• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap ke 5 adalah penyusunan skenario berdasarkan masukan dari para Pakar Langkah pertama dari tahapan ini adalah menunjukkan kepada Pakar variabel-

17. Lomba yang berkaitan dengan PLH

5.11 Desain Model Kurikulum Berwawasan Lingkungan SMA

Berdasarkan model PLH melalui KBK (Gambar 5.7) maka dapat diketahui kedudukan faktor-faktor tersebut pada kuadran yang menunjukkan besarnya pengaruh dan ketergantungan. Faktor-faktor dari model tersebut terletak pada empat kuadran dengan tingkat pengaruh dan ketergantungan yang berbeda-beda. Komponen dari sistem yang mempunyai pengaruh yang besar dan ketergantungan kecil sebanyak 3 (tiga) faktor penting yaitu :

1. Manajemen Berbasis Sekolah yaitu wewenang sekolah untuk menentukan arah kebijakan seperti mengalokasikan sumber dana sesuai dengan kebutuhan sekolah, melaksanakan administrasi yang terbuka, membuat program peningkatan mutu sekolah sesuai dengan kondisi sekolah khususnya yang berkaitan dengan PLH. 2. Program Kegiatan yang mendukung PLH adalah inovasi dan inisiatif dari

semua stakeholder pendidikan di sekolah untuk membekali kompetensi siswa tentang lingkungan hidup. Penekanan kompetensi bukan hanya ditinjau dari sudut ekologi tetapi dipandang juga secara keseluruhan dengan mengaitkannya dengan aspek sosial dan ekonomi. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa

program kegiatan yang memiliki ketergantungan kecil hanyalah kegiatan yang bersifat intrakurikuler.

3. Inovasi dalam Metode Pengajaran PLH yaitu metode pengajaran yang perlu diterapkan dalam rangka memberikan kompetensi kepada siswa mengenai lingkungan hidup.

Inovasi dalam metode pengajaran sangat erat kaitannya dengan inisiatif guru. Untuk mengembangkan metode mengajar yang dilakukan oleh guru perlu kerjasama dengan stakeholder pendidikan lainnya dengan dukungan Kepala Sekolah. Kepala Sekolah sebagai titik sentral Manajemen Berbasis Sekolah sangat berperanan penting dalam kesuksesan pengajaran lingkungan hidup, karena melalui Kepala Sekolah akan dapat berimbas pada tersedianya perangkat sekolah lainnya seperti keterlibatan guru mata pelajaran lainnya, wali kelas, dana, sarana dan prasarana, serta Komite Sekolah. Tiga faktor kunci PLH dengan kurikulum KBK sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amstrong dkk (2004) di Australia yang telah berhasil meningkatkan kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku lingkungan disamping peningkatan ekonomi, sosial, lingkungan sekolah. Penelitian tersebut melibatkan sekolah untuk melaksanakan Program Kebijakan Pengelolaan Limbah yang dimasukkan dalam kurikulum. Program integrasi PLH tersebut sangat didukung oleh Kepala Sekolah dan orang tua. Pengelolaan limbah berasal dari sampah sekolah berupa kertas, botol, kaleng karet menetekankan aspek reduce, reuse, recycle. Penelitian yang dilakukan oleh Shih Jang Hsu (2004) di Taiwan bertujuan untuk meningkatkan kompetensi perilaku lingkungan dilakukan dengan memberikan informasi terbaru tentang lingkungan dan pemberian pelatihan..

Ke tiga komponen yang memiliki pengaruh yang besar dan ketergantungan yang kecil sehingga jika dilaksanakan dengan baik akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa. Dengan demikian ke tiga faktor tersebut merupakan hal yang sangat strategis karena ketergantungannya dengan komponen lain yang kecil, sehingga dalam pelaksanaanya bersifat independensi.

