• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Industri Teri Nasi dan Rumput Laut sebagai Contoh Klaster Industri Hasil Laut di Jawa Timur

Perkembangan industri teri nasi di Jawa Timur bersifat sangat dinamis, pada tahun 2004 sampai dengan sekarang tercatat hanya ada 5 perusahaan yang masih beroperasi sementara yang lainnya terpaksa menutup operasi untuk produk teri

nasinya karena dipandang tidak efisien. Sementara itu dari sisi permintaan, masih terbuka peluang yang cukup besar dengan jumlah permintaan pasar luar negeri 3000 ton teri nasi per tahunnya baru terpenuhi sekitar 80%, di mana Indonesia merupakan eksportir utama yang semua produknya dapat terserap karena mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan 3 pesaingnya yaitu Korea, Cina dan Taiwan. Oleh karena itu pemantapan struktur industri hasil laut dengan pendekatan klaster industri khususnya untuk produk teri nasi perlu segera dilakukan. Hal inilah yang melatarbelakangi dipilihnya industri teri nasi sebagai obyek verifikasi model pengukuran kinerja komprehensif agroindustri hasil laut di Indonesia, yang diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk klaster industri produk hasil laut lainnya.

Berdasarkan data industri yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian (2004) terdapat 12 perusahaan yang bergerak di bidang produksi teri nasi di Jawa Timur, namun setelah diklarifikasi ternyata hanya terdapat 5 perusahaan yang sampai sekarang masih beroperasi yaitu PT. Kelola Mina Laut, PT. Indorasa Sentral Coop Sea Food (ICS), PT. MMM, PT. Madura Prima Internal (MPI) dan PT. Mahera. Sehingga jika digambarkan rantai produksi dari hulu ke hilir seperti Gambar 29 berikut :

Pasar Luar Negeri Agroindustri level II dan III

(Industri Pengolahan)

Usaha Penangkapan

Ikan (Nelayan)

Usaha Pasca Panen (Agroindus

tri level I) PT.ICS

PT. MPI PT.MMM Pasar Dalam Negeri

Gambar 29 Rantai produksi dan pelaku agroindustri teri nasi di Jawa Timur Kondisi hubungan antara pelaku dalam klaster industri hasil laut khususnya teri nasi saat ini masih kuat dalam kelompok hulu ke hilir pada satu industri tertentu, sehingga peningkatan kinerja klaster ke depan dapat diarahkan terciptanya suatu interaksi yang positif antara seluruh pelaku klaster industri teri nasi. Gambaran interaksi antar pelaku dari nelayan sampai pada industri hilir tertentu dapat dilihat pada gambar berikut :

PT.KML PT.Mahera

PT ‘X’

Unit Pabrik-1 Unit Pabrik-2 Unit Pabrik-n

usaha pasca panen-1 usaha pasca panen -2 usaha pasca panen-m Usaha penangkapan ikan Usaha penangkapan ikan Usaha penangkapan ikan Nelayan-2 Nelayan-1 Nelayan-l

Gambar 30 Interaksi antara pelaku industri teri nasi dalam satu kelompok

Mengacu pada konsep klaster yang telah diuraikan di bab-bab terdahulu, klaster industri teri nasi terdiri dari pelaku inti yaitu perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan teri nasi, pelaku pendukung yang terdiri dari industri/usaha pendukung dan institusi pendukung. Yang termasuk dalam kelompok industri/usaha pendukung adalah usaha penangkapan ikan, usaha lepas pantai maupun pemasok mesin peralatan pabrik serta pemasok lainnya sedangkan kelompok institusi pendukung di antaranya adalah pemerintah, lembaga keuangan, institusi pendidikan, lembaga pelatihan, balai latihan kerja, dan institusi lain yang ikut berkontribusi terhadap keberlanjutan sebuah sistem klaster industri.

