• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian

Dari hasil observasi terhadap data rekam medis, didapatkan 132 pasien yang didiagnosis menderita kanker lambung periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2014. Karakteristik yang diamati adalah jenis kelamin, usia, suku, lokasi, gambaran histopatologi, dan stadium kanker lambung.

Tabel 5.1. Distribusi Penderita Kanker Lambung Berdasarkan Tahun Kejadian

TAHUN FREKUENSI PERSEN

2011 14 10,6%

2012 43 32,6%

2013 27 20,5%

2014 48 36,4%

Jumlah 132 100%

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa angka kejadian kanker lambung tertinggi ada pada tahun 2014 (36,4%), kemudian pada tahun 2012 (32,6%).

Tabel 5.2. Distribusi Penderita Kanker Lambung Berdasarkan Jenis Kelamin

JENIS KELAMIN FREKUENSI PERSEN

Pria 80 60,6%

Wanita 52 39,4%

Jumlah 132 100%

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa kanker lambung lebih banyak didiagnosis pada pasien dengan jenis kelamin pria (60,6%) dibandingkan pada wanita (39,4%).

Tabel 5.3. Distribusi Penderita Kanker Lambung Berdasarkan Kelompok Usia

KELOMPOK USIA FREKUENSI PERSEN

<30 tahun 1 0,8% 31-40 tahun 6 4,5% 41-50 tahun 36 27,3% 51-60 tahun 55 41,7% 61-70 tahun 19 14,4% >70 tahun 15 11,4% Jumlah 132 100%

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa kanker lambung paling sering terjadi pada kelompok usia 51-60 tahun (41,7%) dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

Tabel 5.4. Distribusi Penderita Kanker Lambung Berdasarkan Suku

SUKU FREKUENSI PERSEN

Aceh 7 5,3% Alas 1 0,8% Batak 104 78,8% Gayo 1 0,8% Jawa 8 6,1% Melayu 1 0,8% Nias 1 0,8%

Tidak ada keterangan 9 6,8%

Jumlah 132 100%

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa kanker lambung paling banyak didiagnosis pada pasien dengan suku Batak (78,8%), kemudian suku Jawa (6,1%), lalu diikuti dengan suku Aceh (5,3%). Sementara itu, 6,8% data rekam medis tidak memiliki keterangan mengenai suku pasien.

Tabel 5.5. Distribusi Penderita Kanker Lambung Berdasarkan Lokasi Kanker

LOKASI FREKUENSI PERSEN

Kardia 20 15,2% Fundus 1 0,8% Korpus 11 8,3% Antrum 37 28% Pilorus 5 3,8% Kurvatura minor 1 0,8% Kurvatura mayor 0 0% Overlapping 16 12,1%

Tidak ada keterangan 41 31,1%

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa lokasi kanker lambung terbanyak adalah di antrum (28%), kemudian kardia (15,2%). Sementara itu, 31,1% data rekam medis tidak memiliki keterangan mengenai lokasi kanker lambung.

Tabel 5.6. Distribusi Penderita Kanker Lambung Berdasarkan Gambaran Histopatologi

HISTOPATOLOGI FREKUENSI PERSEN

Well differentiated 8 6,1% Moderately differentiated 19 14,4% Poorly differentiated 25 18,9%

Tidak ada keterangan 80 60,6%

Jumlah 132 100%

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa gambaran histopatologi yang paling sering dijumpai pada kanker lambung adalah tipe poorly differentiated (18,9%), diikuti oleh tipe moderately differentiated (14,4%). Sementara itu, 60,6% data rekam medis tidak memiliki keterangan.

Tabel 5.7. Distribusi Penderita Kanker Lambung Berdasarkan Stadium

STADIUM FREKUENSI PERSEN

Stadium IA 0 0% Stadium IB 0 0% Stadium IIA 1 0,8% Stadium IIB 0 0% Stadium IIIA 1 0,8% Stadium IIIB 1 0,8% Stadium IIIC 1 0,8% Stadium IV 26 19,7%

Tidak ada keterangan 102 77,3%

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar pasien didiagnosis kanker lambung pada stadium IV (19,7%). Sementara itu, 77,3% data rekam medis tidak memiliki keterangan stadium kanker lambung.

5.2.Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik kanker lambung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2014. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan angka kejadian kanker lambung adalah sebanyak 132 kasus, dengan angka kejadian tertinggi pada tahun 2014 (36,4%), kemudian pada tahun 2012 (32,6%).

Berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa kanker ini lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita. Dari 132 pasien yang menderita kanker lambung, 60,6% diantaranya adalah pria dan 39,4% lainnya wanita. Hasil penelitian ini mirip dengan hasil penelitian Makmun et al. (2014) di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta yang menunjukkan bahwa kanker lambung lebih banyak didiagnosis pada pasien dengan jenis kelamin pria. Hal ini mungkin disebabkan karena kebiasaan merokok lebih banyak dijumpai pada pria dibandingkan pada wanita. Rokok telah diklasifikasikan sebagai grup 1 karsinogenik kanker lambung oleh International Agency for Research on Cancer (IARC), mengindikasikan bahwa telah ada bukti yang adekuat pada ma nusia (Cogliano et al., 2011). Menurut Kim (2007), Yun (2005), dan Jee (2004) dalam Shin (2011), terdapat hubungan antara durasi merokok yang lebih panjang dan insidensi kanker lambung, serta mortalitasnya pada pria. Selain itu, menurut Kim (2007) dalam Shin (2011), pria yang merokok selama 20 sampai dengan 39 tahun memiliki risiko 2,09 kali lipat lebih tinggi terkena kanker lambung dibandingkan dengan yang tidak merokok. Sementara itu, pria yang merokok selama lebih dari 40 tahun memiliki risiko 3,13 kali lipat lebih tinggi.