Komponen yang mempunyai pengaruh besar tetapi dengan ketergantungan yang juga besar terhadap komponen lain terdiri dari 6 (enam) faktor yaitu:

1. Penghargaan terhadap Prestasi adalah pemberian apresiasi terhadap stakeholder pendidikan yang berprestasi maupun peduli terhadap lingkungan. Pengaruh komponen ini besar karena dapat memacu kinerja stakeholder pendidikan tetapi

ketergantungannya dengan komponen lain juga besar. Salah satu ketergantungannya adalah diperlukan dana yang umumnya ketersediaannya di sekolah sangat terbatas apalagi jika pendanaan tersebut berkaitan dengan institusi lain.

2. Dana merupakan sumber energi bagi pelaksanaan kegiatan di sekolah seperti untuk penyediaan sarana prasarana, fasilitas, pelatihan guru, mengikuti lomba, dan transportasi. Dana mempunyai pengaruh yang besar dalam memberikan kompetensi lingkungan hidup kepada siswa tetapi ketergantungan dengan komponen lain juga besar. Dana yang terbatas dari pemerintah umumnya sulit di alokasikan untuk kegiatan-kegiatan yang mendukung PLH karena masih banyaknya kegiatan lain yang berkaitan dengan sekolah yang belum terpenuhi. Salah satu solusinya adalah dengan melibatkan Komite Sekolah dalam pengumpulan dana tetapi besarnya dana yang dapat terkumpul sangat tergantung pada perhatian masyarakat sekolah namun hal tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat ekonomi juga pengetahuan dan perhatian masyarakat terhadap lingkungan yang masih kurang.

3. Peningkatan Kompetensi Guru terutama yang berkaitan dengan PLH dapat berupa mengikutsertakan Guru pada Seminar, Pelatihan, dan melanjutkan Pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Upaya ini akan memberikan pengaruh yang besar dalam peningkatan kompetensi siswa. Akan pada kenyataannya upaya ini sulit direalisasikan mengingat hal ini sangat tergantung pada ketersediaan dana di sekolah. Di samping itu terdapat kendala lain yaitu beban guru dalam mengajar dan keterbatasan waktu yang ada karena rasio guru dengan siswa yang belum ideal.

4. Pelaksanaan KBK dinilai sangat strategis untuk PLH karena selain terintegrasi dalam mata pelajaran juga membuka peluang untuk dikembangkan sesuai dengan output yang dikehendaki sekolah dan pengembangan potensi daerah setempat. Dengan demikian pelaksanaan KBK dapat meningkatkan kompetensi siswa khisusnya tentang lingkungan hidup. Akan tetapi dalam pelaksanaanya tergantung pada faktor lain seperti Kepala Sekolah, Kompetensi Guru, Komite Sekolah, Sarana dan Prasarana.

5. Sarana dan Prasarana merupakan salah satu komponen yang dapat meningkatkan PLH akan tetapi memiliki ketergantungan dengan faktor lain

seperti tersedianya dana dan kompetensi guru. Sarana dan prasarana yang cukup akan dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Kondisi di lapangan menunjukkan sarana dan prasarana di sekolah terbatas, selain itu dengan kompetensi guru tentang lingkungan hidup yang terbatas sulit bagi guru untuk berkreatifitas dalam memanfaatkan potensi daerah setempat dalam pembelajaran lingkungan hidup.

6. Sosialisasi tentang pentingnya PLH melalui sarana sekolah maupun media masa secara terus menerus dapat meningkatkan kompetensi stakeholder pendidikan. Akan tetapi memiliki ketergantungan dengan komponen lain seperti ketersediaan dana untuk pelaksanaan sosialisasi.

