• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Sistem Klaster Agroindustri Hasil Laut

Agroindustri Hasil Laut merupakan salah satu industri inti yang menjadi prioritas pembangunan oleh pemerintah, hal ini dinyatakan secara eksplisit dalam arah kebijakan pembangunan industri nasional mengacu kepada agenda dan prioritas

pembangunan nasional Kabinet Indonesia Bersatu dalam kerangka Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004-2009 (Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005). Dalam kerangka tersebut juga dinyatakan pokok-pokok kebijakan pengembangan industri prioritas di Indonesia, di mana telah ditetapkan 10 (sepuluh) jenis industri yang diprioritaskan untuk dikembangkan dengan berbasis klaster industri. Kesepuluh jenis industri tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Industri Makanan dan Minuman yang meliputi : Industri Pengolahan Cacao

Industri Pengolahan Buah Industri Pengolahan Kelapa Industri Pengolahan Kelapa Industri Pengolahan Kopi Industri Pengolahan Gula Industri Pengolahan Tembakau 2. Industri Pengolahan Hasil Laut

3. Industri Tekstil dan Produk Tekstil 4. Industri Alas Kaki

5. Industri Turunan Minyak Kelapa Sawit

6. Industri Pengolahan Kayu (termasuk Rotan dan Bambu) 7. Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet

8. Industri Pulp dan Kertas

9. Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik 10. Industri Petrokimia

Dalam pelaksanaannya pengembangan kesepuluh industri di atas dengan pendekatan klaster harus didukung oleh penguatan beberapa industri manufaktur yang secara detail telah diuraikan dalam kerangka kebijakan pengembangan industri

pada Bab 18, RPJMN tahun 2004-2009. Pengembangan klaster industri hasil laut menempati prioritas kedua dalam kerangka kebijakan nasional, oleh karena itu adanya perangkat yang dapat menjadi acuan dalam mengevaluasi dan mengelola sebuah klaster agroindustri hasil laut menjadi sangat strategis untuk direalisasikan. Model Pengukuran Kinerja Komprehensif pada Sistem Klaster Agroindustri Hasil Laut menjadi kebutuhan mendesak untuk keberlanjutan sebuah klaster agroindustri hasil laut tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Informasi Departemen Perindustrian (2005) diperoleh satu gambaran distribusi industri pengolahan hasil laut di Indonesia berdasarkan jumlahnya yang dapat dilihat pada Gambar 26 berikut :

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Sum atra Jawa Bali & Nus a Teng gar a Kal iman tan Sula wesi Ma luku Irian Jay a

Proporsi jumlah industri

Gambar 26 Distribusi pelaku agroindustri hasil laut di Indonesia

Sementara itu secara detail produk yang dihasilkan oleh industri hasil laut di masing- masing wilayah propinsi di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Distribusi jumlah perusahaan agroindustri hasil laut di Indonesia

No Propinsi Jumlah Perusa- haan Persen- tase dari total (%) Produk

1 Sumatra Utara 28 5.59 Masakan Kaleng, Ikan, Ikan Rebus, Ikan Asin, Ikan Teri, Udang Beku, Kerang, Tepung Ikan dan Terasi

2 Riau 11 2.20 Ikan Asin, Terasi, Ikan Beku

3 Sumatra

Selatan 4 0.80 Ikan Asin, Paha Kodok, Udang Beku

4 Lampung 2 0.40 Udang Beku

5 Bangka

Belitung 8 1.60

Ikan Beku, Ikan Fillet, Udang Beku, Biota Laut Beku

6 DKI Jakarta 40 7.98 Ikan Kaleng, Ubur-ubur, Udang Beku, Ikan Beku, Daging Kepiting, Kerang Hijau

Nasi Kering

8 Jawa Tengah 102 20.36

Ikan Asin, Ikan Kering, Rajungan, Ikan Pindang,Teri Nasi, Teri Nasi Kering, Fillet Ikan, Ikan Beku, Udang Beku, Winter Gloves, Bandeng Presto, Daging Rajungan, Ikan Olahan, Tepung Ikan

9 DI Yogyakarta 1 0.20 Pengepakan Udang

10 Jawa Timur 184 36.73

Ikan Kaleng, Sarden, Ikan Tuna Kaleng, Udang Kaleng, Tepung Rumput Laut, Ikan Asin, Ikan Kering, Ikan Laut Kering, Ikan Pindang,Teri Nasi, Teri, Teri Nasi Kering, Teri Nasi Masak, Tripang, Bekicot Beku, Daging Ikan & Udang, Ikan Beku, Katak Beku, Pakan Udang, Udang Kupas, Udang Beku, Rajungan, Sirip Hiu Beku dan Kerang, Surimi, Tuna Fillet, Kodok, Ikan Pindang, Tuna Beku, Olahan Ikan, Petis, Seafood Value Added, Tepung Ikan.

