• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Faktor Eksternal

1. Peluang (Opportunities) (O)

Adanya kebijakan Kementerian Pertanian tentang program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan yang melibatkan penyuluh pertanian sebagai ujung tombak pergerakan oleh karena itu diperlukan pendidikan yang mengarah ke arah kebijakan tersebut untuk calon penyuluh pertanian ahli.

Adanya lokakarya yang simultan antara Pusat Pengembangan Pendidikan Pertanian dan enam STPP untuk pembahasan kurikulum dan aplikasinya.

Spesifikasi tugas STPP sebagai lembaga pendidikan untuk penyuluh pertanian semakin jelas dengan adanya reposisi pendidikan tinggi kedinasan di Kementerian Pertanian.

2. Ancaman (Threats) (T)

Tuntutan pengguna jasa alumni STPP Bogor (BP4K, Dinas Pertanian, dan instansi terkait rumpun ilmu hayat pertanian lainnya) yang mengharuskan calon penyuluh pertanian ahli memiliki kompleksitas kompetensi (ilmu penyuluhan, teknis dan manajerial). Formasi ketenagaan daerah yang berubah-ubah sehingga kadang-

kadang alumni STPP Bogor yang telah dipersiapkan sebagai penyuluh pertanian ahli dialihkan menjadi struktural di tempat lain. Adanya isu perampingan STPP dari enam STPP menjadi dua STPP. Untuk mengetahui strategis pengembangan kurikulum di STPP Bogor maka dilakukan evaluasi kedua faktor tersebut. Hasil selengkapnya tersaji pada Tabel 45 dan 46.

Tabel 45. Evaluasi faktor internal (IFE)

Uraian Faktor-faktor Internal Bobot Rating Skor

Internal

1 Kekuatan (S)

• Proses pembelajaran di STPP Bogor berbasis keahlian

0.35 4 1.40 • Sumberdaya manusia (staf pengajar

dan pejabat struktural) memiliki kompetensi di bidangnya

0.20 4 0.80

• Sarana-prasarana pembelajaran mendukung dalam menghasilkan kompetensi lulusan yang cakap

0.15 3 0.45

• Kehidupan kampus dan asrama berjalan seiring dan kondusif

0.10 2 0.20

2 Kelemahan (W)

Kurikulum yang ada saat ini kurang efektif dalam proses pembelajaran (In and Out Campus Learning Systems).

0.10 2 1.60 •

• Tingkat penguasaan teknologi informasi calon penyuluh pertanian ahli terbatas Variasi umur, asal daerah dan latar belakang pendidikan awal calon penyuluh pertanian ahli yang melaksanakan pendidikan program D IV beragam.

0.05 2 0.10

• Mata kuliah berbasis ketahanan pangan belum terspesifik secara jelas.

0.05 2 0.10 Total skor faktor kekuatan dan

kelemahan

Tabel 46. Evaluasi faktor eksternal (EFE)

Uraian Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Eksternal

1 Peluang (O)

• Adanya kebijakan Kementerian Pertanian tentang program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan yang melibatkan penyuluh pertanian sebagai ujung tombak pergerakan oleh karena itu diperlukan pendidikan yang mengarah ke arah kebijakan tersebut untuk calon penyuluh pertanian ahli.

0.10 2 0.20

• Adanya lokakarya yang simultan antara Pusat Pengembangan Pendidikan Pertanian dan enam STPP untuk pembahasan kurikulum dan aplikasinya.

0.15 3 0.45

• Spesifikasi tugas STPP sebagai lembaga pendidikan untuk penyuluh pertanian semakin jelas dengan adanya reposisi pendidikan tinggi kedinasan di Kementerian Pertanian.

0.10 2 0.20

2 Ancaman (T)

• Tuntutan pengguna jasa alumni STPP Bogor (BP4K, Dinas Pertanian, dan instansi terkait rumpun ilmu hayat pertanian lainnya) yang mengharuskan calon penyuluh pertanian ahli memiliki kompleksitas kompetensi (ilmu penyuluhan, teknis dan manajerial).

0.20 3 0.10

• Formasi ketenagaan daerah yang berubah-ubah sehingga kadang- kadang alumni STPP Bogor yang telah dipersiapkan sebagai penyuluh pertanian ahli dialihkan menjadi struktural di tempat lain.

0.30 2 0.60

• Adanya isu perampingan STPP dari enam STPP menjadi dua STPP.