Berdasarkan kelompok usia, terlihat peningkatan insidensi kanker lambung hingga mencapai puncaknya pada kelompok usia 51 sampai dengan 60 tahun. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Crew dan Neugut (2006) yang menyatakan bahwa insidensi kanker lambung mengalami kenaikan

progresif seiring berjalannya usia, dengan puncaknya pada usia sekitar 50 sampai dengan 70 tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena patogenesis kanker lambung meliputi faktor risiko multipel, yang sebagian besar bekerja pada lingkungan mukosa lambung dalam jangka waktu yang panjang (McGrath, Ebert, dan Rocken, 2007). Dari hasil penelitian ini juga didapati bahwa rata-rata usia pasien adalah 55,33 tahun dengan usia termuda 28 tahun dan tertua 88 tahun. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan penelitian Yusuf et al. (2009) yang menunjukkan bahwa usia rata-rata pasien kanker lambung adalah 53,36 tahun, dengan usia termuda 22 tahun dan yang tertua 81 tahun.

Dari penelitian ini didapati bahwa pasien yang didiagnosis menderita kanker lambung yang paling banyak adalah suku Batak (78,8%), kemudian suku Jawa (6,1%), dan dilanjutkan dengan suku Aceh (5,3%). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Yusuf et al. (2009) di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta yang menunjukkan bahwa suku yang paling banyak dijumpai kanker lambung adalah Suku Jawa (33,64%), diikuti dengan suku Betawi (20%), dan suku Sunda (10,91%). Hal ini mungkin karena RSUP H. Adam Malik terletak di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara yang mayoritas penduduknya adalah suku Batak.

Pada penelitian ini, lokasi kanker lambung yang didiagnosis terbanyak adalah di antrum (28%) kemudian kardia (15,2%). Hasil penelitian yang serupa ditunjukkan oleh penelitian Mabula et al. (2012), yang menunjukkan bahwa antrum merupakan daerah paling sering ditemukannya kanker lambung, sedangkan berdasarkan penelitian Yusuf et al. (2009), korpus dan antrum merupakan lokasi paling sering. Menurut Tille (2014), habitat utama H. pylori adalah mukosa lambung manusia, sedangkan menurut Carrasco dan Corvalan (2013), walaupun H. pylori dapat menginfeksi bagian lain dari lambung, bakteri ini lebih banyak berkolonisasi di antrum. Hal ini mungkin karena antrum tidak memiliki sel-sel parietal yang dapat mensekresikan asam klorida (Shanks dan El-Omar, 2009) sehingga H. pylori dapat berkembang dengan lebih baik.

Sementara itu, gambaran histopatologi yang paling sering ditemukan adalah poorly differentiated (18,9%). Hasil penelitian ini serupa dengan hasil

penelitian Lazar et al. (2009) dan Wang et al. (2014). Hal ini mungkin berhubungan dengan E-cadherin. Menurut Roy dan Berx (2008) serta Stemmler (2008) dalam Liu dan Chu (2014), E-cadherin adalah molekul yang berperan dalam adhesi sel-sel, yang memiliki peranan penting dalam membentuk struktur epitelium serta menjaga polaritas sel-sel serta differensiasinya. Berdasarkan penelitian Stanculescu (2011), E-cadherin lebih banyak dijumpai pada kanker lambung tipe intestinal dan yang sifatnya well differentiated dibandingkan dengan tipe diffuse dan yang sifatnya poorly differentiated. Cytotoxin associated-gene A (cagA) pada H. pylori diduga dapat menyebabkan ketidakstabilan pada E-cadherin, tetapi hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut (Murata-Kamiya, et al., 2007).

Sebagian besar penderita kanker lambung didiagnosis dengan stadium IV (19,7%). Hasil penelitian ini hampir serupa dengan beberapa hasil penelitian (Mabula et al., 2012; Norouzinia et al., 2012; dan Safaee et al., 2009) yang menunjukkan bahwa pasien sering datang dengan stadium III atau IV. Hal ini mungkin disebabkan karena gejala awal biasanya bersifat ringan dan tidak spesifik sehingga berujung pada diagnosis yang terlambat (Tobias dan Hochhauser, 2015). Beberapa penelitian (Pisanu et al., 2014; Karim, S., 2014; dan Chung et al., 2010) menunjukkan bahwa gejala-gejala yang sering dijumpai pada pasien kanker lambung adalah dyspepsia, nyeri epigastrium, penurunan berat badan, dan anemia.

34 BAB 6

Dokumen terkait