• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.4.2 Analisis SWOT

10) Pesawat Patroli Udara/Maritime Surveillance Aircraft (MSA) dan Radar Pantai

4.9 Desain Model Konseptual MCS Nasional Indonesia

Optimistik dengan syarat pengembangan

perindang-undangan 23,33%

5 Optimistik dengan syarat peningkatan kinerja 10,00%

6 Pesimistik 6,67%

Total 100%

Dari pendapat pakar, diperoleh hasil bahwa skenario yang paling realistik dan direkomendasikan untuk dioperasionalkan dalam 10 tahun yang akan datang adalah skena rio optimistik dengan syarat adanya kebijakan pemerintah terhadap MCS kelautan dan perikanan. Sistem MCS di Indonesia perlu dilaksanakan secara terintegrasi dengan good governance dan didukung kebijakan pemerintah dengan peraturan perundangan serta kualitas SDM yang mendukung peningkatan kinerja pelaksanaan MCS.

4.9 Desain Model Konseptual MCS Nasional Indonesia.

Desain model konseptual MCS Nasional dalam pembangunan kelautan Indonesia dapat dilihat pada Gambar 13.

Sesuai hasil penelitian, dalam pelaksanaan MCS di Indonesia perlu dikembangkan perampingan instansi pelaksana agar terintegrasinya pelaksanaan kegiatan MCS dan tidak terjadinya tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan.

Untuk mensinkronisasikan pelaksanaan pengawasan penegakan hukum di laut, yang selama ini dilaksanakan dengan melibatkan berbagai instansi yang terkait, yang memiliki kewenangan sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang, pemerintah telah membentuk Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) yang semula dibentuk melalui Surat Keputusan bersama empat Menteri (Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI, Menteri Keuangan, Menteri Kehakiman, Menteri Perhubungan dan Jaksa Agung RI) Nomor Kep/B/45/XII/tahun 1972, SK.901/M/tahun 1972, Keputusan /770/MK/III/12/1972, Js 8 /72/1, Kep/No

085/J.a./12/1972 tanggal 19 Desember 1972 dan yang sekarang telah diperbaharui sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2005.

Gambar 13 Desain model konseptual MCS Nasional Indonesia Posisi MCS Indonesia Kuadran II (landasan Operasional rendah dan pelaksanaan MCS rendah) Tingkat Kepentingan Faktor Kunci Tingkat kepentingan

yang tinggi, hanya prosedur perizinan yang memiliki kinerja

baik Pengembangan Tahap 1 Melengkapi landasan operasional Pengembangan Tahap 1 Meningkatkan Kinerja

Hasil analisis SWOT

Strenght : 1.4147 FI 3.1252 Weaknesses : 1.7077 Opportunities : 13652 FE 3.0127 Threats : 1.6475 MODEL KONSEPTUAL MCS 7 Strategi 6 Skenario Skenario 3 1C-2D-3C-4A-5C -6A-7A Interpretasi dan tupoksi

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2005 tersebut, Bakorkamla mengemban fungsi :

(2) perumusan dan penetapan kebijakan umum di bidang keamanan laut.

(3) koordinasi kegiatan dan pelaksanaan tugas di bidang keamanan laut yang meliputi kegiatan penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum serta pengamanan pelayaran dan pengamanan aktivitas masyarakat dan pemerintah di wilayah perairan Indonesia

(4) pemberian dukungan teknis dan administrasi di bidang keamanan laut secara terpadu. (Dewan Maritim Indonesia, 2006)

Organisasi Bakorkamla ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yang beranggotakan Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Jaksa Agung, Panglima Tentara Nasional Indonesia, Kepala Kepolisian Negara, Kepala Badan Intelijen Negara serta Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2005)

Struktur organisasi Bakorkamla secara konseptual cukup baik, namun dalam pelaksanaan kegiatan sebagai suatu “badan koordinasi” tidak akan cukup efektif dan solid, karena masing- masing instansi masih berjalan sendiri-sendiri.