0.15 3 0.45 Total skor faktor Peluang dan

Ancaman

Dengan memadukan hasil penjumlahan faktor internal (X = 1,05) dan eksternal (Y = -0,30) pada sumbu kuadran maka dihasilkan posisi strategis pengembangan kurikulum di STPP Bogor saat ini berada pada Kuadran II (Gambar 2).

Dari Gambar 2 tersebut artinya strategi pengembangan kurikulum dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan yang ada walaupun ada ancaman yang mungkin merubah pola pendidikan dan kebijakan di STPP Bogor. Analisis SWOT menghasilkan empat kelompok strategi yaitu : 1) strategi agresif; mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada (SO), 2) strategi diversifikasi; menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman (ST), 3) strategi rasionalisasi; mengatasi atau meminimumkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada (WO), dan 4) strategi defensif; meminimumkan kelemahan untuk mengatasi tantangan (WT). Masing-masing kombinasi tersebut diatas diilustrasikan dalam matriks analisis SWOT yang tersaji pada Tabel 47.

Gambar 2. Posisi strategis pengembangan kurikulum di STPP Bogor Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)

Kuadran I (SO)

Kuadran II (ST)

Kuadran III (WO)

-0,30

Kuadran IV (WT)

1, 05

Tabel 47. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Kurikulum STPP Bogor

Eksternal

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

• Proses pembelajaran di STPP Bogor berbasis keahlian

• Kurikulum yang ada saat ini kurang efektif dalam proses pembelajaran

• Sumberdaya manusia memiliki kompetensi di bidangnya

• Tingkat penguasaan teknologi informasi calon penyuluh pertanian ahli terbatas

Internal

• Sarana-prasarana pembelajaran mendukung dalam menghasilkan kompetensi lulusan yang cakap

• Mata kuliah berbasis ketahanan pangan belum terspesifik secara jelas.

• Kehidupan kampus dan asrama berjalan seiring

dan kondusif Peluang (O)

SO

WO

• Adanya kebijakan Kementerian Pertanian tentang program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan yang melibatkan penyuluh pertanian

1 Peningkatan sarana- prasarana pembelajaran melalui lokakarya

Mempertahankan mata kuliah yang berbasis ketahanan pangan dan mengintegrasikannya sesuai dengan kebijakan Kementerian Pertanian

• Adanya lokakarya yang simultan 2 Memanfaatkan spesifikasi tugas STPP untuk meningkatkan kualitas hasil lulusan • Spesifikasi tugas STPP sebagai lembaga pendidikan Ancaman (T)

ST

WT

• Tuntutan pengguna jasa alumni STPP Bogor (BP4K, Dinas Pertanian, dan instansi terkait rumpun ilmu hayat pertanian lainnya)

1 Meningkatkan sumberdaya manusia baik staf pengajar dan pendukungnya melalui pendidikan formal

1 Mengakomodir tuntutan pengguna jasa alumni STPP dengan memanfaatkan hasil lulusan sesuai dengan

kompetensinya

• Formasi ketenagaan daerah yang berubah- ubah

2 Mempertahankan proses pembelajaran berdasarkan keahlian (pertanian dan peternakan) dan jika diperlukan menambah bidang keahlian atau program studi

2 Memanfaatkan kurikulum yang ada sebagai landasan promosi untuk mengatasi formasi ketenagaan yang selalu berubah-ubah

• Adanya isu perampingan STPP dari enam STPP menjadi dua STPP.

3 Menata kembali substansi mata kuliah yang berkaitan dengan ketahanan pangan yang selama ini terintegrasi dengan mata kuliah lainnya

Dengan memperhatikan faktor internal dan eksternal dan hasil evaluasi tersebut diatas maka disusun alternatif-alternatif strategi pengembangan kurikulum yang terpilih di STPP Bogor yaitu:

1. Meningkatkan sumberdaya manusia baik staf pengajar dan pendukungnya melalui pendidikan formal (meningkatkan status pendidikannya) dan pendidikan non formal melalui pelatihan substansial sesuai kebutuhan untuk memenuhi tuntutan output STPP Bogor yang berkualitas.

2. Mempertahankan proses pembelajaran berdasarkan keahlian (pertanian dan peternakan) dan jika diperlukan menambah bidang keahlian atau program studi seperti perkebunan dengan memasukan unsur-unsur mata kuliah ketahanan pangan sebagai bagian dari program Kementerian Pertanian. 3. Menata kembali substansi mata kuliah yang berkaitan dengan ketahanan

pangan yang selama ini terintegrasi dengan mata kuliah lainnya menjadi suatu mata kuliah baru dalam kurikulum STPP Bogor atau memasukkannya sebagai bagian dari mata kuliah masalah khusus atau kapita selekta.

