• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi kontribusi mikroflora saluran pencernaan ikan mas terhadap efisiensi retensi protein dan pertumbuhan efisiensi retensi protein dan pertumbuhan

3 MATERI DAN METODE

3.2 Evaluasi kontribusi mikroflora saluran pencernaan ikan mas terhadap efisiensi retensi protein dan pertumbuhan efisiensi retensi protein dan pertumbuhan

3.2 Evaluasi kontribusi mikroflora saluran pencernaan ikan mas terhadap efisiensi retensi protein dan pertumbuhan

Percobaan kedua, bertujuan untuk mengevaluasi kontribusi mikroflora saluran pencernaan ikan mas terhadap efisiensi retensi protein dan pertumbuhannya pada pakan yang menggunakan prebiotik komersial dan alami. 3.2.1 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan, Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, IPB. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai bulan Februari 2010 sampai dengan Mei 2010.

3.2.2 Materi a. Hewan uji

Hewan uji yang digunakan berupa ikan mas dengan ukuran berat 15-20 g per ekor. Jumlah ikan yang digunakan sebanyak 80 ekor. Masing-masing ditempatkan pada aquaria berukuran 50x40x40 cm dan setiap akuarium berisi sebanyak 4 ekor per unit percobaan. Satu unit percobaan mewakili satu ulangan. b. Pakan uji

Pakan uji untuk mengevaluasi kontribusi mikroflora saluran pencernaan terhadap efisiensi retensi protein dan pertumbuhan terdiri dari 4 perlakuan. Perlakuan terdiri dari; P1 = pakan + antibiotik (tetrasiklin 200 ppm) sebagai kontrol negatif, P2 = pakan kontrol (tanpa antibiotik maupun prebiotik) sebagai

18 kontrol positif, P3 = pakan + 2% Fermacto® (prebiotik komersial dari Behn-Meyer), P4 = pakan + 2% MOS (mananolighosakarida) prebiotik alami.

Tabel 2 Komposisi pakan percobaan untuk evaluasi kontribusi mikroflora terhadap efisiensi retensi protein dan pertumbuhan (%BK)

Bahan Pakan P1 P2 P3 P4 T. ikan 15,80 15,80 15,80 15,80 T. udang 14,55 14,55 14,55 14,55 T. kedelai 17,49 17,49 17,49 17,49 T. jagung giling 22,44 22,44 21,44 21,44 Dedak 16,74 16,74 15,74 15,74 Terigu 9,98 9,98 9,98 9,98 Minyak Kedelai 3,00 3,00 3,00 3,00 Antibiotik (ppm) 200 0,00 0,00 0,00 Fermacto ® 2% 0 0 2 0 MOS 2% 0 0 0 2

Keterangan: P1 = pakan + antibiotik (tetrasiklin 200 ppm), P2 = pakan tanpa antibiotik maupun prebiotik, P3 = pakan + 2% Fermacto ® (Marlyn 2007), P4 = pakan + 2% MOS (Gatesoupe et al. 2005)

Prebiotik komersial yang digunakan adalah Fermacto ®. Fermacto® terbuat dari substrat terfermentasi oleh strain Aspergillus sp, yang dapat secara efektif meningkatkan pertumbuhan dan menjaga keseimbangan populasi mikroflora saluran pencernaan. Prebiotik alami yang digunakan merupakan MOS yang diperoleh dari bungkil inti sawit. Penggunaan prebiotik pada ikan belum banyak dilakukan dan memiliki peluang besar dalam upaya meningkatkan pertumbuhan. Komposisi pakan dapat diamati pada Tabel 2. Pembuatan pakan uji dilakukan dengan mencampur seluruh bahan pakan hingga homogen. Pencampuran antibiotik dan prebiotik di campurkan pada akhir proses bersamaan dengan pencampuran minyak sebagai emulsifier. Suhu pelleting yang digunakan adalah 50-600

Tabel 3 Analisis proksimat pakan uji evaluasi kontribusi mikroflora saluran pencernaan ikan mas terhadap efisensi retensi protein dan pertumbuhan

C. Hasil analisis proksimat pakan uji, dapat diamati pada Tabel 3.

Bahan pakan KA Abu LK PK SK BETN GE

Tanpa prebiotik 6,6 8,7 8,6 26,06 3,8 52,84 3465,3 Berprebiotik 8,06 12,07 8,4 25,98 4,81 48,74 3435

Keterangan: KA = kadar air (%), LK = lemak kasar (%), PK = protein kasar (%), SK = serat kasar (%), BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen dan GE = gross energy (kal/kg)

