• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Keluarga Siswa Kesulitan Belajar

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.2.2 Dinamika Keluarga Siswa Kesulitan Belajar

Dalam penelitian ini pembahasan mengenai dinamika keluarga siswa yang mengalami kesulitan belajar. Koswara (2013: 95) mengungkapkan bahwa anak yang mengalami kesulitan belajar dalam keluarga dapat menimbulkan permasalahan, khususnya masalah sosial dengan anggota keluarga lain. Hal ini tejadi karena seringkali anggota keluarga lain kurang memahami apa yang diperintahkan pada anak tersebut. Orang tua sebagai orang yang tau persis permasalahan anak dapat menjelaskan kepada anggota keluarga, bahwa ada anggota keluarga yang mengalami hambatan dalam belajarnya, sehingga idealnya anggota keluarga dapat memamperlakukan anak secara sama. Peranan orang tua dalam memberikan informasi akan sangat membantu untuk mengidentifikasi kemungkinan dari penyebab kesilitan belajar yang dialami,dalam penelitian ini peneliti ingin melihat dinamika keluarga siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dinamika tersebut akan dijelaskan mengunakan genogram.

Genogram merupakan penggambaran visual dari pohon keluarga termasuk nama keluarga, relasi, hal-hal yang penting dalam kehidupan seperti kelahiran, pernikahan, penyakit yang diderita dan kematian. Melalui genogram menyoroti mengenai jenis-jenis hubungan antara subjek dan lingkungananya. Penjelasan dalam genogram dapat digambarkan rinci juga mengenai anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, hubungan/ relasi yang terbangun, serta konflik yang muncul dalam keluarga.

Manfaat dalam membuat genogram penelitian ini untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai relasi, hubungan, dan keterangan yang lebih terpercaya mengenai struktur dalam keluarga. Melalui genogram ini peneliti

menemukan bahwa jika seorang yang mengalami pengalaman yang sulit atau memalukan akan membawa pengaruh yang negatif dalam kehidupan keluarganya. Pengalaman akan hal-hal negatif seperti: pengalaman di penjara, penyakit mental, dan penyakit. Pengalaman negatif ini jika tidak dibicarakan dan dilupakan begitu aja, maka pengalaman itu akan disimpan dalam hati yang terus akan mempengaruhi kepribadiannya. Pengalaman ini peneliti temukan dalam diri Nana dan Ibu Rina, hal ini yang membuat peneliti mencoba menemukan permasalahan yang dialami oleh Nana dalam proses belajarnya.

Genogram yang peneliti buat berdasarkan wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dengan keluarga Bu Rina, namun ada beberapa kekurangan dalam pembuatannya seperti tanggal, tahun, dan dan hubungan keluarga yang tidak diceritakan oleh informan. Selain itu dalam genogram ini juga peneliti menggunakan bukan nama asli, hal ini bertujuan untuk menjaga keamanan keluarga partisipan.

Dinamika keluarga yang digambarkan dalam genogram ini menunjukan adanya permasalahan yang terjadi dalam keluarga partisipan seperti permasalahan seorang ibu dengan ibu mertuanya, ibu dengan anak, adanya kekerasan verbal yang terjadi, dan menunjukan adanya beberapa orang yang memiliki penyakit dan prilaku alkolisme yang dilakukan, serta konflik yang menyebabkan perceraian.

Melalui gambar genogram di atas dapat dilihat bahwa ada permasalahan yang terjadi dalam hubungan anatar keluarga. Hubungan antar anggota keluarga merupakan hubungan yang bersifat kekal, sehingga dampak psikologis yang akan dialami bersifat jangka panjang (Lestari, 2014: 103). Peneliti akan menjelaskan hubungan masing keluarga, antara lain sebagai berikut :

