• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas jenis dan dosis antibiotik terhadap penurunan populasi mikroflora saluran pencernaan ikan mas

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Efektivitas jenis dan dosis antibiotik terhadap penurunan populasi mikroflora saluran pencernaan ikan mas

4.1.1 Hasil

Hasil pengamatan populasi mikroflora saluran pencernaan ikan mas pada media MRSA yang telah diberi pakan uji selama 8 hari dapat dilihat pada Tabel 4. Hasil analisis data masing-masing perlakuan terhadap respon total populasi mikroflora menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara jenis antibiotik dan dosis yang digunakan (P<0.05) terhadap penurunan populasi mikroflora. Hasil uji lanjut menunjukkan terdapat perbedaan nyata (P<0,05) pada; masing-masing faktor jenis antibiotik (A), dosis (B) dan interaksi dua faktor (jenis antibiotik x dosis (AxB). Tabel 4 Populasi mikroflora saluran pencernaan ikan mas pada media MRSA

[Log (cfu/ml] Antibiotik Dosis Rataan Antibiotik 100 150 200 Streptomisin 7,07±0,27c 7,01±0,12c 6,96±0,14c 7,01±0,06β Tetrasiklin 6,89±0,07c 5,39±0,03b 5,00±0,06a 5,76±0,95 Ampisilin α 6,95±0,05c 6,89±0,02c 6,71±0,09c 6,85±0,13 Rataan Dosis β 6,97±0,09β 6,41±0,90α 6,35±1,07α 6,57±0,45

Keterangan: Perlakuan pakan kontrol memiliki populasi total mikroflora 7,34 log (cfu/ml), Angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan perbedaan nyata (P<0,05) berdasarkan interaksi faktor jenis antibiotik x dosis (AxB),

Angka yang diikuti simbol berbeda menunjukan perbedaan nyata (P<0,05) berdasarkan rataan masing-masing faktor jenis antibiotik (A) dan dosis (B).

Berdasarkan Tabel 4, dapat diamati bahwa perlakuan dengan pemberian jenis dan dosis antibiotik pada media MRSA, memiliki kecenderungan yang terus menurun seiring dengan meningkatnya dosis, bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan antibiotik (kontrol) 7,34 log (cfu/ml). Semakin tinggi dosis yang diberikan, semakin turun total populasi mikroflora saluran pencernaan ikan mas. Perlakuan dengan jenis antibiotik tetrasikiln 200 ppm paling efektif (P<0,05) menurunkan populasi mikroflora saluran pencernaan ikan mas dibandingkan pakan dengan jenis antibiotik yang lain. Perlakuan pakan kontrol memiliki total

25 populasi mikroflora paling tinggi dibandingkan perlakuan yang menggunakan antibiotik.

A b

Gambar 2. Populasi total mikroflora saluran pencernaan pada; (a) perlakuan kontrol (tanpa antibiotik) pengenceran 10-5 dan (b) perlakuan yang diberi antibiotik tetrasiklin 200 ppm pengenceran 10-4

Dapat diamati pada Gambar 2, merupakan gambaran populasi total mikroflora saluran pencernaan ikan mas pada perlakuan pakan kontrol dan pakan dengan penambahan tetrasiklin 200 ppm dengan pengenceran yang berbeda. Pengenceran yang digunakan pada perlakuan kontrol adalah 10

pada media MRSA.

-5

, hal ini dikarenakan pengenceran 10-4 pada perlakuan kontrol >250 koloni. Perlakuan kontrol memiliki jumlah koloni tertinggi dibandingkan dengan perlakuan dengan penambahan jenis dan dosis antibiotik. Perlakuan pakan dengan penambahan tetrasiklin 200 ppm paling efektif menurunkan populasi total mikroflora saluran pencernaan, hal ini dibuktikan dengan pengenceran 10-4

Penurunan populasi mikroflora saluran pencernaan ikan mas berbanding lurus dengan persen kematian mikroflora (%) pada Tabel 5. Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat interaksi antara faktor jenis antibiotik dan dosis (P<0,05) terhadap persen kematian mikroflora. Berdasarkan hasil analisis uji lanjut menunjukkan terdapat perbedaan nyata (P<0,05) pada masing-masing faktor jenis antibiotik (A) dan dosis (B) serta interaksi pada dua faktor jenis antibiotik x dosis (AxB).

cawan petri ditumbuhi 2 koloni, terlihat pada Gambar 2 (b).

26 Tabel 5 Persen kematian mikroflora saluran pencernaan ikan mas pada dua media

MRSA (%) Antibiotik Dosis 100 150 200 Rataan Antibiotik Streptomisin 29,9±2,1a 63,8±2,4b 74,1±1,7c 55,9±21,5α Tetrasiklin 77,6±5,2c 81,4±2,4cd 87,8±0,5d 82,2±5,3 Ampisilin β 68,9±3,5bc 78,5±3,8c 83,8±2,4cd 77,1±7,1 Rataan Dosis β 58,8±22,9α 74,6±9,9β 81,9±6,3λ 77,1±7,1

Keterangan: Persen kematian mikroflora pada pakan kontrol sebesar 0,0%,

Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukan perbedaan nyata (P<0,05) berdasarkan interaksi faktor jenis antibiotik x dosis (AxB),

Angka yang diikuti simbol yang berbeda menunjukan perbedaan nyata (P<0,05) berdasarkan masing-masing faktor jenis antibiotik (A) dan dosis (B).