Produk teri nasi merupakan salah satu produk unggulan khususnya untuk pasar ekspor dengan kapasitas produksi rata-rata 200 ton per bulan yang diproduksi di 25 unit pabrik yang tersebar di pantai Jawa Utara dan Madura (PT KML), 9 Unit Pabrik yang tersebar pada daerah sama untuk PT ICS, unit-unit pabrik lain yang juga dimiliki oleh industri teri nasi lainnya. Sebagai ilustrasi produk olahan ini dapat dilihat pada Gambar 31. Sementara itu daya saing industri hasil laut pada umumnya dan teri nasi khususnya sangat ditentukan oleh kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas produk ini sangat ditentukan oleh kualitas proses bisnis internal yang meliputi kualitas pengadaan bahan baku, penanganan bahan baku dan proses pengolahannya yang bisa dikelola dengan memperhatikan setiap rantai produksi yang salah satunya adalah aktifitas proses produksi dalam industri pengolahan.

Gambar 31 Produk dried baby anchovy (teri nasi)

Produk teri nasi cukup mudah dalam sisi pengadaan maupun proses produksinya, sehingga permintaan bisa terpenuhi dengan baik selama ini. Bahan baku neri diperoleh dari beberapa lokasi tempat penangkapan ikan terdekat dengan masing-masing pabrik unit, yang selanjutnya diolah terlebih dahulu oleh pabrik unit. Secara singkat proses pengolahan produk teri nasi pada level industri dapat ditampilkan dalam bentuk diagram alir seperti pada Gambar 32 berikut :

Teri Nasi basah

Pencucian dengan air mengalir

Gambar 32 Diagram alir proses pengolahan dried baby anchovy (teri nasi) Pemasakan

Penjemuran (pengeringan) Pemisahan dari ikan jenis lain yg ada

Pengelompokan berdasarkan ukuran

Pemisahan dari ikan lain atau benda lain yang tidak

diinginkan Ikan jenis lain

Limbah padat

Pengemasan

Penyimpanan dalam cold storage

Industri rumput laut di Jawa Timur saat ini sedang berkembang dan mempunyai potensi pasar ekspor maupun domestik yang cukup tinggi. Nilai rata-rata ekspor per tahun ini sebesar 300 ton. Pelaku industri rumput laut di Jawa Timur cukup dominan menguasai pasar di Indonesia, hal ini ditunjukkan oleh tingkat produksi dan penjualan yang cukup tinggi.

Rumput laut atau sea weeds dikenal sebagai alga atau ganggang. Terdapat beberapa jenis rumput laut yang masing-masing memiliki potensi untuk diolah menjadi agar-agar, karaginan dan alginat. Agar-agar dan karaginan dihasilkan dari ganggang merah (rhodophyceae) sedangkan aglinat dapat dihasilkan dari ganggang coklat (sargassum) yang jumlahnya masih sedikit di Indonesia sementara kebutuhan pasar sangat tinggi, hal ini menjadi peluang bagi dikembangkannya budidaya rumput laut jenis ini sekaligus membuka peluang investasi dan lapangan kerja. Di perairan Indonesia telah diidentifikasi terdapat 555 jenis rumput laut, 23 jenis telah dimanfaatkan untuk sayuran dan makanan dan 55 jenis lain dimanfaatkan untuk makanan sekaligus obat-obatan (Poncomulyo, et al, 2006).

Industri rumput laut atau industri yang berbasis bahan baku rumput laut memiliki rantai produksi dari hulu ke hilir yang kesemuanya akan mempengaruhi kualitas produk akhir. Oleh karena itu pendekatan klaster industri dengan mengutamakan jaringan kerja dan kolaborasi serta optimasi fungsi dan peran dari seluruh stakeholder untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing menjadi sangat diperlukan. Rantai produksi industri rumput laut dapat dilihat gambar berikut :

Pasar Luar Negeri

Usaha budidaya

rumput laut (petambak) Usaha pasca panen (Agroindus

tri level I

Agroindustri