• Tidak ada hasil yang ditemukan

1) Apresiasi di kelas

2) Ekspresi di Kelas

Pada Prodi Pendidikan Sendratasik ini tidak memiliki jurusan atau konsentrasi cabang seni, sehingga semua mahasiswa mempelajari semua mata kuliah pendidikan seni pertunjukan yang disediakan oleh pihak prodi, yakni seni drama, seni tari ,dan seni musik. Oleh karena itu pula tidak semua mahasiswa mampu menari atau memiliki minimal dasar tari. Mereka mempunyai minat dan bakat seni yang beragam. Hal ini juga menjadi pertimbangan peneliti, sehingga mengambil keputusan untuk membebaskan mahasiswa untuk berkreasi dengan potensi dan kreativitas mereka sendiri. Di dalam implementasi pembelajaran ini pun, peneliti mempersilahkan mahasiswa unutk memilih karakter tokoh topeng sesuai dengan kemampuan mereka. Ekspresi di kelas ini merupakan salah satu evaluasi dan umpan balik dari implementasi pembelajaran Etnokoreologi melalui tari Topeng Banjar Kalimantan Selatan di Perguruan Tinggi Pendidikan Seni ini. Ini merupakan evaluasi dan umpan balik awal dari mahasiswa Prodi Pendidikan Sendratasik. Di sini akan dilihat pemahaman mereka di awal untuk pembelajaran ini.

Pada kelompok I memilih tema topeng Pantul yang berkarakter jenaka. Tari Topeng dengan tokoh Pantul biasanya selalu tampil bersama Tambam, yang merupakan seorang ksatria yang sedang bersuka cita dan bercanda gurau, maka dari itulah gerak-gerak yang digunakan bersifat jenaka.

Kelompok ini terdiri dari 6 (enam) mahasiswa laki-laki. Pada dasarnya mereka semua tidak memiliki basic tari sama sekali. Pilihan ini tepat untuk mereka yang tidak memiliki bakat di bidang tari, namun mereka memiliki kemauan dan semangat untuk belajar.

Di dalam upaya pembelajaran ini, tidak menuntut mahasiswa untuk menari dengan bagus seperti penari profesional. Namun yang ditekankan adalah penanaman karakter menuju yang lebih baik dengan pengalaman belajar yang berkesan, sehingga mereka dapat memahami tujuan dari pembelajaran ini.

Foto 5.14

Ekpresi kelompok I menjadi tokoh Topeng Pantul dan Tambam (Dok: Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2014)

Upaya mereka untuk mengekpresikan tokoh Topeng Pantul dan Topeng Tambam sangat nampak. Walaupun mereka tidak bisa menari dengan teknik yang benar, tetapi mereka berusaha bergerak dengan hati mereka. Ekspresi kegembiraan nampak saat mereka menari bersama, dan mereka bisa enjoy dengan apa yang mereka lakukan. Hal itu dapat dilihat dari gelak tawa teman-teman yang menonton penampilan mereka. Itu artinya mereka berhasil membawakan tokoh topeng yang mereka pilih dan mereka ekspresikan.

Pada kelompok II juga sama kasusnya dengan kelompok I, dimana mereka nampaknya bukan penari atau yang memiliki keahlian di bidang tari. Namun mereka berusaha bergerak dengan semampu mereka. Kelompok ini terdiri dari mahasiswa perempuan semua, dengan anggota 7 (tujuh) orang. Mereka

memilih tokoh Topeng 7 Bidadari untuk mereka eksplorasi dan komposisikan dengan kreativitas mereka sendiri.

Foto 5.15

Ekspresi kelompok II menjadi tokoh Topeng 7 Bidadari (Dok: Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2014)

Meski mereka bukan penari atau yang berminat di bidang tari, tetapi mereka berusaha menyampaikan pesan mengenai karakter para bidadari yang cantik dan lembut. Kesulitan dalam bergerak itu sudah pasti mereka alami, tetapi itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk berkreasi dan bekerjasama dengan kelompoknya.

Sedikit berbeda dengan kelompok sebelumnya, kelompok III dapat dilihat ada beberapa mahasiswa yang pandai menari. Dia berusaha mengarahkan teman lain yang kurang mahir dalam bidang seni. Meskipun kelompok ini terdiri dari 5 perempuan dan 2 laki-laki, tetapi mereka cukup mampu mengekspresikan tokoh Topeng 7 Bidadari, dan mereka cukup kompak, serta cukup rapi pula.

Foto 5.16

Ekspresi kelompok III menjadi tokoh Topeng 7 Bidadari (Dok: Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2014)

Kelompok IV bisa dibilang lebih mencolok dari kelompok lain. Anggota kelompok ini sangat kompak, gerakan yang mereka lakukan cukup baik dan benar, serta kreatif. Bagusnya kelompok ini, tidak hanya satu atau dua orang yang menonjol karena keahliannya di bidang tari. Disini mereka berusaha bekerja sama, itu terlihat dari cara mereka yang cenderung mengimbangi temannya yang kurang dalam bakat tari, dan yang kurang menonjol di bidang tari itu pun berusaha mengimbangi temannya yang menonjol. Kerja sama dan kekompakan mereka patut diteladani. Upaya untuk menampilkan hasil karya yang baik dan benar dengan waktu singkat itu patut untuk diapresiasi.