Semakin tinggi dosis antibiotik yang diberikan pada media MRSA menunjukkan nilai persen kematian tertinggi. Perlakuan dengan antibiotik tetrasiklin 200 ppm pada media MRSA signifikan (P<0,05) memiliki nilai persen kematian mikroflora tertinggi 87,82%. Angka persen kematian ini senada dengan populasi mikroflora pada Tabel 4. Perlakuan tetrasiklin 200 ppm di media MRSA nyata (P<0,05) efektif menurunkan populasi total mikroflora dengan nilai terendah yaitu 5 Log cfu/ml.

4.1.2 Pembahasan

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan, semakin efektif menurunkan populasi total mikroflora pada media MRSA. Jenis antibiotik tetrasiklin dengan dosis 200 ppm pada media MRSA paling efektif menurunkan populasi total mikroflora saluran pencernaan menjadi 5 log (cfu/ml). Penurunan populasi total mikroflora perlakuan tetrasiklin 200 ppm mencapai 2 log cycle, dibandingkan perlakuan kontrol 7,34 Log (cfu/ml) sesuai dengan Gambar 2. Suatu uji efektivitas zat anti mikroba atau senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan mikroflora dinyatakan memberikan respon apabila terjadi perbedaan minimal 1 log cycle jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal tersebut menjelaskan bahwa antibiotik tetrasiklin memiliki sifat bakterisidal lebih besar dibandingkan dengan jenis antibiotik yang lain. Menurut Waluyo (2008), tetrasiklin memiliki spektrum yang sangat luas, dan mencakup spektrum amphisilin, penisilin, streptomisin dan kloramfenikol. Kategori

27 spektrum luas, berarti antibiotik efektif digunakan bagi banyak spesies bakteri, baik bentuk kokus, basil maupun spiril. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril tertentu, oleh karena itu tetrasiklin tergolong antibiotik berspektrum luas. Antibiotik dapat dikatakan bakterisidal bila bersifat mematikan, bukan hanya menghambat pertumbuhan mikroba. Berkaitan dengan daya kerja antibiotik tetrasiklin, yang pertama dilakukan adalah, merusak dinding sel mikroflora dan mencegah sintesis dinding sel, selanjutnya mikroflora tidak akan mampu membelah diri dan populasi mikroflora akan menurun.

Media MRSA menunjukkan respon penurunan yang sangat ekstrim. Mikroflora saluran pencernaan ikan mas terdiri dari gram positif dan gram negatif. Media MRSA merupakan media yang biasa digunakan untuk screening mikroba dengan sensitivitas yang tinggi. Media MRSA sensitif mendeteksi bakteri asam laktat (BAL) khususnya jenis Bacillus sp (Pery et al. 2004). Pernyataan tersebut menjelaskan, bahwa pemberian tetrasiklin 200 ppm akan menurunkan bakteri gram positif saluran pencernaan yang bermanfaat bagi inang sepeti Bacillus sp. Mikroflora gram positif dapat bertahan hidup dalam saluran pencernaan inang, mempunyai waktu generasi yang pendek dan atau kemampuan kolonisasi pada permukaan usus. Sedangkan, penambahan tetrasiklin pada pakan dapat memusnahkan bakteri gram positif saluran pencernaan ikan mas, sehingga peluang tumbuh bakteri asam laktat menurun.

Persen kematian tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan tetrasiklin dengan dosis 200 ppm pada media MRSA sebesar 87,82%. Hasil penelitian sesuai dengan pernyataan Sanjayasari et al. (2010), menyatakan bahwa pemberian tetrasiklin 200 ppm merupakan dosis lethal bagi mikroflora saluran pencernaan. Secara in vitro tetrasiklin 200 ppm efektif menurunkan populasi total mikroflora hingga 99,82%. Akinbowale (2007), memperkuat bahwa, penggunaan antibiotik dapat mengakibatkan mikroorganisme yang bermanfaat ikut menurun populasinya, dan kemungkinan menjadi resisten terhadap antibiotik. Menurut Aslamiyah (2006), menyatakan pada ikan bandeng yang diberi perlakuan pakan dengan pakan antibiotik dan tanpa antibiotik menujukkan perbedaan populasi mikroflora proteolitik. Penurunan populasi mikroflora proteolitik akibat penambahan antibiotik pada pakan mencapai 99,92%. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil

28 penelitian ini, bahwa dengan penambahan tetrasiklin 200 ppm dapat memusnahkan mikroflora saluran pencernaan yang bermanfaat bagi inang. Selanjutnya, antibiotik tetrasikln dengan dosis 200 ppm ditetapkan sebagai kontrol negatif untuk mengevaluasi kontribusi mikroflora terhadap efisiensi retensi protein dan pertumbuhan ikan mas.

4.2 Evaluasi kontribusi mikroflora saluran pencernaan ikan mas