19 3.2.3 Prosedur kerja

a. Persiapan aquarium dan kualitas air

Hewan uji dipelihara di dalam aquarium dan bagian sisi wadah ditutup dengan terpal berwarna gelap, untuk meminimalisir stress pada ikan yang diakibatkan oleh lingkungan. Untuk menghindari ikan tidak melompat, dibagian atas aquarium ditutup dengan menggunakan kassa nyamuk, yang sisin-sisinya dijepit. Sebelum digunakan, wadah dan semua peralatannya didisinfektan terlebih dahulu menggunakan kaporit (CaCO3). Aquarium diisi air sebanyak 40-45 L dan direndam dengan kaporit 24 jam, kemudian dibilas dengan rendaman air bersih sebanyak 3 kali dan didiamkan selama 24 jam. Ikan mas dengan bobot rata-rata 15-20g ditebar dengan kepadatan 4 ekor per aquarium (1 unit percobaan). Sebelum di tebar, ikan diaklimasi terlebih dahulu selama 1 minggu dan diberi pakan pellet, hal ini bertujuan untuk mengadaptasi ikan dengan lingkungan pemeliharaan. Setelah masa aklimasi selesai ikan uji dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan menghilangkan sisa pakan dalam tubuh. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3% dari berat biomass dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari yaitu pukul 8.00 dan 15.00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan dan sisa pakan selama penelitian dicatat untuk mengetahui tingkat konsumsi pakan sebagai dasar dalam menghitung tingkat konsumsi pakan dan efisiensi retensi protein. Perlakuan terdiri dari 5 ulangan, dengan pengamatan selama 40 hari. Kualitas air yang diamati meliputi, suhu (thermometer), pH (pH meter), NH3

b. Analisis proksimat

, dan oksigen terlarut (DO meter) diukur setiap minggu saat penimbangan bobot biomass.

Analisis proksimat dilakuan pada tubuh ikan sebelum dan setelah diberi perlakuan pada tiap-tiap perlakuan (AOAC 1990). Analisis proksimat terdiri atas protein kasar, lemak kasar, serat kasar abu, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan kadar air dari masing-masing bahan antara lain; daging ikan dan pakan uji. Analisis proksimat bahan pakan dan pakan uji dilakukan pada awal penelitian sedangkan analisis tubuh ikan dilakukan pada awal dan akhir penelitian yang bertujuan untuk menghitung tingkat retensi protein dan retensi lemak.

Sampel pakan uji dan otot ikan uji dianalisis secara kimia sesuai dengan prosedur yang sudah baku (Takeuchi, 1988). Untuk protein kasar dengan metode

20 Kjedahl, lemak kasar dengan metode ekstraksi dengan alat soxhlet, kadar abu melaui pemanasan sampel dalam tanur pada suhu 400-6000C, kadar serat kasar dengan metode pelarutan sampel dalam asam dan basa kuat serta pemanasan dan kadar air dengan metode pemanasan dalam oven pada suhu 105-1100

c. Perhitungan populasi total mikroflora

C. Analisis proksimat pakan uji dilakukan di awal penelitian sedangkan analisis proksimat tubuh ikan dilakukan pada awal percobaan diambil 5 ekor ikan yang dipilih secara acak dari stok dan pada akhir percobaan diambil 2 ekor ikan pada tiap perlakuan dengan 5 ulangan.

Populasi total mikroflora saluran pencernaan ikan mas diamati pada akhir penelitian. Metode yang digunakan untuk memperoleh mikroflora adalah metode Hungate (1966) yang telah dimodifikasi oleh Nakayama et al. (1993) dan Tae (2003). Kultur mikrob dilakukan dalam suasana aerob. Sumber inokulum merupakan saluran pencernaan ikan mas, digerus seberat 1 gram, dan diencerkan ke dalam 9 ml NaCl fisiologis (0,85%). Pengenceran berseri di lakukan dari 10-4 sampai 10-7, dengan cara mengambil 0,5 ml dari kultur mikroba pada media cair dan dimasukkan ke dalam 4,50 ml media pengencer pertama (cairan fisiologis NaCl 0,85%), selanjutnya dari media pengencer pertama diambil 0,5 ml dan dimasukkan ke dalam 4,50 ml media pengencer kedua dan seterusnya hingga media pengencer terakhir. Homogenisasi (dengan vortex) selalu dilakukan sebelum rangkaian kegiatan pengenceran dilakukan. Hasil pengenceran terakhir ditransfer sebanyak 0,1 ml ke dalam media padat MRSA. Penggunaan media MRSA ditujukan untuk melihat respon perlakuan terhadap populasi bakteri asam laktat pada saluran pencernaan. Kultur dalam media agar (in vitro) menggunakan metode agar tuang ke dalam cawan petri sebanyak 10 ml. Hasil kultur diinkubasi pada suhu 290

d. Pengumpulan data

C selama 24 sampai 48 jam. Parameter yang diukur merupakan populasi total mikroflora berdasarkan jumlah koloni mikroba yang dihasilkan sesuai dengan metode BAM (Bacterial Assesment Method) Bergeys (2002), data disajikan dalam bentuk Log (cfu/ml).