Rumusan Rekomendasi Faktor-Faktor Pendukung Penguatan Kompetensi Calon Penyuluh Pertanian Ahli untuk Pembangunan Ketahanan Panga

n

Berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa asal daerah calon penyuluh pertanian ahli memberikan pengaruh pada pemahaman tugas pokok dan fungsi seorang penyuluh pertanian ahli (tupoksi) dan pengetahuan ketahanan pangan. Calon penyuluh pertanian dari Wilayah Indonesia Barat cenderung lebih dapat memahami dalam menjabarkan tugas pokok dan fungsinya dan memiliki pengetahuan ketahanan pangan yang cukup baik, sedangkan untuk calon penyuluh pertanian ahli yang berasal Wilayah Indonesia Tengah dan Timur masih cukup rendah dalam proses pemahaman terhadap Tupoksi penyuluh pertanian dan memiliki pengetahuan ketahanan pangan yang rendah. Oleh karena itu untuk menyamakan pemahaman terhadap tupoksi penyuluh pertanian dan pengetahuan ketahanan pangan, calon penyuluh pertanian ahli yang berasal Wilayah Indonesia Tengah dan Timur diberikan matrikulasi tambahan pada awal studi di STPP Bogor dan diakhir masa pendidikan diberikan kembali penyegaran (pengayaan) materi kuliah yang terkait dengan penyuluhan dan peranan penyuluh pertanian khususnya penyuluh pertanian ahli. Keempat karakteristik lainnya dari calon penyuluh pertanian ahli meskipun tidak berpengaruh nyata terhadap pemahaman tupoksi penyuluh pertanian tetapi memberikan landasan kemampuan berpikir dan bertindak dalam mengaplikasikan tupoksi tersebut.

Meskipun keempat karakteristik calon penyuluh pertanian ahli (pendidikan formal, pendidikan non formal, bidang keahlian dan tingkat penguasaan materi) tidak memberikan pengaruh nyata pada tingkat pengetahuan ketahanan pangan, namun perlu diupayakan suatu materi khusus dalam mata kuliah yang terkait ketahanan pangan (ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan keamanan pangan). Hal ini dikarenakan masih rendahnya tingkat pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli dalam bidang ini sedangkan tuntutan pembangunan pertanian sudah mengarah pada pembangunan ketahanan pangan sesuai dengan visi dan misi Kementerian Pertanian (2010 -2014).

Kurikulum yang digunakan oleh STPP Bogor saat ini mengacu pada pola In and Out Campus Learning Systems dirasakan tidak efektif untuk meningkatkan kompetensi lulusan STPP Bogor karena pola pembelajaran ini lebih banyak mandiri (enam bulan dengan pemadatan materi kuliah dan enam bulan praktik kompetensi dilapangan) sehingga materi kuliah yang diperoleh untuk pengembangan wawasan calon penyuluh pertanian ahli cenderung lebih singkat. Oleh karena itu perlu dikaji kembali pelaksanaan kurikulum yang berlaku saat ini atau tetap menggunakan pola ini dengan catatan waktu pembelajaran di kampus dan asrama diberikan porsi yang lebih banyak dibandingkan praktik kompetensi (sembilan bulan dikampus dan tiga bulan di lapangan).

Untuk mewujudkan alumni STPP Bogor sebagai penyuluh pertanian ahli yang andal dan memiliki kompetensi ganda baik penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan diperlukan kurikulum yang seimbang antara ilmu penyuluhan dan ketahanan pangan. Oleh karena itu perubahan kurikulum mutlak diperlukan karena saat ini 80% mata kuliah mengarah pada kompetensi penyuluhan dan hanya 20% saja untuk kompetensi lainnya salah satunya adalah ketahanan pangan. Ataupun tanpa merubah kurikulum yang ada dapat dilakukan dengan memberikan porsi yang cukup pada beberapa mata kuliah yang ada kaitannya dengan ketahanan pangan sehingga kompetensi ketahanan pangan dapat dimiliki oleh calon penyuluh pertanian ahli.

Rekomendasi terakhir adalah mengoperasionalkan strategi terpilih dalam pengembangan kurikulum di STPP Bogor berdasarkan hasil analisis yaitu meningkatkan sumberdaya manusia baik staf pengajar dan pendukungnya melalui pendidikan formal dengan cara memberikan kesempatan pada pegawai muda untuk memperoleh beasiswa pendidikan minimal S2 atau S3 baik didalam negeri maupun luar negeri.

Dokumen terkait