Dalam upaya terintegrasinya kegiatan dan perlu adanya perampingan kelembagaan pelaksana MCS, dipandang perlu dilakukan peleburan berbagai unsur-unsur pelaksana MCS dari berbagai instansi seperti Ditjen P2SDKP, Satpolair, armada PLP, armada Bea Cukai, aparat Imigrasi, dan lain- lain ke dalam suatu wadah

Sea and Coast Guard Indonesia. TNI AL tidak dilibatkan di dalam peleburan Sea and Coast Guard Indonesia, karena secara global Coast Guard tidak melaksanakan

penegakan kedaulatan negara di laut (enforcing and protecting maritime sovereignty) dan hal tersebut merupakan military task yang menjadi tugas dan kewenangan TNI Angkatan Laut selaku armed force. Disamping itu Sea and Coast Guard yang di dalamnya terdapat unsur militer akan menyulitkan beberapa negara yang akan

memberi bantuan, karena undang- undang atau sistem yang berlaku melarang mereka untuk memberikan bantuan militer kepada militer di negara lain.

Dari hasil penyederhanaan berbagai maritime agency di Indonesia, berikut pelimpahan kewenangan pengawasan lapangannya ke Sea and Coast Guard Indonesia, maka Sea and Coast Guard Indonesia ini mengemban fungsi :

(1) Kepolisian perairan untuk menegakkan hukum di laut. (2) Kepabeanan

(3) Bantuan navigasi dan keamanan pelayaran (4) Proteksi perikanan

(5) Pengawasan pencemaran laut (6) SAR ( Search and Rescue ) di laut

(7) Membantu tugas TNI AL dalam masa perang seperti pertahanan dan keamanan pelabuhan, kontra intelijen dan patroli perairan pantai.

Sesuai hasil penelitian, dalam pelaksanaan MCS di Indonesia perlu

dikembangkan perampingan instansi pelaksana agar terintegrasinya kegiatan MCS dan tidak terjadinya pemborosan serta tumpang tindihnya pelaksanaan kegiatan. Perlu adanya peleburan instansi- instansi pelaksana MCS kelautan yang non militer ke dalam Sea and Coast Guard Indonesia. Selanjutnya Bakorkamla akan mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan MCS kelautan dari unsur militer (khususnya TNI AL) dan Sea and Coast Guard Indonesia. Konsep Sea and Coast

Gambar 14 Konsep Sea and Coast Guard Indonesia

Pada hakekatnya sistem MCS dapat diterapkan di segala bidang pembangunan kelautan Indonesia. Penerapan sistem MCS dalam bidang perikanan tangkap, dalam pelaksanaan kegiatannya terdiri dari komponen-komponen :

a. monitoring, yang berkaitan dengan hubungan fisik dengan sumberdaya alam dan lingkungannya, dilaksanakan oleh unsur-unsur dari Ditjen Perikanan Tangkap DKP dan pihak-pihak lain yang terkait yang meliputi stok sumberdaya perikanan dan habitat perikanan,

b. control, yang berkaitan dengan hubungan administrasi dengan sumberdaya alam dan lingkungannya, dilaksanakan oleh unsur-unsur dari Ditjen Perikanan Tangkap, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, serta pihak-pihak lain yang terkait yang meliputi unsur legislasi dan peraturan perundangannya,

c. surveillance, yang berkaitan dengan hubungan geografis dengan sumberdaya alam dan lingkungannya, dilaksanakan oleh unsur-unsur dari

BAKORKAMLA

DKP DEPARTEMEN

PERHUBUNGAN

TNI POLRI DEPARTEMEN

KEUANGAN DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN HAM P2SDKP KPLP TNI AL TNI AU SATPOL AIR BEA CUKAI IMIGRASI

SEA & COAST GUARD

Ditjen P2SDKP, TNI AL, Satpolair dan pihak-pihak lain yang terkait yang meliputi unsur penegakan hukum perikanan.

Dokumen terkait