Kelompok ini beranggotakan 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Awalnya mereka ingin memilih karekter tokoh Topeng 7 Bidadari, tetapi mahasiswa laki-laki ingin memilih tokoh Topeng Tumenggung. Akhirnya mereka tidak memilih tokoh keduanya, tetapi mengambil karakter topeng pria gagahan untuk penari laki-laki dan kereakter tokoh wanita halus untuk penari perempuan. Mereka pun berkreasi menjadikan satu karya tari yang indah.

Foto 5.17

Ekspresi kelompok IV dengan membawakan tokoh Topeng halus (penari wanita) dan tokoh Topeng gagahan (penari pria)

(Dok: Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2014)

Terakhir adalah kelompok V yang terdiri dari 4 (empat) mahasiswa dengan 1 (satu) orang laki-laki dan 3 (tiga) orang perempuan. Anggota kelompok mereka lebih sedikit dari yang lain, karena mereka datang terlambat. Saat semua sudah mendapat kelompok, mereka baru datang, sehingga mereka hanya berempat. Kelompok ini memilih karakter tokoh Topeng 7 Bidadari. Meskipun ada satu orang laki-laki di kelompok mereka,

tetapi mahasiswa itu berusaha mengikuti teman-temannya yang lain dan berupaya untuk mengeksperesikan karakter bidadari. Pada kelompok ini ada satu orang mahasiswa perempuan yang menonjol, karena dia penari, dan nampak dia lebih mendominasi dalam karya tersebut, sehingga mereka terlihat kurang kompak.

Foto 5.18

Ekspresi kelompok V dengan membawakan tokoh Topeng 7 Bidadari (Dok: Putri Yunita Permata Kumala Sari, 2014)

Setelah semua kelompok telah mengekspresikan hasil karya mereka secara kelompok. Peneliti mengajak mendiskusikan tentang penampilan mereka, saling mengevaluasi antar kelompok, baik dari segi kelebihan maupun kekurangan dari setiap kelompok. Hal ini dilakukan agar mereka dapat menganalisis dan berpikir kritis terhadap pembelajaran. Terciptanya diskusi yang aktif di kelas ini menunjukan bahwa mereka memahami apa yang telah disampaikan oleh pengajar.

Kemudian membahas mengenai pertemuan ketiga yang akan dilaksanakan di Desa Banyiur Luar, Banjarmasin. Tempat dipergelarkannya tari Topeng Banjar dalam upacara Manuping. Di sana nantinya akan dilaksanakan kegiatan apresiasi dan ekspresi langsung. Di dalam menentukan siapa yang ikut berpartisipasi untuk menari, berkenaan dengan kegiatan ekspresi, pengajar mengajak siapa yang bersedia. Hal ini dilakukan, karena tidak ingin adanya keterpaksaan dari mahasiswa, dan melatih mereka untuk bisa bertanggung jawab dengan pilihan mereka. Dari hasil ajakan itu, didapatlah 7 (tujuh) mahasiswa perempuan untuk menari Topeng 7 Bidadari dan 3

mahasiswa laki-laki yang akan menarikan tari Topeng Tumenggung yang karakter pria gagahan. Adapun mahasiswa lainnya akan diajak berapresiasi langsung mengikuti jalannya prosesi upacara Manuping.

Sebelumnya peneliti yang juga berperan sebagai pengajar, sudah berkoordinasi dengan keluarga keturunan panupingan mengenai keinginan untuk mengajak beberapa mahasiswa Prodi Pendidikan Sendratasik berpatisipasi menari dalam upacara Manuping. Kebetulan para penari yang biasa menarikan tari Topeng 7 Bidadari ini, sudah tidak bisa menari lagi, karena berbagai alasan pribadi yang mengharuskan mereka untuk vakum sementara menari. Oleh karena itu, peneliti mengajukan para mahasiswa Pendidikan Sendratasik untuk menarikan tari Topeng 7 Bidadari tersebut, dan dengan antusias mereka memberikan izin. Adapun untuk mahasiswa laki-laki yang ingin menari juga, dipilihkan tokoh dengan karakter Topeng Tumenggung yang gagah, agar ada pembanding yang signifikan antara tari Topeng dengan karakter halus untuk tari mahasiswa perempuan dengan karakter gagahan untuk mahasiswa laki-laki.

Ada perbedaan untuk kedatangan mahasiswa yang berpartisipasi untuk menari dan yang ingin berapresiasi ke tempat pelaksanaan. Mahasiswa yang bersedia untuk menari harus datang lebih awal, yakni sebelum Maghrib, karena mereka harus mempersiapakan diri untuk menari. Jadi mereka shalat Maghrib di rumah warga di sana, setelah Maghrib mereka langsung bersiap-siap. Adapun mahasiswa yang ingin berapresiasi bisa datang setelah Maghrib, karena upacaranya dimulai setelah Isya.

Setelah mendiskusikan semuanya, pertemuan diakhiri dengan membaca

do‟a bersama-sama agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat bermanfaat bagi semua. Mahasiswa yang bersedia menari, tetap di Taman Budaya KalSel untuk membuat tarian yang akan ditampilan pada upacara Manuping tanggal 16 November 2014.