Ransum pakan ikan yang diberikan pada hewan uji sesuai dengan kebutuhan hidup pokok dan produksi ikan mas (Cyprinus carpio) menurut (NRC,

21 1993). Peubah yang diamati antara lain; laju pertumbuhan spesifik (SGR), laju kelangsungan hidup (SR) dan konsumsi pakan (P). Sebagai penunjang efisiensi pakan adalah rasio efisiensi protein (PER) (Guillaume, et al. 2001) dan efisiensi retensi protein (ERP) (Rawles et al. 2010).

Kontribusi mikroflora terhadap efisiensi pemanfaatan protein untuk pertumbuhan dapat di presentasikan dengan pengurangan efisiensi retensi protein (ERP) kontrol (X) dengan pakan antibiotik (Y). Kontribusi mikroflora terhadap efisiensi retensi protein untuk pertumbuhan dengan penambahan prebiotik, adalah dengan mengurangkan (ERP) prebiotik (Z) dan pakan antibiotik (Y). Parameter yang diamati selama penelitian diuraikan sebagai berikut.

Pertumbuhan

Produksi utama dari usaha budidaya adalah daging ikan yang dapat dievaluasi secara mudah dengan memonitor pertumbuhan biomass yang sering disebut dengan berat. Pertumbuhan yang diamati merupakan laju pertumbuhan spesifik (SGR) menurut Guillaume et al. (2001) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

SGR = Spesifik Growth Rate (%) Bt = Rataan bobot akhir (g) Bo = Rataan bobot awal (g)

t = waktu lama pemeliharaan (hari) Laju Kelangsungan Hidup (SR)

Laju kelangsungan hidup atau survival rate diukur guna mengetahui respon perlakuan terhadap kualitas hidup hewan uji. SR dapat dihitung menurut Hui-yuan et al. (2007) dengan menggunakan rumus:

Konsumsi Pakan

Pengukuran konsumsi pakan dilakukan untuk melihat respon perlakuan terhadap konsumsi (P), dan produktivitas hewan uji. Konsumsi pakan diamati dari konsumsi pakan (P), dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

22 Rasio efisiensi protein (PER)

Salah satu komponen dalam menganalisis efisiensi pakan adalah dengan mengevaluasi rasio efisiensi protein (PER). PER dapat digunakan untuk mendeskripsikan pemanfaatan konsumsi protein pakan untuk pertumbuhan. Rasio efisiensi protein (PER) dapat diukur menurut Mc Donald (2002) dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Efisiensi retensi protein (ERP)

Efisiensi retensi protein (ERP), dapat mendeskripsikan pemanfaatan konsumsi protein pakan terhadap persentase penambahan protein tubuh. Menurut Rawles et al. (2010) efisiensi retensi protein (ERP) dapat diukur dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:

Populasi total mikroflora Log (cfu/ml)

Perhitungan populasi total mikroflora dilakukan untuk melihat populasi total mikroflora saluran pencernaan yang diberi perlakuan pakan dengan penambahan antibiotik dan prebiotik, menggunakan metode Bergeys (2002) dengan rumus:

Keterangan:

PM = Populasi mikroba (cfu/ ml) K = Jumlah Koloni

A = Volume inokulasi dalam media pengencer (ml)

B = Pada pengenceran keberapa koloni mikrobanya dihitung C = Volume inokulasi dari media pengencer ke media padat (ml)

Kontribusi Mikroflora terhadap Sumbangan Protein untuk Pertumbuhan Kontribusi mikroflora terhadap efisiensi pemanfaatan protein untuk pertumbuhan dapat di presentasikan dengan pengurangan efisiensi pemanfaatan protein (ERP) kontrol (X) dengan pakan antibiotik (Y). Kontribusi mikroflora

23 terhadap efisiensi pemanfaatan protein untuk pertumbuhan dengan penambahan prebiotik, adalah dengan mengurangkan (ERP) prebiotik (Z) dan pakan antibiotik (Y). Persamaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kontribusi mikroflora = X – Y

Kontribusi mikroflora dengan prebiotik = Z – Y 3.2.4 Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan untuk mengevaluasi kontribusi mikroflora terhadap efisiensi retensi protein dan pertumbuhan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Adapun model matematika rancangan tersebut adalah, sebagai berikut:

Yij= µ + αi + ε Y

ij

ij adalah nilai pengamatan pada perlakuan ke i, µ adalah komponen aditif dari rataan, pengaruh utama dari perlakuan dan (εij) adalah pengaruh acak

yang menyebar normal (0,σε2

Sedangkan, untuk melihat model parameter pertumbuhan dianalisis menggunakan regresi.

). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), apabila terdapat perbedaan pada perlakuan akan dilakukan uji lanjut dengan Duncan test.

24