11 Banten 1 0.20 Udang Windu Beku

12 Bali 8 1.60 Ikan Kaleng, Sarden, Tepung Ikan

13 Nusa

Tenggara 4 0.80 Ikan Asap, Ikan Beku

14 Kalimantan

Barat 4 0.80 Udang Beku

15 Kalimantan

Tengah 1 0.20 Udang Laut

16 Kalimantan

Selatan 7 1.40 Udang Beku

17 Kalimantan

Timur 14 2.79 Udang Beku

18 Sulawesi Utara 15 2.99 Ikan Kayu, Ikan Kaleng, Ikan Beku 19 Sulawesi

Selatan 21 4.19

Kepiting Kaleng dan Daging, Fillet Ikan, Ikan Beku, Pembekuan Hasil Laut, Kepiting, Udang Beku, Udang Kupas, Abon Ikan, Rumput Laut 20 Sulawesi

Tenggara 6 1.20

Ikan Teri Kering, Daging Kepiting, Ikan Kayu, Ikan Beku, Rajungan, Daging Olahan

21 Gorontalo 8 1.60 Ikan Beku, Ikan Kaleng

22 Maluku 7 1.40 Pengawetan Ikan, Pembekuan Ikan, Cold

Storage 23 Irian Jaya

Barat 9 1.80

Ikan Kaleng, Ikan Beku, Udang Beku, Ikan Kayu

24 Irian Jaya

Timur 1 0.20 Pengalengan Ikan

25 Irian Jaya

Selatan 2 0.40 Udang Beku, Ikan Beku

501 100

Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa proporsi jumlah industri hasil laut terbanyak ada di Propinsi Jawa Timur (36.73 %), oleh karena itu dalam penelitian ini studi

kasus pada agroindustri hasil laut sebagai dasar perancangan model pengukuran kinerja komprehensif untuk klaster agroindustri hasil laut dilakukan di Propinsi Jawa Timur.

Karakteristik industri hasil laut sangat bervariasi tergantung pada jenis produk yang dihasilkan dan juga orientasi pasar yang hendak dituju. Karakteristik kualitas yang harus dipenuhi untuk produk ekspor dan pasar domestik sangat berbeda, demikian juga antara industri udang beku dan pengeringan ikan. Oleh karena itu untuk lebih memfokuskan lagi hasil rancangan model pengukuran kinerja komprehensif sehingga diperoleh model Sistem Pengukuran Kinerja pada Klaster Agroindustri Hasil Laut, maka dari 32 jenis produk yang dihasilkan pada agroindustri hasil laut di Jawa Timur dipilih satu jenis produk yang diproduksi oleh sebagian besar perusahaan agroindustri hasil laut di Jawa Timur.

Berdasarkan rekapitulasi dari data Industri Hasil Laut di Jawa Timur dari Deperin (2004) jenis produk yang dihasilkan, maka terdapat 26 perusahaan di bidang Teri Nasi yang selanjutnya dipilih sebagai studi kasus untuk produk ekspor. Perusahaan yang dimaksud merupakan jumlah kumulatif dari Industri Besar, Industri Menengah dan Industri Kecil. Perusahaan yang bergerak di bidang teri nasi di Indonesia sebagian besar berada di Jawa Timur, hal ini semakin memperkuat alasan dipilihnya agroindustri hasil laut produk teri nasi di Jawa Timur sebagai studi kasus. Adapun distribusi jumlah perusahaan teri nasi di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. berikut :

Tabel 3 Distribusi jumlah perusahaan teri nasi di Indonesia

No Propinsi Jumlah

Perusahaan

Prosentase dari

total (%) Produk

1 Sumatra Utara 2 4.44 Ikan Teri

2 Jawa Barat 1 2.22 Teri Nasi Kering

3 Jawa Tengah 10 22.22 Teri Nasi, Teri Nasi Kering

4 Jawa Timur 26 57.78 Teri Nasi, Teri, Teri Nasi

Kering, Teri Nasi Masak

5 Sulawesi Tenggara 6 13.33 Ikan Teri Kering

45 100

Komposisi pada tabel d iatas, menunjukkan bahwa sebagian besar industri teri nasi terdistribusi di Jawa Timur dengan sebaran daerah Tuban, Lamongan, Situbondo, Pamekasan, Sumenep dll. Selanjutnya industri ini akan menjadi studi kasus dalam perancangan model pengukuran kinerja komprehensif untuk klaster industri hasil

laut, yang nantinya dapat digunakan untuk produk ekspor pada industri hasil laut di Indonesia.

Di samping industri teri nasi, model juga akan diverifikasi pada industri yang masih belum dominan namun memiliki potensi untuk dikembangkan yaitu industri rumput laut. Selanjutnya secara detail deskripsi sistem kedua jenis industri tersebut akan diuraikan pada bagian selanjutnya.