• Tidak ada hasil yang ditemukan

ETIOLOGI MALOKLUSI

Dalam dokumen KELAINAN KONGENITAL (Halaman 34-39)

Graber menentukan klasifikasi faktor-faktor etiologi maloklusi sebagai berikut ini: 1. Faktor umum : faktor yang tidak berpengaruh langsung pada gigi yang meliputi: - Herediter

- Kelainan kongenital - Lingkungan:

- Prenatal - Postnatal

- Penyakit atau gangguan metabolisme - Problema diet

- Kebiasaan jelek dan aberasi fungsional: - Abnormal sucking

- Thumb and finger sucking

- Lip and nail biting

- Abnormal swallowing habits - Speech defects

- Respiratory abnormalities - Tonsils and adenoids - Bruxism

- Posture

- Trauma dan kecelakaan

b. Faktor lokal : faktor yang berpengaruh langsung pada gigi, yang terdiri atas: - Anomali jumlah gigi:

- Gigi kelebihan - Missing

- Anomali ukuran gigi - Anomali bentuk gigi - Frenulum labial abnormal - Kehilangan prematur - Retensi

- Erupsi gigi permanen terlambat - Pola erupsi gigi abnormal - Ankilosis

- Karies gigi

- Restorasi gigi yang tidak baik MALOKLUSI

1. Maloklusi dapat dibagi menjadi 3 golongan yakni : 2. Dental dysplasia

4. Skeletal dysplasia 1. Dental dysplasia

Adalah maloklusi yang disebabkan oleh relasi yang tidak harmonis dari gigi-gigi. Berbagai posisi gigi dapat terjadi dalam deretan lengkung gigi, seperti misalkan terjadinya : rotasi, labioversi, linguoversi, impaksi, gigi yang berjejal-jejal, ektopioc, dsb.dalam hal ini maka relasi dari tulang rahangnya masih normal dan fungsi dari otot-otot adalah baik.

1. Skeleto dental dysplasia

Dalam hal ini tidak adanya gigi-giginya yang maloklusi, tapi juga meliputi rahang. Dimana hubungan antara tulang maksila dan mandibula adalah tidak normal, atau dapat pula maksila atau mandibulanya atau kedua-duanya hubungannya dengan cranium adalah tidak normal. Maloklusi ini adalah sangat kompleks dan memerlukan perawatan yang khusus.

1. Skeletal dysplasia

Maloklusi ini disebabkan karena malrelasi antara maksila dan mandibula, atau karena malrelasi dari tulang rahang dan kraniumnya.kedudukan gigi-giginya ada kemungkinan normal. Maloklusi semacam ini sering menunjukkan bentuk muka yang maju ke depan (forward facial divergent) atau bentuk muka yang mundur ke belakang (backward facial divergent). Hal ini disebabkan karena perkembangan kurang atau lebih dari tulang rahang.

1. B. Secara lebih terperinci maloklusi dapat dibagi menjadi 4 golongan : 1. Malposisi dan malrelasi dari tiap-tiap gigi

2. Malrelasi dari lengkung gigi dan tulang rahang 3. Kurangnya perkembangan dari bentuk lengkung gigi 4. Malformasi dari tulang rahang

1. 1. Malposisi dan malrelasi gigi

Dalam keadaan ini terdapat kedududukan gigi yang abnormal, seperti : mesioversi, distoversi, labioversi, torsiversi, infraversi, supraversi, dan perversi.

1. 2. Malrelasi lengkung gigi dan tulang rahang

Hal ini merupakan relasi yang tidak baik antara lengkungan geligi atas dan lengkungan geligi bawah, dan hubungan yang tidak baik dari maxilla dan mandibula dalam dataran sagital atau relasi antero-posterior.

1. 3. Kurangnya perkembangan dari bentuk lengkung gigi

Kadang-kadang oleh karena adanya pertumbuhan dan perkembangan yang tidak baik, maka lengkungan gigi menjadi sempit, dan untuk mempelajari anomaly yang berhubungan dengan ini kita berpangkal pada raphe median line (median sagital plane of the face).

Garis median ini pada muka orang ialah melalui : trichion, glabella, pertengahan garis inter pupil, ujung dari hidung, pertengahan dari bibir, pertengahan dari gnation dan pada model ialah melalui papilla isisivus, perpotongan rugea kedua kanan kiri, pertengahan fovea palatine kanan-kiri.

Bila lebih dekat dengan median line disebut contraction, = compression = introversion. Bila menjauhi median line disebut distraction = extraversion.