Gambar 5.7. Model PLH melalui KBK Komite Sekolah Penghargaan Pres Lomba Sekolah Sht Dana Pelaks KBK Rasio Guru Sarana Pras MBS Standar Komp Prog Keg LH Penamb Waktu Silabus Inovasi Pening Komp Sosialisasi Kerjasama Kelemb Inform LH Alat Evaluasi - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 Ketergantungan P e n g a ru h

Ke enam komponen di atas walaupun pengaruhnya besar dalam meningkatkan kompetensi siswa tetapi dalam kenyataannya di lapangan sulit dilaksanakan mengingat ketergantungannya yang besar terhadap komponen-komponen lain seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Hasil Analisis Prospektif juga menunjukkan bahwa terdapat 1 (satu) komponen yang memiliki pengaruh yang kecil terhadap peningkatan kompetensi lingkungan hidup namun ketergantungan dengan komponen lain besar yaitu Rasio Guru dan Siswa yang ideal. Oleh sebab itu upaya untuk memenuhi rasio guru dan siswa yang ideal bukan langkah yang tepat.

Disamping itu terdapat 8 (delapan) komponen yang memiliki pengaruh kecil tetapi ketergantungan juga kecil yaitu:

1. Informasi tentang Lingkungan Hidup baik melalui media maupun yang disampaikan langsung ke sekolah akan kecil pengaruhnya jika tidak ada kreatifitas dari guru untuk mengintegrasikan informasi tersebut dengan mata pelajaran yang diajarkan. Hal ini bisa terjadi mengingat tidak ada himbauan dan dukungan dari Kepala Sekolah. Padahal informasi dapat diakses oleh siapapun dengan dana yang tidak terlalu besar sehingga dapat dikategorikan memiliki ketergantungan yang kecil.

2. Pelaksanaan Lomba Sekolah seperti Sekolah Sehat, untuk mempersiapkan mengikuti lomba pada umumnya sekolah mengadakan penghijauan, kebersihan, dan kerapihan sekolah secara insidentil yaitu hanya dilakukan menjelang lomba dan kurang melibatkan siswa. Pada umumnya setelah lomba program untuk mendukung lingkungan hidup tidak dilaksanakan lagi, sehingga pelaksanaan lomba lingkungan hidup kecil pangaruhnya terhadap peningkatan kompetensi siswa. Disamping itu untuk mengikuti lomba sekolah tidak ada keharusan sehingga lebih menekankan pada keaktifan sekolah dengan demikian tingkat ketergantungannya tergolong kecil.

3. Silabus Mata Pelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan tentang lingkungan hidup seperti yang telah dilaksanakna sejak Kurikulum 1994 hanya memberi pengaruh yang kecil karena materi yang diberikan lebih menekankan aspek pengetahuan yang kurang diaplikasikan di sekolah. Akibatnya selama ini belum

dapat memberikan dampak yang positif terhadap kompetensi perilaku. Peranan Silabus Mata Pelajaran di sekolah memiliki ketergantungan yang kecil karena sudah disusun oleh Depdiknas.

4. Komite Sekolah termasuk memiliki pengaruh yang kecil karena standar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar masih dapat berlangsung hanya dengan dukungan Pemerintah melalui Depdiknas.Disamping itu Komite Sekolah juga memiliki tingkat ketergantungan yang kecil karena aktifitasnya di sekolah tidak tergantung dengan komponen lain. Oleh sebab itu Komite Sekolah yang aktif mendukung program sekolah akan lebih memungkinkan untuk mengembangkan kompetensi siswa.

5. Penambahan Waktu Belajaruntuk PLH termasuk memiliki pengaruh yang kecil terhadap kompetensi siswa jika waktu yang diberikan hanya bersifat pembekalan kompetensi pengetahuan. Di samping itui termasuk memiliki ketergantungan yang kecil karena pelaksanaannya dilakukan hanya melalui kesepakatan bersama antara guru dan kepala sekolah dengan cara memasukkan PLH dalam kegiatan ekstrakurikuler..