1. Ibu Agata memiliki lima orang saudara kandung yang bernama Bapak Abdi, Bapak Bagas, Ibu Rubi yang sudah meninggal karena sakit, dan Bu Reni yang juga sudah meninggal karena sakit. Ibu Agata menikah dengan Bapak Florentinus. Bapak Forentinus adalah anak pertama dari dua bersaudara, adiknya bernama Ibu Rini sudah meninggal karena sakit kanker payudara. Bapak Florentinus sudah meninggal karena sakit. Ibu Agata dan Bapak Florentinus memiliki tig orang anak yang bernama Ibu Rani, Ibu Rina, dan Rido. Ibu Rani menikah dengan Bapak Ardi memiliki empat orang anak yang bernama Dani, Dina, Dika, Diana. Keluarga Ibu Rani tinggal bersama Ibu Agata, namun memiliki hubungan yang kurang baik dengan Ibu Rina yang juga tinggal dalam satu rumah. Mereka sering terlibat dalam konflik

secara verbal. Sedangkan Rido belum menikah meskipun usianya sudah dewasa. Dalam Keluarga Ibu Agata semua tinggal dalam satu rumah yakni sepuluh orang.

2. Ibu Agnes anak pertama dari sembilan bersaudara. Adik Bu Agnes bernama Astri sudah menikah, Yanto belum menikah, Dimas sudah menikah, Nino sudah menikah namun bercerai, sati sudah menikah, Amelia sudah menikah, Fani sudah menikah, dan Pandu belum menikah. Ibu Agnes menikah dengan Bapak Iwan. Bapak iwan adalah anak kedua. Kakaknya bernama Bayu dan adiknya bernama Sandi. Ibu Agnes dan Bapak Iwan memiliki empat orang anak Rizki menikah dengan Ibu Rina dan memiliki tiga orang anak bernama Vina, Vino, dan Nana, hubungan anatara Ibu Rina dan Ibu Agnes mulai mengalami konfik sejak awal pernikahan dengan Bapak Riski yang saat itu Bu Agnes mengetahui bahwa Bu Rina hamil, dan mereka belum resmi menikah. Dewi menikah dengan Bapak Andra dan memiliki empat orang anak bernama, Edo, Dion, Dito, dan Ayu, namun Ayu sudah meninggal karena sakit. Anak ke tiga Bu Agnes Bernama Yeni menikah dengan Leo dan memiliki dua orang anak bernama Ani dan Anna, sedangkan anak terakhir bernama Heru menikah dengan Serly dan memiliki satu anak bernama Ajeng. Keluarga Pak Heru tinggal bersama Bu Agnes. Bu Agnes memiliki riwayat sakit Hipertensi dan Jantung. Jadi yang tinggal bersama keluarga Bu Agnes ada tujuh orang.

3. Keluarga Bu Rina dan Pak Riski. Ibu Rina adalah anak kedua dari tiga bersaudara, sedangkan Bapak Riski merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ibu Rina dan Bapak Riski menikah, dan memiliki tiga orang anak. Anaknya yang pertama bernama Vina, Vina berusia 12 tahun. Vina sekolah di salah satu SD Negeri di kota Yogyakarta. Sejak kecil Vina tinggal dengan Neneknya sampai sekarang. Anaknya yang kedua bernama Vino, saat ini usia Vino 11 tahun. Vino sekolah di tempat yang sama dengan Vina dan Vino juga tinggal bersama neneknya sejak usia 5 tahun bersama dengan Vina. Anak yang ketiga bernama Nana. Nana tinggal bersama Ibu Rina dengan keluarga Ibu Agata. Nana berumur 9 tahun, sekolah Nana beda dengan sekolah kedua kakaknya. Hal ini disebabkan karena Ibu Agnes meminta untuk memisahkan Nana dengan kedua kakaknya.

Peneliti menemukan melalui informasi dari Ibu Rina, bahwa hubungan antara keluarga Bu Agnes dan semua anaknya tidak rukun dengan Ibu Rina dan Nana. Melalui informasi ini peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Agnes. Ibu Agnes mengatakan:” wajar kalau orang berkeluarga marah sebentar, tapi ngak sampai main tangan, kalau dengan anak-anak Cuma tak benta k, karena saya memang cerewet”. Ungkapan Bu Agnes memang sering dirasakan oleh Ibu Rina, beliau mengatakan memang sering terjadi konflik verbal dengan Ibu Agnes. Konflik merupakan perselisihan yang bersifat permusuhan dan membuat hubungan tidak berfungsi dengan baik. Secara bahasa konflik identik dengan percekcokan, perselisihan, dan pertengkaran (Lestari, 2014: 99). Dalam genogram

digambarkan dengan lambang yang memiliki arti, adanya permusushan/ konflik yang memiliki hubungan dekat seperti konflik yang terjadi pada Ibu Rina dan Ibu Agnes, dalam sturuktur keluarga yakni Ibu mertua dan menantu.

