• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Siswa Kesulitan belajar

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.2.1. Dinamika Siswa Kesulitan belajar

Peneliti melakukan observasi di SD Helena kurang lebih tiga bulan yaitu dimulai pada tanggal 07 September 2016 dan berakhir 30 November 2016. Peneliti melakaukan penelitian di kelas 1 dimana terdapat 30 siswa yang terdiri dari 21 siswi dan 9 siswa. Di kelas tersebut ada 3 siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Peneliti menentukan partisipan pertama tersebut melalui wawancara dengan salah satu guru kelas satu yang menggungkapkan ada 3 siswa anak yang kesulitan belajar di kelas 1 SD tersebut. Dari ketiga siswa tersebut, peneliti memfokuskan kepada salah satu siswa yang bernama Nana sebagai partisipan pertama salah satu siswa yang mengalami kesulitan belajar lebih tinggi dibandingkan ketiga teman yang lain. Nana dilahirkan pada tanggal 18 Agustus 2007 di sebuah rumah sakit di kota Yogyakarta. Nana merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dan saat ini berusia 9 tahun. Keluarga Nana termasuk dalam golongan ekonomi menengah kebawah. Keluarga Nana selalu menanamkan sikap bertanggungjawab sejak dini dan pembiasaan hidup doa, seperti membantu membersihkan rumah dan kebiasaan doa sebelum melaksanakan kegiatan sehari-hari (doa Malaikat Tuhan). Di rumah, Nana belajar bersama ibunya. Ayahnya sudah meninggal pada tanggal 08 Desember 2007 kerena menderita penyakit radang paru-paru. Menurut infomasi yang peneliti peroleh, Nana memiliki kendala dalam proses belajarnya. Berdasarkan karakteristik kesulitan belajar yang peneliti gunakan, peneliti menemukan bahwa, saat proses belajar di kelas ketika Nana diminta menjelaskan hasil mengerjakan tugas, Nana tidak mau karena merasa tidak mampu. Nana memiliki kemampuan kognitif yang normal, karena ketika Nana diminta untuk menjawab pertanyaan secara lisan Nana menjawab

dengan benar, namun kurang mampu mengoptimalkan sehingga terjadi kesenjangan antara apa yang yang semestinya dilakukan dengan apa yang dicapainya secara nyata. Kesulitan untuk mengotimalkan kemampuan kognitifnya juga mempengaruhi kemampuan akan pemahaman bahasanya karena bahasa alat yang pakai untuk memahami dan menyatakan pikiran. Saat peneliti melakukan wawancara, peneliti mendapat informasi bahwa siswa tersebut memiliki hobi mewarnai dan menyanyi. Hal ini dapat melatih koordinasi yang baik antara tangan dan mata sehingga mampu meningkatkan kemampuan motorik. Lagu rohani merupakan nyanyian yang Nana sukai, sedangkan mewarnai, peneliti melihat bahwa Nana selalu dapat menyelesaikan tugas mewarnainya dengan baik. Nana sering mendapat perlakuan yang kurang baik dari keluarganya, khususnya neneknya (ibu dari ayahnya), seperti sering dibedakan dengan kedua kakak Nana dengan dijuluki “bocah bodoh” dan juga pernah diludahi oleh neneknya karena beliau marah pada Nana yang lambat dalam memahami pelajaran saat belajar di rumah bu Agnes. Emosi Nana yang labil akan sangat mempengaruhi konsentrasi dan semangat belajar, khususnya Nana mudah berubah suasana hatinya dan juga menjadi tempramen. Peneliti mendapat informasi, di dalam kelas, Nana tergolong anak yang pendiam dan kurang aktif dalam proses pembelajaran bahkan sering terlihat melamun dan asik bermain sendiri.

Peneliti mendapat informasi bahwa Nana mengalami kesulitan belajar melalui wawancara dari guru kelas, guru Agama, guru Pendidikan Jasmani, Ibu Rina, dan Ibu Agnes. Guru kelas Nana mengungkapkan bahwa “masih ada huruf yang kurang, kemudian sering terbalik ketika harus menulis “b” dengan “d” ...ya.... harusnya “b” dia menulisnya “d”, harusnya “d” kadang ditulis b

sehingga maknanya akan berbeda.tetapi setelah diberi pemahaman ternyata anak ini baru sadar”.

