurut jenis usaha yaitu seperti yang tertera pada Tabel 3.

Tabel 3 Penggolongan nelayan berdasarkan karakteristik sosial-ekonomi Jenis usaha Orientasi Ekonomi

dan Pasar

Tingkat

Teknologi Hubungan Produksi § Usaha

tradisional

Sub sistem , rumah tangga

Rendah Tidak hirarkis, status

terdiri dari pemilik dan anak buah kapal (ABK) yang homogen

§ Usaha post- tradisional

Sub sistem, surplus, rumah tangga, pasar domestik

Rendah Tidak hirarkis, status

terdiri dari pemilik dan ABK yang homogen § Usaha

komersial

Surplus, pasar domestik, ekspor

Menengah Hirarkis, status terdiri dari pemilik, manajer, dan ABK yang heterogen § Usaha

industri

Surplus, ekspor Tinggi Hirarkis, status terdiri

dari pemilik, manajer, dan ABK yang heterogen Sumber : Satria (2002c)

Sementara itu Ostrom dan Schlager (1996) mengelompokkan nelayan berdasarkan pada hak-hak kepemilikan (property rights) setiap nelayan terhadap sumberdaya ikan, menjadi lima kelompok, yaitu (1) owner, yaitu nelayan yang memiliki hak akses (access right), hak pemanfaatan (withdrawal right), hak manajemen (management right), hak untuk mengatur tingkat operasional hak akses (exclusion right) dan hak untuk menjual atau menyewa semua atau bagian kolektif dari sumberdaya (alienation right); (2) proprietor, yaitu nelayan yang memiliki hak akses (access right), hak pemanfaatan (withdrawal right), hak manajemen (management right) dan hak untuk mengatur tingkat operasional hak akses (exclusion right); (3) claimant, yaitu nelayan yang memiliki hak akses

(access right), hak pemanfaatan (withdrawal right) dan hak manajemen

(management right); (4) authorized user, yaitu nelayan yang hanya memiliki hak akses (access right) dan hak pemanfaatan (withdrawal right); dan (5) authorized entrant, yaitu nelayan yang hanya memiliki hak akses (access right) saja tanpa memiliki hak-hak yang lainnya. Secara rinci pengelompokan nelayan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

Dalam kerangka sosiologis, masyarakat nelayan memiliki perilaku yang berbeda dengan masyarakat petani atau agraris. Perbedaan ini sebagian besar disebabkan karena karakteristik sumberdaya ikan yang menjadi input utama bagi

kehidupan sosial-ekonomi nelayan. Masyarakat nelayan akrab dengan ketidakpastian yang tinggi, karena secara alamiah sumberdaya perikanan bersifat invisible, sehingga sulit untuk diprediksi. Sementara masyarakat agraris (pertanian dan perkebunan) misalnya memiliki ciri sumberdaya yang lebih pasti dan visible, sehingga relatif lebih mudah untuk diprediksi terkait dengan ekspektasi sosial-ekonomi masyarakatnya. Dalam kondisi seperti ini maka tidak jarang ditemui karakteristik nelayan yang keras, sebagian temperamental dan tidak jarang berperilaku boros, karena ada persepsi bahwa sumberdaya perikanan “tinggal diambil” di laut.

Tabel 4 Pengelompokan nelayan berdasarkan pada hak-hak terhadap sumberdaya Ikan

Property Right Types

Owner Proprietor Claimant Authorized

user Authorized entrant Access right v v v v v Withdrawal right v v v v Management right v v v Exclusion right v v Alienation right v

Sumber: Ostrom dan Schlager (1996)

Selanjutnya, kajian sosiologis dan ekonomis masyarakat nelayan dalam sistem pengelolaan perikanan artisanal pada khususnya mencakup beberapa aspek penting yaitu : (1) identifikasi motivasi dan prioritas dari pengguna sumberdaya ikan (nelayan); (2) identifikasi pranata sosial dan pengaruhnya terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan; (3) analisis kelembagaan yang terkait dengan sumberdaya ikan; (4) analisis kepemimpinan dan pengambilan keputusan dalam masyarakat nelayan; (5) analisis aliran sumberdaya dalam komunitas nelayan; (6) analisis peran wanita dalam pemanfaatan sumberdaya ikan; (7) analisis pola partisipasi; dan (8) analisis distribusi kesejahteraan dan kerentanan sosial ekonomi masyarakat pesisir, dan lain-lain (Pollnac dan Crawford 2000; Townsley 1993).

Dalam tataran sosiologis pula, patron-client relationship merupakan karakteristik umum khas dari masyarakat nelayan (Satria 2001; 2002c). Hal itu sudah menjadi pengetahuan umum bahwa nelayan banyak menggantungkan dirinya pada “patron” yang mampu menyediakan input produksi bagi kegiatan penangkapan ikannya. Dengan ketidakpastian dan resiko yang tinggi, nelayan cenderung mengeliminasi resiko tersebut dengan menjalin hubungan dengan pemilik modal (Juragan istilah di Jawa, Ponggawa di Sulawesi, dan Tauke di Batam, Kepulauan Riau). Dengan demikian ada pembagian resiko yang

termaktub dalam hubungan patron-client tersebut. Hubungan patron-client ini seringkali mengalami distorsi, sehingga yang terjadi bukan sebuah sinergis sosial-ekonomi, melainkan hubungan eksploitasi sosial ekonomi. Hal ini disebabkan karena adanya ketimpangan peran antara patron dan client, dimana

client cenderung berada di bawah patron dalam struktur sosial ekonomi

masyarakat nelayan.

Karakteristik penting lain dari masyarakat pesisir, khususnya nelayan adalah adanya stratifikasi sosial ekonomi dalam komunitas nelayan setempat. Sorokin (1962) diacu dalam Satria (2002c) misalnya membedakan stratifikasi sosial menjadi 3 jenis yaitu (1) stratifikasi karena status ekonomi (economically stratified); (2) stratifikasi karena perbedaan status politik (politically stratified) seperti karena perbedaan gelar kehormatan, kedudukan, jabatan dan lain-lain; (3) stratifikasi karena perbedaan status pekerjaan (occupationally stratified). Dalam struktur sosial dari komunitas nelayan, seringkali dibedakan dalam pola hubungan status sosialnya antara nelayan pemilik (juragan, tauke) dengan nelayan pekerja (pandega) yang terdiri dari: Juru mudi (sekaligus merangkap sebagai fishing master, Tekong), juru masak, juru mesin, nelayan buruh, dan lain-lain. Kedudukan sosial-ekonomi nelayan tersebut tidak sama yang ditandai dengan pola bagi hasil tangkapan ikan yang menempatkan pemilik lebih tinggi dari pada pandega, juru mudi lebih tinggi dari juru masak dan mesin, juru masak lebih tinggi dari buruh nelayan, dan demikian seterusnya secara hirarki. Sistem status sosial dari masyarakat nelayan, akan lebih komplek tampaknya pada usaha perikanan komersial dengan skala usaha menengah dan besar (perikanan industri), sedangkan pada struktur masyarakat nelayan artisanal keragaan dari sistem status sosialnya relatif sederhana (homogen).

Dokumen terkait