1. 4. Malformasidari rahang dan gigi dan malposisi dari mandibula.

Maloklusi seperti ini adalah sering disebabkan karena adanya mandibula displacement baik kekiri maupun ke kanan. Bila mandibula displace kekiri maka teraba bahwa kondil sebelah kanan kedudukannya lebih kebawah dan kedepan serta ke medial (glides downward & medialto medial line, sedangkan yang sebelah kiri kondilnya hanya memutar. Terlihat dalam keadaan oklusi, maka terlihat gigi-gigi sebelah kanan gigi-gigi bawahnya lebih ke mesial adri pada normal an hubungan bucco-lingual sebelah kanan tetap tak berubah, yang berubah adalah hubungan antero-posteriornya. Sedangkan yang sebelah kiri akan berubah ke jurusan atau dalam jurusan bucco-lingual, sehingga menyebabkan cross-bite, gigi bawah lebih keluar.

1. C. Maloklusi dapat berkembang dalam 3 dimensi:

1. Sagital (antero-posterior) ialah ditinjau dari orbital plane ada atau tidak adanya protraction-retraction. Misalkan maloklusi kelas II atau kelas III.

2. Transversal (medio-lateral) ialah ditinjau dari raphe median line. Ada atau tidaknya : contraction/distravtion.

3. Vertical ditinjau dari suatu garis yang menghubungkan tragus dan foramen infra orbitalis dan tegak lurus orbital plane serta sejajar dengan bidang

horizontal. Garis ini disebut Frankfurt Horizontal Plane (F.P.H) tau sering pula disebut sebagai gaya Eye Ear Plane (E.E.P). perkataan Frankfurt berasal dari tempat dimana para sarjana anthtropology berkongres di Frankfurt.

Klasifikasi Angle

Klasifikasi maloklusi Angle berdasar pada hubungan rahang di bidang sagital. Kunci klasifikasi Angle adalah hubungan antara molar pertama permanen rahang atas dan rahang bawah. Molar pertama permanen digunakan sebagai kuncinya karena dianggap sebagai gigi yang paling stabil, jarang berubah kedudukannya, karena gigi ini tertanam dalam tulang zygomaticus yang sangat kuat.

Pada oklusi normal, cusp mesiobukal M1 permanen atas beroklusi dengan groove bukal depan M1 permanen bawah.

Angle Klas 1

Maloklusi dimana terdapat hubungan antero-posterior rahang yang normal dilihat dari M1 permanen.

Rahang bawah sekurang-kurangnya setengah cusp lebih ke distal dari rahang atas, dilihat dari hubungan M1 tetap.

Klas 2 dibagi menjadi dua divisi:

Divisi 1 : insisivus atas proklimasi sehingga terdapat peningkatan overjet

Divisi 2: insisivus pertama atas retroklinasi. Insisivus kedua selalu proklinasi dan overbite dalam.

Angle Klas 3

Rahang bawah sekurang-kurangnya setengah cusp lebih ke mesial dari atas, dilihat dari hubungan M1.

Oleh Dr. martin Dewey, maka kelas Idibagi menjadi atas beberapa tipe maloklusi dari Angle yakni:

1. type I : Gigi-gigi insisiv berjejal-jejal dan gigi caninus sering terletak dilabial 2.type II : Protusi atau labio versi dari insisiv atas

3.type III : Satu atau lebih dari satu gigi insisiv atas adalah lebih dari kea rah lingual terhadap gigi insisiv bawah. (cross bite gigi depan/ anterior crossbite)

4.type IV :Crossbite pada gigi-gigi molar atau premolar (posterior cross bite)

5.type V : Mesial drifting dari molar yang disebabkan karena tanggalnya gigi depannya 6.type VI : Spacing, openbite,dll

Kelas II maloklusi (Angel) dapat dibagi atas:

1. Divisi I : bilateral distal —- insisiv atas protusi

Subdivisi. Unilateral distal (hanya menggunakan satu sisi saja) 1. Divisi II : Bilateral dital —- insisiv atas retrusi / step bite Subdivisi. Unilateral distal

Kelas III Angle (Mesioklusi). Dapat berupa : Bilateral atau Unilateral — subdivisi. Kelas III maloklusi dapat pula dibagi beberapa type yakni:

1. type 1 : hubungan incisornya adalah edge to edge

2. type 2 : insisiv atas menumpang pada insisiv bawah, seperti hubungan yang normal dan insisiv bawah agak berjejal-jejal

Dalam dokumen KELAINAN KONGENITAL (Halaman 34-39)

Dokumen terkait