Hal ini sering terjadi saat didikte jika menyalin dapat menuliskan dengan baik namun kecepatan yang lambat, “ketika didekte, dia bisa menulis sendiri tetapi masih ada sedikit kesalahan disana...b menjadi d atau dia sendiri masih...e.. ng...ny itu dia masih mengalami kesulitan.ng..ny..eng....”. sedangkan guru Agama juga menjelaskan bahwa ““Kalau menulis itu karena.. kalau di dekte ndak kan tingal hanya nyonto di papan tulis... sehingga sesuai dengan di tulisan saya disitu, kalau terbaliknya kelihatanya tidak... wong..yo...sesuai dengan nganu...sesuai yang dituliskan”. Beliau juga mengungkapkan,” yo ada terbalik ada b sama d itu kadang-kadang. Teros kalau didekte harus..harus.. satu...satu. saya juga mendekte itu harus nulis apa juga ditulis terus yang lain-lain kalau ngak ditulis, misalnya saya hanya mengata kan satu kata saja untuk ditulis, ngak jalan”. Namun Nina mengalami kesulitan dalam belajar nilai yang diperolehnya pun kurang dari KKM. Beliau mengatakan “nilai agamanya ya...ada yang 20,70,45,40, 30, 2,5 ,34, 75, da ini yang 80 yo tidak...ini hanya tugas”. Beliau juga menjelaskan saat pembelajaran Nana hanya mampu menuliskan kalimat, beliau mengatakan:” Kalau hanya satu kata ada yang sederhana bisa, tapi kalau satu kalimat tidak...belum bisa”. Hal yang sama juga diungkakapkan oleh Pak Adi, guru Pendidikan jansmani Nana, beliau menggungkapkan” ”ketika anak diajak bermain itu mesti senang itu dia itu agak... malas-malasan bahkan cenderung tidak mau. Termasuk disebutkan tadi seperti Nana itu sulit diajak bermain ohhh untuk diajak bermain istilahnya ikut bergerak mesti dilapangan ketika yang lain sudah berbaris dia cuman dududk berdirir pinggir dah... diajak

ndak mau.... ketika sudah seperti itu saya tdk bisa memaksa ya....”. saat peneliti menanyakan mengenai Nana saat pelajaran olahraga pak Adi Menjelaskan bahwa Nana hampir tidak pernah mengukti pelajaran dengan baik, beliau mengatakan: “Hah....itu tadi dari awal sulit untuk diajak bermain. Sulit....bisa dikatakan jarang mengikuti dia itu cuman nontong dipinggir. ya diajak pun ngak mau sudah dibujuk pun ngak mau” selain itu Pak Adi juga mengungkapkan bahwa “hemmmm kalau karakter ya mungkin lebih... lebih ke pada pembawaan ya...( tersenyum) pembawaan dari rumah, tapi kan...kita ndak tahu dr rumah ee.... dari kecil itu seperti apa anaknya termasuk....e.... dari orangtuanya istilahnay mengajarkan ke anak tugas kesehariannya gimana... kan kita ndak tau ya... karakternya mungkin...ya... tadi dari pembawaan. Akademiknya juga kurang isi disininya ( menunjuk kepala) juga kurang”.

Dari ketiga informan yang berdinamika dengan Nana dalam proses belajar memberikan informasi bahwa Nana mengalami kesulitan dalam membaca, sehingga saat didekte Nana mengalami kesulitan menulis, sedangkan jika sudah ada contohnya Nana dapat menulis dengan benar. Jamaris (2014: 17) menjelaskan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menunjukan pada sejumlah kelainana yang berpengaruh pada perolehan, pengorganisasian, penyimpanan, pemahaman, dan penggunaan informasi secara verbal dan non verbal. Akibatnya maka individu mengalami kesulitan belajar mengalami kesulitan dalam mengoprasikan pikiran karena kondisi yang berkaitan dengan kesulitan belajar mempengaruhi operasi fungsi intelektualnya secara umum.

Dokumen terkait