Genogram mengambarkan lambang menjelaskan bahwa adanya konflik secara emosional antara Ibu Rina dan Ibu Agnes. Informasi yang peneliti peroleh melalui wawancra, konflik emosional ini terjadi pada saat kedua anak Ibu Rina diambil dan diasuh oleh Ibu Agnes, sedangkan pada cucu yang ketiga yaitu Nana Ibu Agnes tidak mengakui sebagai cucu dan sering melakukan kekerasan baik secara verbal maupun fisik dengan meludahi dan memberikan label “anak Bodoh”. Hubungan antara Nana dan Bu Agnes digambarkan dengan

lambang “ “. Selain itu hubungan dengan orang serumah yang tidak

harmonis juga mempengaruhi dalam berelasi, dalam genogram ditunjukan adanya hubungan yang tidak harmonis anatara Ibu Rina dan Ibu Rani yang digambarkan dengan lambang “ “.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa Ibu Rina adalah seorang pribadi yang kuat dalam masa sulitnya untuk menjaga anak-anaknya. Selanjutnya ibu menceritakan saat kehamilan Nana, bapak Rizki sudah sakit dan dirawat di salah satu rumah sakit di Yogyakarta. Beliau mengatakan “ Nana lahir juga ngak mau, ngak ada yang menunggu proses kelahirannya, jadi anak saya terbuang, kan ngak ada yang mengakui dia cucunya”. Informasi yang peneliti dapatkan dari Ibu Rina mengenai penyakit yang diderita Bapak Riski. Ibu Rina mengatakan: “suami saya pemabuk dan pernah kena narkoba, tapi ngak dihisap tapi dicokot (digigit)ikut dengan temanya pakai narkoba dan pernah dipenjara 5

tahun”. Nevid et,al (2003: 12,14) mengungkapkan alkohol adalah kondisi permanen yang tidak dapat disembuhkan, sedangkan efek psikologis dari seorang alkoholik mencerminkan efek fisiologis zat dan interpretasi kita akan efek tersebut.

Peneliti bertanya kepada beliau selama kehamilan Nana apakah ada penyakit yang diderita? Beliau menggungkapkan” sakitnya sakit hati”. Saat itu beliau menceritakan kebinggungannya dan kekecewaannya karena ketika datang berkunjung ke rumah Bu Agnes, kedua anaknya tidak mau menyambut justru memalingkan muka, pengalaman ini digambarkan dalam genogram dengan

lambang “ “. Ibu Rina juga menceritakan saat suaminya sakit

dari pihak keluarga besar sudah menolaknya, sehingga beliau harus berfikir sendiri. Kartono (1992: 92) mengungkapkan bahwa pengalaman ketakutan dalam berbagai mecam bentuk ekpresinya, seperti kesulitan ekonom,kesulitan emosional, macam-macam penyakit, kematian dalam keluarga, relasi tidak harmonis dengan suami dan anggota keluarga lain, dan lingkungan masyarakat secara langsung maun tidak langsung akan mempengaruhi terhadap kehamilan dan fungsi reproduksi.

Pengalaman yang negatif yang dialami akan membuat seseorang menjadi takut untuk menuntut anaknya, karena tidak mau semakin menyakiti anaknya, hal ini dijelaskan oleh Kartono (1992: 31) menggungkapkan wanita yang memiliki sikap feminim memiliki keseimbangan antara tendensi-tendensi narsisme yang sehat dan sangat mendukung harga dirinya sehingga wanita mau berkorban diri dan mencintai anak keturunannya. Hal ini memberikan penjelasan bahwa sikap Ibu Rina karena ingin memiliki anak-anaknya dan mencintainya.

Dokumen terkait