6. Standar Kompetensi tentang Lingkungan Hidup termasuk memiliki pengaruh yang kecil karena standar kompetensi yang ada selama ini lebih menekankan pada aspek pengetahuan. Komponen ini memiliki ketergantungan yang kecil dengan komponen lain karena telah ditetapkan dari Depdiknas yang sebenarnya masih bisa dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah dan potensi daerah. 7. Alat Evaluasi tentang Lingkungan Hidup akan kecil pengaruhnya jika hanya

menekankan aspek pengetahuan seperti yang dilakukan selama ini, tetapi ketergantungannya kecil karena guru dapat melakukan evaluasi sesuai dengan materi yang diajarkan. .

8. Kerjasama Kelembagaan termasuk kecil pengaruhnya terhadap siswa secara keseluruhan karena selama ini yang terjadi di lapangan hanya beberapa siswa saja yang dilibatkan. untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga tertentu.

Selanjutnya untuk menentukan faktor yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa tentang lingkungan hidup dilakukan Analisis Prospektif. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui faktor-faktor penting dalam sistem pendidikan di sekolah yang mendukung PLH seperti yang terdapat pada Gambar 5.7 yaitu :

1. Manajemen Berbasis Sekolah yang mendukung PLH. 2. Inovasi dalam metodologi pengajaran PLH.

3. Kegiatan yang mendukung PLH.

Hasil Analisis Prospektif sebagian sesuai dengan Model Struktural dan Elemen Kendala Utama. dimana faktor yang berperan dan yang menjadi kendala adalah MBS. Sedangkan faktor lainnya yang dapat dilaksanakan untuk mendukung PLH menurut hasil Analisis Prospektif adalah Inovasi dalam Metodologi Pengajaran dan Kegiatan yang Mendukung PLH.

Model Kurikulum Berwawasan lingkungan (gambar 5.8) dibuat berdasarkan faktor penting dalam PLH melalui KBK, faktor kendala, dan langkah strategis, dan diagram input output. Model di atas masih mengacu pada KBK yang telah dikembangkan menjadi KTSP. Akan tetapi diperlukan MBS yang mendukung program-program PLH. Melalui program-program yang disesuaikan dengan kondisi sekolah tersebut diharapkan dapat meningkatkan kompetensi lingkungan hidup siswa. Kepala sekolah juga perlu memotivasi guru untuk berinovasi dalam metodologi belajar khususnya yang berkaitan dengan PLH, sedangkan langkah strategis yang apat dilakukan adalah mengaktifkan siswa melakukan diskusi dalam kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan lingkungan. Selain itu sekolah diharapkan dapat mencari solusi pemecahan faktor kendala yang termasuk pada input terkontrol. Sedangkan faktor kendala yang termasuk dalam input tak terkontrol perlu mendapat perhatian dari pemerintah terutama dalam kebijakan pemerintah yang masih top down, program kerja Tim Monotoring dan Evaluasi, dan upaya peningkatan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan. Sedangkan partisipasi masyarakat dan peranan keluarga dalam PLH diharapkan akan terus meningkat jika masyarakat memahami pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Gambar 5.8. Model Kurikulum Berwawasan Lingkungan SMA Manajemen

Pendidikan Sistem PLH di sekolah yang memperhatikan faktor penting PLH yaitu: 1. MBS yang menekankan pendidikan lingkungan hidup 2. Kegiatan yang menukung PLH 3. Inovasi Metodologi Input Tak Terkontrol:

Kebijakan yang top down, Pengetahuan Masyarakat, Partisipasi Masyarakat, Peranan Keluarga, Tim Monitoring dan Evaluasi

Output yang diharapkan : siswa yang memiliki kompetensi pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang lingkungan Input Terkontrol: MBS, Sangsi, Beban Pelajaran, alokasi waktu PLH, akses informasi, materi PLH terintegrasi, kerjasama dengan instansi, Komite Sekolah, Sarana dan Prasarana, Penghargaan, Kompetensi Guru, Rasio Guru dan Siswa, Dana Input Lingkungan : 1. UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 2. UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 3 UU RI No 23 Tahun1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Output yang tidak diharapkan : Siswa yang tidak memiliki

kompetensi

pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang lingkungan